Media Bawean, 6 Maret 2009
Semua Caleg (36 Caleg Dapil 7 Bawean) merasa percaya diri dapat meraih 1 kursi dari 3 kursi dari Pulau Bawean. Angan-angan mereka sudah jadi anggota dewanpun sudah seringkali kita dengar dari perkataan Caleg.
Segala hal sudah mereka lakukan, diantaranya menjual warisan tanah dan pinjam uang untuk modal sebagai Caleg. Modal dikeluarkan cukup banyak, diantaranya membuat spanduk, baliho, dan lain-lain untuk promosi diri yang dipajang sepanjang jalan dan alun-alun. Biaya lainnya diberikan kepada tim sukses dan sosialisasi kedaerah-daerah dengan memberikan amplop kepada setiap orang yang hadir bernilai Rp.20ribu sampai Rp.50ribu.
Setelah ditotal, ternyata mereka sudah menghabiskan Rp.100 juta sampai Rp.200juta sebelum pelaksanaan Pemilu 2009 pada tanggal 9 Maret 2009. Lalu kenapa mereka terlalu ambisi dan bernafsu untuk mendapatkan kursi ? Alasannya, mereka sudah yakin bahwa dirinya akan menang, meskipun kursi yang diperebutkan 3 dari 36 Caleg yang ada.
Prediksi beberapa tokoh di Pulau Bawean, setelah Media Bawean lakukan diskusi yaitu Calon Stress di Pulau Bawean akan bertambah dari 36 Caleg yang ada, setelah pelaksanaan Pemilu 2009. Stress terutama dengan banyaknya modal yang dikeluarkan oleh dirinya saat sekarang ini.
Warga Terkontaminasi Dengan Uang, Bukan Iming-Iming.
Setiap berbicara Caleg dengan warga secara umum di Pulau Bawean, pertama dijadikan topik adalah keuangan dari Caleg. Bukan berbicara soal visi dan misi, tapi sudah mengarah kepada finansial berbentuk kongkrit bukan sekedar iming-iming (janji-janji) saja. Warga umum sudah tidak mempersoalkan Caleg itu pintar atau bodoh, tapi soal utama adalah beruang atau tidak.
Pesta demokasi setiap lima tahunan, menurut berbagai pendapat warga menyatakan sebagai rahmat membawa penghasilan untuk mendapatkan keuntungan secara pribadi, terutama kepada tokoh yang memiliki massa. Lupa, bahwa sesungguhnya memilih wakil rakyat tujuan utamanya untuk memilih wakil kita yang akan bersuara di gedung dewan. (bst)
Posting Komentar