Media Bawean, 15 Mei 2009
Tikar asal Pulau Bawean memiliki kuwalitas terbaik, bila dibandingkan dengan tikar-tikar lain diluar Bawean. Motifnyapun diakui sangat indah dan memiliki corak cukup bagus, membuat daya tarik tersendiri bagi yang melihatnya.
Kemarin (13/5), Media Bawean bersama Nur Iskandar, SH. (Direktur IREA) Gresik mengunjungi pengrajin anyaman tikar di desa Gunungteguh Sangkapura. Penelitian dilakukan untuk mencari produk unggulan di Pulau Bawean, Nur Iskandar langsung ditemui Kepala Desa Gunungteguh Hasbullah dan salah seorang pengrajin anyaman tikar yang sudah profesional sampai tingkat nasional.
Menurut Kades Gunungteguh, Hasbullah mengatakan, "Di desa kami dikenal oleh orang luar Bawean seperti Malaysia dan Singapura sebagai tempat pengrajin anyaman tikar. Memang kami akui, bahwa warga di desa kami adalah pengrajin anyaman tikar di Pulau Bawean,' katanya.
"Kendala yang kami hadapi selama ini adalah memenuhi permintaan pembeli, seperti lebar tikar permintaan 1,5 meter, tetapi umumnya tikar disini lebarnya ikut panjangnya bahan pandan yang ada," ujarnya.
"Di desa kami, pengrajin tikar hasilnya langsung dibeli oleh Ibu Lurah. Jadi kalau ada orang datang dari Malaysia dan Singapura yang berminat untuk beli tikar langsung datang kesini. Tujuannya membantu warga agar cepat mendapatkan hasil dengan tikar yang dibuat, selain itu untuk menstabilkan harga antara satu dengan yang lannya,"jelas Kades Gunungteguh.
"Kami hanya berfikir dengan penerus pengrajin tikar disini, sebab perempuan muda (cewek-cewek :Red.) tidak ada yang berminat untuk melakukan penganyaman tikar, hanya ibu-ibu usia tua yang buat tikar," keluhnya.
"Motif anyaman tikar di Gunungteguh banyaknya ada 15 motif tikar," tuturkan oleh salah seorang pengrajin tikar kepada Nur Iskandar.
Memang tikar di Gunungteguh membawa daya tarik bagi yang melihat keindahan dan meneliti kuwalitas tikar yang ada. Buktinya Nur Iskandar,SH. Direktur IREA langsung membeli satu tikar yang motifnya sangat bagus seharga Rp, 100ribu. Harga tikar di Gunungteguh Rp. 50ribu sampai Rp.100ribu.
Kenyamanan bagi penggunanya, yaitu disaat musim panas bila dipakai tikar terasa dingin. Sebaliknya bila dipakai musim dingin rasanya hangat. (bst)
Bersambung
Menurut Kades Gunungteguh, Hasbullah mengatakan, "Di desa kami dikenal oleh orang luar Bawean seperti Malaysia dan Singapura sebagai tempat pengrajin anyaman tikar. Memang kami akui, bahwa warga di desa kami adalah pengrajin anyaman tikar di Pulau Bawean,' katanya.
"Kendala yang kami hadapi selama ini adalah memenuhi permintaan pembeli, seperti lebar tikar permintaan 1,5 meter, tetapi umumnya tikar disini lebarnya ikut panjangnya bahan pandan yang ada," ujarnya.
"Di desa kami, pengrajin tikar hasilnya langsung dibeli oleh Ibu Lurah. Jadi kalau ada orang datang dari Malaysia dan Singapura yang berminat untuk beli tikar langsung datang kesini. Tujuannya membantu warga agar cepat mendapatkan hasil dengan tikar yang dibuat, selain itu untuk menstabilkan harga antara satu dengan yang lannya,"jelas Kades Gunungteguh.
"Kami hanya berfikir dengan penerus pengrajin tikar disini, sebab perempuan muda (cewek-cewek :Red.) tidak ada yang berminat untuk melakukan penganyaman tikar, hanya ibu-ibu usia tua yang buat tikar," keluhnya.
"Motif anyaman tikar di Gunungteguh banyaknya ada 15 motif tikar," tuturkan oleh salah seorang pengrajin tikar kepada Nur Iskandar.
Memang tikar di Gunungteguh membawa daya tarik bagi yang melihat keindahan dan meneliti kuwalitas tikar yang ada. Buktinya Nur Iskandar,SH. Direktur IREA langsung membeli satu tikar yang motifnya sangat bagus seharga Rp, 100ribu. Harga tikar di Gunungteguh Rp. 50ribu sampai Rp.100ribu.
Kenyamanan bagi penggunanya, yaitu disaat musim panas bila dipakai tikar terasa dingin. Sebaliknya bila dipakai musim dingin rasanya hangat. (bst)
Bersambung
Posting Komentar