Media Bawean, 27 Juli 2009
Media Bawean sejak hari ini (27/7) keliling Pulau Bawean dalam rangka mencari dan mendata orang sangat miskin, untuk mendapat bantuan dari H. Samri Barik dari Singapura. Setiap hari Media Bawean akan memberitakan situasi dan kondisi kaum miskin di Pulau Bawean.
Hari ini (27/7), Media Bawean dengan dihantar Kepala Dusun Sungai Terus Laok berkunjung ke rumah wanita paruh baya yang bernama Rasiati usia 55 Tahun.
Rasiati hidup sebatang kara ditengah perkampungan Dusun Sungai Terus Laok desa Balik Terus, kecamatan Sangkapura. Tidak ada satupun orang yang menemani dirumahnya, sebab Rasiati tidak pernah menikah dan orang tuapun sudah meninggal dunia.
Saat tiba dirumahnya yang cukup kecil ukuran 5 meter panjang dan 2 meter lebar, sangat lama untuk dibukanya. Setelah dibuka, Rasiati mengatakan, "Saporanah eson bikbiburu mareh asombejheng (Maaf, saya barusan shalat ashar)," katanya.
Ketika Media Bawean mencoba untuk berwawancara, ternyata Rasiati tidak bisa menjawab satupun pertanyaan sebab pendengarannya terganggu. "Eson tak ngeding (Saya tidak mendengar)," katanya dengan suara keras.
Selain terganggu pendengarannya, Rasiati juga tidak bisa melihat benda apapun yang ada didepannya. Anehnya Rasiati bisa menanak nasi sendiri, saat melihat hasil masakan didapurnya ternyata masakannya cukup matang.
Rasiati tinggal sendirian dirumahnya yang sangat kecil dan peralatan didalampun bisa dihitung dengan jari. Bila tetangganya bisa menikmati listrik, ternyata dirumahnya tidak ada penerangan listrik.
Menurut Adam Madrusi, Kepala Dusun Sungai Terus Laok mengatakan, "Rasiati hidup sendiri, makan dari bantuan beras Raskin, sedangkan untuk laok pauknya dari bantuan BLT Rp. 200 ribu," katanya.
"Hidupnya hanya sendirian, kalau masak atau mau mandi yach meraba-raba sebab tidak melihat," ujar Adam Madrusi. (bst)
Hari ini (27/7), Media Bawean dengan dihantar Kepala Dusun Sungai Terus Laok berkunjung ke rumah wanita paruh baya yang bernama Rasiati usia 55 Tahun.
Rasiati hidup sebatang kara ditengah perkampungan Dusun Sungai Terus Laok desa Balik Terus, kecamatan Sangkapura. Tidak ada satupun orang yang menemani dirumahnya, sebab Rasiati tidak pernah menikah dan orang tuapun sudah meninggal dunia.
Saat tiba dirumahnya yang cukup kecil ukuran 5 meter panjang dan 2 meter lebar, sangat lama untuk dibukanya. Setelah dibuka, Rasiati mengatakan, "Saporanah eson bikbiburu mareh asombejheng (Maaf, saya barusan shalat ashar)," katanya.
Ketika Media Bawean mencoba untuk berwawancara, ternyata Rasiati tidak bisa menjawab satupun pertanyaan sebab pendengarannya terganggu. "Eson tak ngeding (Saya tidak mendengar)," katanya dengan suara keras.
Selain terganggu pendengarannya, Rasiati juga tidak bisa melihat benda apapun yang ada didepannya. Anehnya Rasiati bisa menanak nasi sendiri, saat melihat hasil masakan didapurnya ternyata masakannya cukup matang.
Rasiati tinggal sendirian dirumahnya yang sangat kecil dan peralatan didalampun bisa dihitung dengan jari. Bila tetangganya bisa menikmati listrik, ternyata dirumahnya tidak ada penerangan listrik.
Menurut Adam Madrusi, Kepala Dusun Sungai Terus Laok mengatakan, "Rasiati hidup sendiri, makan dari bantuan beras Raskin, sedangkan untuk laok pauknya dari bantuan BLT Rp. 200 ribu," katanya.
"Hidupnya hanya sendirian, kalau masak atau mau mandi yach meraba-raba sebab tidak melihat," ujar Adam Madrusi. (bst)
Posting Komentar