Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » » Mahasiswa & Angin Segar Perubahan Bawean

Mahasiswa & Angin Segar Perubahan Bawean

Posted by Media Bawean on Jumat, 11 September 2009

Media Bawean, 11 September 2009


Oleh : Abdul Khalid Boyan*


Abdul Khalid Boyan Memimpin Sidang Kongres PMB

Era 2009 menjadi momentum penting bagi mahasiswa Bawean. Pasalnya, setelah sekitar empat tahun vakum, tepatnya pada tanggal 18-20 Juli 2009 tercetuslah kembali Kongres Persatuan Mahasiswa Bawean (PMB) se-Nusantara di kota Batu, Malang. Kongres PMB ke-IV ini, tidak lahir secara insidental, melainkan melewati proses yang cukup panjang dan perbincangan yang melelahkan. Kongres ke-IV ini lahir dari refleksi mahasiswa Bawean akan pentingnya mempersatukan kembali organisasi-organisasi mahasiswa Bawean yang tersebar diberbagai wilayah : Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Malang, Jember, Lumajang, Kediri, Probolinggo dll.

Lahirnya PMB setidaknya telah memberi angin segar bagi perubahan Bawean dimasa depan. Eksistensi PMB tidak hanya menjadi payung pemersatu organisasi mahasiswa Bawean, tapi juga memperkuat posisi tawar mahasiswa Bawean dalam mengawal, mem-pressure, dan mengawal kinerja serta kebijakan pemerintah-dalam hal ini pemerintah Gresik agar selalu memihak kepada kepentingan masyarakat Bawean secara luas.

Tercetusnya kongres PMB Se-nusantara bertajuk “Satu Teriakan Menuju Kebangkitan Bawean” mengingatkan kita pada kecerdikan mahasiswa masa lampau dalam menjawab jeritan zamannya. Misal, berdirinya Budi Utomo tahun 1908 yang telah berhasil menyemaikan cita-cita kemerdekaan anak bangsa ditengah kuatnya cengkraman penjajahan Belanda, tecetusnya Sumpah Pemuda tahun 1928 ditengah menguatnya semangat primordialisme-kedaerahan, lengsirnya rezim Soekarno tahun 1966 dengan sistem patronasenya dan tumbangnya Orde Baru tahun 1998 dengan sistem otoritarianismenya yang sangat hegemonik.

Masyarakat Bawean masih menaruh harapan besar diatas pundak para pemuda dan mahasiswa asal putra daerah, Bawean. Besarnya kepeloporan masiswa dan pemuda di panggung sejarah bagsa ini, telah membuat mahasiswa dan pemuda Bawean menjadi tempat tumpuan aspirasi sekaligus simbol artikulasi berbagai asprasi-aspirari rakyat Bawean. Mahasiswa (pemuda) masih dipercaya sebagai elemen yang mampu membawa dan mengawal jalannya sejarah kebangkitan Bawean. Sebuah sejarah yang mampu mengantarkan rakyat Bawean pada kesejahteraan seutuhnya.

Banyak pekerjaan rumah (baca : permasalahan-permasalahan Bawean) yang menunggu jawaban mahasiswa. Harus diakui, Bawean adalah “pulau sejuta masalah”. Bawean masih jauh tertinggal dengan daerah kepulaun Nusantara pada umumnya. Dalam hal sarana transportasi, misalanya, pulau putri-panggilan akrab pulau Bawean-sangat memperihatinkan; Kapal yang beroperasi minim (hanya dua : KM Bahari dan Dharma Kartika), harga tiket kapal terlalu mahal, tidak sebanding dengan jarak tempuh pelayaran Gresik-Bawean, masyarakat masih kesulitan mendapatkan tiket langsung dari loket kapal karena lemahnya managemen penjualan tiket kapal yang memberi peluang sistem pemesanan (booking). Tidak jarang, tiket kapal habis jauh-jauh hari sebelum jadwal pemberangkatan kapal. Belum lagi menjamurnya para calo tiket-yang nota bene anak Bawean sendiri- yang menjual harga tiket kapal terlampau mahal.

Tidak hanya kapal, Listrik (penerangan) dan Jalan raya Bawean juga merupakan permasalahan pelik Bawean yang sampai detik ini belum tersentuh tangan pemerintah. Keberadaan Pembangkit Listrik Nasional (PLN) di Bawean belum mampu memunuhi kebutuhan dasar masyarakat. Masyarakat banyak mengeluhkan adanya sistem pemadaman bergilir-apapun alasan pemerintah-karena berefek pada tersendatnya perekonomian warga. Kalau pemerintah serius, semestinya sudah dari dulu pemerintah menambah kapasitas genset dan memberantas pencuriah curah listrik, karena penambahan genset dan pemberantasan pencurian curah listrik merupakan syarat menuju realisasi listrik 24 jam.

Dalam hal jalan, Pulau Bawean masih bermasalah. Jalan raya yang melingkari pulau Bawean sangat memperihatinkan. Tampaknya, sangat sulit kita menjumpai jalan raya Bawean yang terbebas dari lubang. Menjamurnya lubang disepanjang ruas jalan Bawean merupakan potret rendahnya kontroling pemerintah terhadap pelayanan publik. Melihat besarnya anggaran APBD yang sampai triliunan bagi perbaikan jalan, parahnya kerusakan jalan Bawean sulit diterima akal sehat; Ada apa dengan jalan Bawean ?

Ditengah kondisi pulau putri seperti inilah, komitmen dan militansi mahasiswa Bawean dipertaruhkan. Hanya ada dua pilihan, bangkit dari ketertidasan dan memperjuangkan gerakan pro-kerakyatan atau diam melihat realitas ketidakadilan. kini adalah saat dimana komitmen dan militansi mahasiswa Bawean dipertaruhkan.

*Aktivis Persatuan Mahasiswa Bawean (PMB), mahasiswa sosiologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

SHARE :

Posting Komentar

 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean