Media Bawean, 11 September 2009
Oleh : Fuad Usfa
Hidup di perantauan bila memasauki bulan Ramadhan kerinduan akan kampung halaman terasa meningkat.
Orang Bawean di Australia lumayan juga populasinya, bila dihitung termasuk yang berdarah campuran baik dengan keturunan Melayu, Kokos, Kulit Putih dan lainnya bisa mencapai 500 orang. Kerinduan akan kampung halaman akan terobati manakala bisa berkunjung ke rumah orang Bawean sambil bercengkrama, apalagi bila ruangan rumah di desain sedemikian rupa sehingga dapat dikesankan seperti ketika di Bawean, seperti di rumah Ustadz Badrun Ahwan (asal dusun Padek Desa Lebak Sangkapura Bawean), maklumlah beliau mempunyai kelebihan pula dalam kemampuan mendesain sendiri.
Di saat Ramadhan tahun ini penulis sekeluarga selalu datang untuk shalat taraweh bersama. Seusai shalat taraweh sempat berbincang-bincang sekilas, enteng-entengan, ngalor ngidul, dari apakah tiada mungkin zakat, infak dan Shadakah dikelola secara produktif, berupa pemberian modal kepada dhuafa’, disamping tentu tidak mungkin melepaskan konsumtifnya, serta pertanyaan bagaimana peran NU dan Muhammadiyah?, bila terdapat kendala normatif apakah bahsul masail dan tarjeh tidak bisa didaya gunakan?, dan lain-lain bualan ringan.
Apalagi tatkala kedatangan tamu lain yang juga asal Bawean dan/atau keturunan Bawean seperti beberapa hari lalu, yaitu tatkala ibu Patma (asal Desa Lebak) bersama putrinya (ibu Sanimah, kelahiran Singapore) juga putranya (bapak Sudirman, kelahiran Christmas Island) serta menantunya (ibu Muslimah, asal Desa Lebak) datang bertamu, sungguh makin terasa suasana ke-Baweanan itu, sebab kita bisa bercanda ala Bawean, anak-anakpun bersuka ria. Dalam gambar Nampak anak-anak bercanda di ruang tamu depan, sedang orang tua nampak di ruang tamu belakang, serta Ustadz Badrun seusai menjadi imam shalat.
Kapan hendak berlibur ke Bawean ustadz?, "tak lama lagi, insya-Allah, doakan bisa berhariraya di tanah kelahiran tahun 1430 H ini’, ujarnya.
Orang Bawean di Australia lumayan juga populasinya, bila dihitung termasuk yang berdarah campuran baik dengan keturunan Melayu, Kokos, Kulit Putih dan lainnya bisa mencapai 500 orang. Kerinduan akan kampung halaman akan terobati manakala bisa berkunjung ke rumah orang Bawean sambil bercengkrama, apalagi bila ruangan rumah di desain sedemikian rupa sehingga dapat dikesankan seperti ketika di Bawean, seperti di rumah Ustadz Badrun Ahwan (asal dusun Padek Desa Lebak Sangkapura Bawean), maklumlah beliau mempunyai kelebihan pula dalam kemampuan mendesain sendiri.
Di saat Ramadhan tahun ini penulis sekeluarga selalu datang untuk shalat taraweh bersama. Seusai shalat taraweh sempat berbincang-bincang sekilas, enteng-entengan, ngalor ngidul, dari apakah tiada mungkin zakat, infak dan Shadakah dikelola secara produktif, berupa pemberian modal kepada dhuafa’, disamping tentu tidak mungkin melepaskan konsumtifnya, serta pertanyaan bagaimana peran NU dan Muhammadiyah?, bila terdapat kendala normatif apakah bahsul masail dan tarjeh tidak bisa didaya gunakan?, dan lain-lain bualan ringan.
Apalagi tatkala kedatangan tamu lain yang juga asal Bawean dan/atau keturunan Bawean seperti beberapa hari lalu, yaitu tatkala ibu Patma (asal Desa Lebak) bersama putrinya (ibu Sanimah, kelahiran Singapore) juga putranya (bapak Sudirman, kelahiran Christmas Island) serta menantunya (ibu Muslimah, asal Desa Lebak) datang bertamu, sungguh makin terasa suasana ke-Baweanan itu, sebab kita bisa bercanda ala Bawean, anak-anakpun bersuka ria. Dalam gambar Nampak anak-anak bercanda di ruang tamu depan, sedang orang tua nampak di ruang tamu belakang, serta Ustadz Badrun seusai menjadi imam shalat.
Kapan hendak berlibur ke Bawean ustadz?, "tak lama lagi, insya-Allah, doakan bisa berhariraya di tanah kelahiran tahun 1430 H ini’, ujarnya.
Posting Komentar