Media Bawean, 14 Oktober 2009
Bagaimana sisi kehidupan mantan anggota dewan 2004-2009 asal dari Pulau Bawean. Berikut hasil liputan Media Bawean dengan Syakir Jamhuri, SH. (mantan anggota dewan dari Partai Golkar).
"Kembali mengabdikan diri ditengah-tengah masyarakat sebagai pendidik, dengan mengelolah Pondok Pesantren Al Amin Sokaoneng Tambak," katanya.
Apakah jadi pengasuh ponpes? "Disini tidak ada istilah pengasuh perorangan, tetapi pengasuh dengan pola kolektifitas dari beberapa pendidik yang ada. Pola kolektifitas tidak menjadikan pengasuh tunggal sebagai figur sentral dalam pesantren, sehingga tidak ada otoriter pengasuh tetapi melalui kesepakatan bersama dengan pendidik yang ada," ujarnya.
Kenapa menggunakan kolektifitas? "Di Pulau Bawean sangat banyak pondok pesantren yang ditinggal oleh pengasuhnya, ternyata tidak bisa mewarisi disebabkan tidak memiliki keturunan ataupun punya menantu tetapi tidak siap untuk menggantikannya," paparnya.
"Ponpes Al Amin didirikan tahun 1992 dengan sistem pendidikan salafiyah yaitu mengajarkan kitab-kitab kuning dan asriyah dengan sistem pendidikan modern melalui sekolah formal yang ada," jelas Syakir Jamhuri, SH.
"Jumlah santri yang menetap sebanyak 25 orang, berasal dari Kebuntelukdalam, Kepongan, Gandariyah, Telukjati, Gelam dan lain-lain. Sedangkan santri tidak mukim sebanyak 27 orang berasal dari warga sekitar pondok pesantren," terang mantan Anggota DPRD Gresik.
Di Ponpes Al Amin Sokaoneng memiliki pendidikan dari PAUD, RA, MI, MTs dan MA. "Perguruan tinggi masih tahap perencanaan, insya Allah sebentar lagi akan didirikan di Ponpes Al Amin," tambah Syakir. (bst)
"Kembali mengabdikan diri ditengah-tengah masyarakat sebagai pendidik, dengan mengelolah Pondok Pesantren Al Amin Sokaoneng Tambak," katanya.
Apakah jadi pengasuh ponpes? "Disini tidak ada istilah pengasuh perorangan, tetapi pengasuh dengan pola kolektifitas dari beberapa pendidik yang ada. Pola kolektifitas tidak menjadikan pengasuh tunggal sebagai figur sentral dalam pesantren, sehingga tidak ada otoriter pengasuh tetapi melalui kesepakatan bersama dengan pendidik yang ada," ujarnya.
Kenapa menggunakan kolektifitas? "Di Pulau Bawean sangat banyak pondok pesantren yang ditinggal oleh pengasuhnya, ternyata tidak bisa mewarisi disebabkan tidak memiliki keturunan ataupun punya menantu tetapi tidak siap untuk menggantikannya," paparnya.
"Ponpes Al Amin didirikan tahun 1992 dengan sistem pendidikan salafiyah yaitu mengajarkan kitab-kitab kuning dan asriyah dengan sistem pendidikan modern melalui sekolah formal yang ada," jelas Syakir Jamhuri, SH.
"Jumlah santri yang menetap sebanyak 25 orang, berasal dari Kebuntelukdalam, Kepongan, Gandariyah, Telukjati, Gelam dan lain-lain. Sedangkan santri tidak mukim sebanyak 27 orang berasal dari warga sekitar pondok pesantren," terang mantan Anggota DPRD Gresik.
Di Ponpes Al Amin Sokaoneng memiliki pendidikan dari PAUD, RA, MI, MTs dan MA. "Perguruan tinggi masih tahap perencanaan, insya Allah sebentar lagi akan didirikan di Ponpes Al Amin," tambah Syakir. (bst)
Posting Komentar