Media Bawean, 7 Oktober 2009
Sumber : SURYA
Surabaya-Surya- Pengembangan bisnis penerbangan terus dilakukan maskapai, agar potensi pendapatan maksimal. Ini setidaknya dilakukan beberapa maskapai yang berencana menggarap penerbangan komuter (jarak pendek) di wilayah yang sulit terjangkau pesawat jet.
PT Merpati Nusantara Airlines (MNA) misalnya, telah serius menggarap penerbangan komuter di berbagai daerah di Indonesia, termasuk area Indonesia Timur dan Jatim. Menurut Branch Office Manager Merpati Nusantara Airlines (MNA) Surabaya, Irvan Harijanto, jika dari wilayah timur, propinsi Jatim adalah daerah yang cukup potensial dikembangkan.
“Banyak daerah di Jatim yang kami bidik untuk penerbangan komuter ini. Kemungkinan besar, ini akan siap pada 2012,” tutur Irvan, Selasa (6/10).
Ada beberapa daerah yang layak dikembangkan, di antaranya Jember dan Banyuwangi. Dipilihnya dua daerah tersebut, kata Irvan, tak lepas dari akses Surabaya menuju Indonesia Timur, termasuk Bali yang lebih dekat. Potensi penerbangan di dua daerah ini cukup besar, karena akses darat menuju Surabaya tak secepat dulu akibat Lumpur Lapindo.
“Ini bagus karena dari sisi pariwisata sebenarnya ada obyek yang menarik di kedua wilayah itu, seperti Pantai Plengkung. Apalagi, di Banyuwangi sedang dibangun bandara baru yang diperkirakan tuntas tahun depan, sedang di Jember sudah tersedia Bandara Notohadinegoro,” tukasnya.
Selain itu, pihaknya juga membidik tempat lain yang layak bagi penerbangan komuter, seperti ke Pulau Bawean dan Madura. Untuk Bawean, selain dibangun landasan, juga ada industri tambang emas. Sedangkan di Sumenep, saat ini sedang berkembang pengeboran minyak.
“Tidak hanya memiliki potensi tinggi, kami melihat jika Bawean dan Sumenep punya landasan pesawat propelar, yang tidak butuh landasan yang panjang,” urai Irvan.
Untuk penerbangan komuter, pihaknya menggunakan pesawat propelar yang dilengkapi turbo prof, berkapasitas 18 hingga 56 kursi. Sedangkan landasan yang dibutuhkan hanya sepanjang 1.400 meter saja. “Terkait armada, secara nasional MNA butuh 50 unit. Khusus di Jatim, paling tidak butuh 15 pesawat propelar,” tandasnya, yang menolak merinci investasi untuk penerbangan komuter ini.
Masih Penjajagan
Sementara itu, maskapai terbesar di Indonesia, Garuda Indonesia juga melihat jika penerbangan komuter punya prospek yang besar. Ini tak lepas dari kondisi geografis dan topologi Indonesia, yang memungkinkan penggunaan landasan pendek.
“Kami melihat jika penerbangan komuter atau perintis cukup potensial, terutama untuk wilayah Jatim seperti Jember dan Banyuwangi. Karena itu, kami sedang menjajagi untuk menggarap penerbangan komuter ini,” ujar Erina Damayanti, Humas Garuda Indonesia Area Indonesia Timur.
Hanya saja, pihaknya belum bisa memastikan kapan penerbangan komuter ini bisa dilakukan. Pasalnya, untuk jangka pendek, pihaknya masih fokus pada penerbangan domestik, seperti Ambon dan Ternate, serta internasional. “Mungkin setelah ini, kami akan menggarap serius penerbangan komuter,” pungkas Erina. sda
Sumber : SURYA
Surabaya-Surya- Pengembangan bisnis penerbangan terus dilakukan maskapai, agar potensi pendapatan maksimal. Ini setidaknya dilakukan beberapa maskapai yang berencana menggarap penerbangan komuter (jarak pendek) di wilayah yang sulit terjangkau pesawat jet.
PT Merpati Nusantara Airlines (MNA) misalnya, telah serius menggarap penerbangan komuter di berbagai daerah di Indonesia, termasuk area Indonesia Timur dan Jatim. Menurut Branch Office Manager Merpati Nusantara Airlines (MNA) Surabaya, Irvan Harijanto, jika dari wilayah timur, propinsi Jatim adalah daerah yang cukup potensial dikembangkan.
“Banyak daerah di Jatim yang kami bidik untuk penerbangan komuter ini. Kemungkinan besar, ini akan siap pada 2012,” tutur Irvan, Selasa (6/10).
Ada beberapa daerah yang layak dikembangkan, di antaranya Jember dan Banyuwangi. Dipilihnya dua daerah tersebut, kata Irvan, tak lepas dari akses Surabaya menuju Indonesia Timur, termasuk Bali yang lebih dekat. Potensi penerbangan di dua daerah ini cukup besar, karena akses darat menuju Surabaya tak secepat dulu akibat Lumpur Lapindo.
“Ini bagus karena dari sisi pariwisata sebenarnya ada obyek yang menarik di kedua wilayah itu, seperti Pantai Plengkung. Apalagi, di Banyuwangi sedang dibangun bandara baru yang diperkirakan tuntas tahun depan, sedang di Jember sudah tersedia Bandara Notohadinegoro,” tukasnya.
Selain itu, pihaknya juga membidik tempat lain yang layak bagi penerbangan komuter, seperti ke Pulau Bawean dan Madura. Untuk Bawean, selain dibangun landasan, juga ada industri tambang emas. Sedangkan di Sumenep, saat ini sedang berkembang pengeboran minyak.
“Tidak hanya memiliki potensi tinggi, kami melihat jika Bawean dan Sumenep punya landasan pesawat propelar, yang tidak butuh landasan yang panjang,” urai Irvan.
Untuk penerbangan komuter, pihaknya menggunakan pesawat propelar yang dilengkapi turbo prof, berkapasitas 18 hingga 56 kursi. Sedangkan landasan yang dibutuhkan hanya sepanjang 1.400 meter saja. “Terkait armada, secara nasional MNA butuh 50 unit. Khusus di Jatim, paling tidak butuh 15 pesawat propelar,” tandasnya, yang menolak merinci investasi untuk penerbangan komuter ini.
Masih Penjajagan
Sementara itu, maskapai terbesar di Indonesia, Garuda Indonesia juga melihat jika penerbangan komuter punya prospek yang besar. Ini tak lepas dari kondisi geografis dan topologi Indonesia, yang memungkinkan penggunaan landasan pendek.
“Kami melihat jika penerbangan komuter atau perintis cukup potensial, terutama untuk wilayah Jatim seperti Jember dan Banyuwangi. Karena itu, kami sedang menjajagi untuk menggarap penerbangan komuter ini,” ujar Erina Damayanti, Humas Garuda Indonesia Area Indonesia Timur.
Hanya saja, pihaknya belum bisa memastikan kapan penerbangan komuter ini bisa dilakukan. Pasalnya, untuk jangka pendek, pihaknya masih fokus pada penerbangan domestik, seperti Ambon dan Ternate, serta internasional. “Mungkin setelah ini, kami akan menggarap serius penerbangan komuter,” pungkas Erina. sda
Posting Komentar