Media Bawean, 18 Januari 2010
Sumber : Jawa Pos
GRESIK - Hasrat Jumahat, 44, untuk melepas kangen dengan orang tuanya di Desa Tanjungori, Kecamatan Tambak, Pulau Bawean, harus tertunda. Sebab, penyeberangan kapal dari Gresik ke Pulau Bawean masih terputus. Sudah seminggu tenaga kerja Indonesia (TKI) di Malaysia itu "terdampar" di Gresik.
"Kalau Selasa (19/1) kapal belum bisa berlayar, saya akan balik saja ke Malaysia. Sebab, tiket balik ke Malaysia akan habis," kata Jumahat saat ditemui di sebuah penginapan bertarif Rp 25.000 per malam di Jalan Harun Thohir, Bedilan, Gresik, kemarin (17/1).
Jumahat sebetulnya berniat mudik ke tempat kelahirannya di Desa Tanjungori, Kecamatan Tambak, setelah enam tahun tidak pulang. Di Pulau Putri -sebutan Pulau Bawean- Jumahat berniat menjenguk orang tuanya yang sakit. "Tapi, sudah seminggu tidak ada kapal yang berangkat," ujarnya.
Di sejumlah penginapan dekat Pelabuhan Gresik, ada ratusan calon penumpang yang tidak bisa menyeberang. Di antara mereka, ada yang sudah sepuluh hari menyewa kamar penginapan untuk menunggu keberangkatan kapal. "Persediaan sudah menipis. Bekal uang tinggal dua hari," tutur Rahmat, 37, warga Desa Tanjungori. Rahmat menyewa empat kamar, masing-masing bertarif Rp 25 ribu per malam. Sebab, dia membawa sepuluh anggota keluarganya.
Hingga kemarin (17/1), Administratur Pelabuhan (Adpel) Gresik belum membolehkan kapal penyeberangan Gresik-Bawean berlayar. Sebab, kondisi cuaca dianggap masih ekstrem. Penyeberangan Gresik-Bawean mulai ditutup pada 12 Januari lalu. Kini, harga sembako di Pulau Bawean kian melangit karena stok menipis. (yad/soe)
Sumber : Jawa Pos
GRESIK - Hasrat Jumahat, 44, untuk melepas kangen dengan orang tuanya di Desa Tanjungori, Kecamatan Tambak, Pulau Bawean, harus tertunda. Sebab, penyeberangan kapal dari Gresik ke Pulau Bawean masih terputus. Sudah seminggu tenaga kerja Indonesia (TKI) di Malaysia itu "terdampar" di Gresik.
"Kalau Selasa (19/1) kapal belum bisa berlayar, saya akan balik saja ke Malaysia. Sebab, tiket balik ke Malaysia akan habis," kata Jumahat saat ditemui di sebuah penginapan bertarif Rp 25.000 per malam di Jalan Harun Thohir, Bedilan, Gresik, kemarin (17/1).
Jumahat sebetulnya berniat mudik ke tempat kelahirannya di Desa Tanjungori, Kecamatan Tambak, setelah enam tahun tidak pulang. Di Pulau Putri -sebutan Pulau Bawean- Jumahat berniat menjenguk orang tuanya yang sakit. "Tapi, sudah seminggu tidak ada kapal yang berangkat," ujarnya.
Di sejumlah penginapan dekat Pelabuhan Gresik, ada ratusan calon penumpang yang tidak bisa menyeberang. Di antara mereka, ada yang sudah sepuluh hari menyewa kamar penginapan untuk menunggu keberangkatan kapal. "Persediaan sudah menipis. Bekal uang tinggal dua hari," tutur Rahmat, 37, warga Desa Tanjungori. Rahmat menyewa empat kamar, masing-masing bertarif Rp 25 ribu per malam. Sebab, dia membawa sepuluh anggota keluarganya.
Hingga kemarin (17/1), Administratur Pelabuhan (Adpel) Gresik belum membolehkan kapal penyeberangan Gresik-Bawean berlayar. Sebab, kondisi cuaca dianggap masih ekstrem. Penyeberangan Gresik-Bawean mulai ditutup pada 12 Januari lalu. Kini, harga sembako di Pulau Bawean kian melangit karena stok menipis. (yad/soe)
Posting Komentar