Media Bawean, 10 Mei 2010
Sumber : Surabaya Post
GRESIK – Ratusan mahasiswa asli Bawean yang tergabung dalam Persatuan Mahasiswa Bawean (PMB), Minggu (9/5), menggelar kampanye pilkada dengan keliling Bawean. Mereka menyerukan kepada warga di Bawean agar menolak money politics dalam Pilkada Gresik, 26 Mei mendatang.
“Pemilihan umum seharusnya menjadi wahana kedaulatan atau kemerdekaan rakyat untuk memilih pemimpin dan wakilnya, tapi kini berubah. Tidak jarang masyarakat memilih calon yang memberikan rupiah lebih tinggi, sembako yang melimpah, dan sebagainya,” kata Syukron Makmun, Ketua PMB, saat berorasi.
Jika demikian, tambahnya, calon yang nanti terpilih adalah mereka yang telah menghabiskan modal besar. Dampaknya, agenda pertama mereka adalah mengembalikan modal. “Jadi, calon yang telah menghabiskan modal besar pasti rentan untuk korupsi guna mengembalikan modal itu. Dengan kata lain, pemilu sama dengan transaksi jual beli,” tandas Syukron.
Dalam aksinya itu, PMB menyatakan hukum memilih pasangan cabup-cawabup yang membeli suara adalah najis, tim yang menjadi perantara jual beli suara adalah tim subhat, dan rakyat yang menjual suaranya adalah rakyat yang sesat. “Katakan tidak pada money politics. Mari memilih pemimpin sesuai nurani, memilih yang terbaik dengan tanpa pamrih, tanpa iming-iming, tanpa kepentingan,” tegasnya.
Dalam aksinya, ratusan amggota PMB berangkat dari Alun-Alun Sangkapura dengan rute menempuh jalan lingkar, melalui jalur barat menuju timur. Di sepanjang jalan, mahasiswa itu membagi-bagikan selebaran seruan menolak cabup-cawabup yang menggunakan money politics. Dalam selebaran tertulis, bagi pemilih yang ditawari uang, terima uangnya, tetapi saat pencoblosan tetap merdeka untuk mencoblos atau tidak pada calon yang memberi uang. sep
Sumber : Surabaya PostGRESIK – Ratusan mahasiswa asli Bawean yang tergabung dalam Persatuan Mahasiswa Bawean (PMB), Minggu (9/5), menggelar kampanye pilkada dengan keliling Bawean. Mereka menyerukan kepada warga di Bawean agar menolak money politics dalam Pilkada Gresik, 26 Mei mendatang.
“Pemilihan umum seharusnya menjadi wahana kedaulatan atau kemerdekaan rakyat untuk memilih pemimpin dan wakilnya, tapi kini berubah. Tidak jarang masyarakat memilih calon yang memberikan rupiah lebih tinggi, sembako yang melimpah, dan sebagainya,” kata Syukron Makmun, Ketua PMB, saat berorasi.
Jika demikian, tambahnya, calon yang nanti terpilih adalah mereka yang telah menghabiskan modal besar. Dampaknya, agenda pertama mereka adalah mengembalikan modal. “Jadi, calon yang telah menghabiskan modal besar pasti rentan untuk korupsi guna mengembalikan modal itu. Dengan kata lain, pemilu sama dengan transaksi jual beli,” tandas Syukron.
Dalam aksinya itu, PMB menyatakan hukum memilih pasangan cabup-cawabup yang membeli suara adalah najis, tim yang menjadi perantara jual beli suara adalah tim subhat, dan rakyat yang menjual suaranya adalah rakyat yang sesat. “Katakan tidak pada money politics. Mari memilih pemimpin sesuai nurani, memilih yang terbaik dengan tanpa pamrih, tanpa iming-iming, tanpa kepentingan,” tegasnya.
Dalam aksinya, ratusan amggota PMB berangkat dari Alun-Alun Sangkapura dengan rute menempuh jalan lingkar, melalui jalur barat menuju timur. Di sepanjang jalan, mahasiswa itu membagi-bagikan selebaran seruan menolak cabup-cawabup yang menggunakan money politics. Dalam selebaran tertulis, bagi pemilih yang ditawari uang, terima uangnya, tetapi saat pencoblosan tetap merdeka untuk mencoblos atau tidak pada calon yang memberi uang. sep
Posting Komentar