Media Bawean, 14 September 2010
Diskusi Media Bawean dilaksanakan (senin, 13/9) bertempat di Gedung Pendidikan Islamiyah Tambak Pulau Bawean, dihadiri Fuad Mahsuni sebagai Anggota DPRD Propinsi Jawa Timur, 3 anggota DPRD Kabupaten Gresik yaitu A. Muhajir, Akhwan dan Miftahol Jannah, serta Perwakilan Tokoh Bawean.
Topik diskusi membahas segala persoalan Pulau Bawean, diantaranya kelanjutan lapangan terbang, soal tiket kapal di Gresik, dan pendidikan. Diskusi terfokus membahas persoalan kelanjutan lapangan terbang di desa Tanjungori kecamatan Tambak.
Fuad Mahsuni mengatakan Pulau Bawean memiliki banyak obyek wisata, warga dunia banyak ingin berkunjung melihat secara langsung, tetapi mereka enggan datang sehubungan tidak adanya lapangan udara.
"Sebenarnya Pulau Bawean memiliki banyak budaya yang bisa dijual kepada wisatawan, seperti tradisi molodnya dan lain-lain," kata Anggota DPRD Propinsi Jawa Timur.
Utamanya menurut Fuad Mahsuni fungsi lapangan terbang untuk memudahkan transportasi warga Pulau Bawean di luar negeri, serta meningkatkan perekonomian warga Pulau Bawean disegala sektor.
Akhwan sebagai Anggota DPRD Kabupaten Gresik, mengatakan Tahun Anggaran 2009 sebanyak Rp.300juta untuk pembangunan lapter Bawean tidak serap sehubungan pemilik lahan menolak harga tanah yang ditetapkan oleh pemerintah sebesar Rp.60ribu permeter. Sehingga APBD tahun 2010 tidak dialokasikan anggaran untuk lapter Bawean.
"Soal pembebasan lahan lapter Bawean, anggota Komisi A DPRD beberapa bulan lalu waktu kunjungan ke Pulau Bawean sudah melakukan pertemuan dengan Kepala Desa dan Perwakilan Warga pemilik lahan sebanyak 4 orang, sedangkan hasilnya sampai sekarang belum jelas," terangnya.
Berapa kebutuhan lahan lapter yang perlu dibebaskan dari warga? menurut Akhwan, yang dibutuhkan sebanyak 9 hektar, tetapi kebutuhan mendesak sebanyak 3 hektar untuk pengoperasiannya, selebihnya tahap berikutnya.
"Sebentar lagi kita akan membahas RAPBD PAK, bila ada kesepakan harga yang ditetapkan oleh pemerintah dengan warga, nantinya bisa diusulkan bersama-sama," papar Akhwan.
Muhajir mengatakan persoalan lapter dimulai dengan banyaknya masalah, sehingga dampaknya banyak warga merasa kehilangan kepercayaan kepada penentu kebijakan.
"Kenapa persoalan lapter berlarut-larut sampai sekarang belum selesai, disebabkan banyak versi di masyarakat yang berkembang sehingga pemilik lahan merasa bingung," ujar Muhajir.
Imam Juhadi sebagai perwakilan masyarakat Bawean menyayangkan pembangunan lapangan terbang (lapter) yang seharusnya sebelum dilakukan pembangunan segala sesuatunya diselesaikan terlebih dahulu. Sehingga tidak terjadi permasalahan seperti yang ada sekarang. "Sehubungan sudah terkadung bermasalah, yach bagaimana masalahnya cepat selesai sehubungan lapter sangat dibutuhkan oleh warga Bawean," harapannya.
Setelah diskusi selesai, sepakat tiga anggota DPRD Kabupaten Gresik didampingi Fuad Mahsuni langsung menemui warga pemilik lahan di Pajinggahan Tanjungori untuk mengetahui keinginan warga yang sesungguhnya. (bst)
Posting Komentar