Media Bawean, 16 Oktober 2010
(Tulisan Dari Atas Kapal)
Di Indonesia, kalau mau jujur, Bawean lebih terkenal karena pelautnya dari pada keberadaan pulaunya sendiri. Ini bisa dimaklumi karena warga Bawean yang bekerja sebagai pelaut memang terbilang banyak dibandingkakn dengan pulau-pulau yang lebih besar di Indonesia semacam Pulau Madura. Jumlah pelaut Bawean yang banyak itu rata-rata tersebar di perusahaan singapura dan malaysia. Selain dari kedua negara itu barangkali hanya UEA yang sedikit menampung pelaut Bawean.
Di Pulau Bawean, ada beberapa desa yang terkenal karena hampir semua laki-lakinya bekerja di kapal, seperti desa Tanjung Ori, Tambak dan Diponggo. Sebagian juga berasal dari beberapa desa di wilayah Sangkapura. Selain pelaut Diponggo, hampir bisa dipastikan para pelaut dari desa tersebiut di atas itu bekerja di kapal-kapal kecil yang berada di wilayah Singapura dan malaysia, kenapa?
Seperti yang terjadi dengan mereka yang bekerja di daratan malaysia, keberadaan pelaut Bawean yang kian membanyak itu terjadi karena informasi yang mereka dapatkan tentang kapal hanya diperoleh dari tetangga atau sanak keluarga mereka. Keluarga membawa keluarga dan tetangga mengajak tetangga hingga berakhir di satu tempat yang sama. Itulah mengapa di Tug boat atau Supply boat Singapore kebanyakan ABKnya berKTP kecamatan Tambak dan sangkapura. Padahal, kalalu kita tak malas mencari informasi, peluang kerja di kapal yang lebih banyak dari dulu sudah siap menampung putra-putra Bawean yang ingin bekerja di kapal.
KAPAL PESIAR atau CRUISE SHIP
Meskipun warga Bawean banyak yang jadi pelaut, namun selama tiga belas tahun penulis bekerja di kapal pesiar, tak lebih dari sepuluh orang putra Bawean yang pernah penulis temui berasal dari pulau Bawean. Itupun adalah mereka, orang-orang Bawean yang sudah menetap lama di jakarta. Hanya tiga orang (Semoga masih ada lagi) yang masih berKTP Bawean, berangkat dari Bawean dan pulang ke bawean. Kecilnya jumlah reng bhabiyen di kapal pesiar ini bukan karena mereka tidak mampu bersaing di higher level, tapi penulis yakin karena kurangnya informasi yang mereka dapat tentang cruise ship ini. Padahal, jika mereka dapat cukup informasi, ratusan ribu lapangan kerja di lahan yang termasuk bisnis jasa pariwisata ini siap menanti putra dan putri Pulau Bawean menjelajahi dunia.
APA KAPAL PESIAR?
Kapal pesiar seperti namanya ia tetaplah kapal, Cuma ia tidak membawa cargo barang atau minyak. Yang ia bawa adalah penumpang atau manusia yang ingin menjelajah satu tempat ke tempat lainnya. Karena ia membawa penumpang, maka setting yang ada di dalam kapal diserupakan bentuk dan keberadaannya seperti hotel, makanya tak heran jika sebagian orang memanggilnya floating hotel atau hotel terapung. Karena ia menyerupai hotel, maka ABK yang terbanyak di kapal pesiar adalah di hotel department.
Jika di tug boat dan cargo ship ABKnya rata-rata Cuma 8 hingga 30 orang, maka di kapal pesiar ABKnya minimal 600 orang. Bahkan jika bobot kapalnya lebih dari 100 ribu ton, maka hampir dipastikan ABK kapal pesiar itu mencapai lebih dari 1000 orang. Dengan perincian sekitar 90% dari mereka berbackground pendidikan perhotelan. Jika di dunia ini jumlah kapal pesiar lebih dari seratus kapal dan masing-masing kapal berABK lebih dari 600 orang, berapa pelaut yang mereka butuhkan? Padahal hampir semua perusahan besar kapal pesiar memperkerjakan ABK asal Indonesia. Jadi sangat mengherankan penulis saat di kapal tempat penulis bekerja yang ABKnya 900 orang penulis hanya berdua berKTP Bawean, padahal di Singapore seorang teman bercerita di tug boat yang ABKnya 8 orang, mereka semua berKTP keluaran Pulau Bawean.
PERSYARATAN
Tak seperti halnya kapal biasa yang Cuma terdiri dari dua department, yaitu Deck and Engine, maka di kapal pesiar masih ada satu lagi department, yaitu hotel. Department ini yang paling banyak membawahi ABK, mulai dari administrasi, Dining room dan Housekeeping hingga food and beverage. Syarat untuk masuk ke depatment ini berbeda-beda tergantung rank apa yang diinginkan, dengan satu kepastian yaitu graduated from hotel school dengan masa sekolah minilah satu tahun atau D1 dan bahasa Inggris aktif. Bahasa Inggris di kapal ini ditekankan keaktifannya karena ABK berinteraksi langsung dengan penumpang yang mayoritas berbahasa ibu Inggeris. Jadi, jika kita Cuma bisa berbahasa Inggris dengan pasif, alias mengerti saja tapi susah untuk mengucapkannya, maka hampir bisa dipastikan ABK dengan standard begini tak akan diterima untuk ikut bagian bekerja di kapal pesiar. Ketentuan ini juga berlaku buat ABK dari Deck and Engine department. ABK untuk department ini tidak harus lulusan sekolah perhotelan, tapi minimal mereka yang mau melamar harus lulus SMU dan punya pengalaman berlayar selama dua tahun. Sekali lagi, standard Bahasa Inggris mereka tetap aktif. Tanpa Bahasa Inggeris yang aktif hampir pasti tak akan diterima, karena mayoritas perusahaan kapal pesiar saat melakukan perekrutan mereka mengadakan interview satu lawan satu, dengan rincian tes tulis, interview dan marlin test, yaitu tes komputer on line mengukur standard kecakapan Bahasa Inggeris kita. Sementara untuk sertifikat pendukungnya calon crew kapal pesiar untuk hotel departement hanya diminta mempunyai BST (Basic safety traininng), Passport dan Buku pelaut yang merupakan kewajiban buat pelaut Indonesia yang mau bekerja di luar negeri.
PLUS DAN MINUSNYA
Bagi kebanyakan ABK asal Bawean yang bekerja di kapal-kapal kecil Singapore, bekerja di kapal pesiar mungkin banyak ruginnya, karena memang kebanyakan mereka mempunyai ijasah perkapalan dan bekerja sebagai perwira, sementara hingga saat ini hampir tak ada satupun perusahan kapal pesiar yang memperkerjakan ABK Indonesia sebagai perwira Deck atau mesin. Ini sangat dimenngerti karena kebanyakan perwira asal Indonesia tak begitu fasih dalam menggunakan Bahasa Inggris, sementara dalam kapal pesiar seorang perwira diharusnya menguasai benar Bahasa inggris, karena mereka berinteraksi langsung dengan sistim administrasi kapal yang biasanya berhubung langsung ke kantor pusatnya di Amerika Serikat, atau dengan penumpang yang hampir semuanya berkewarganegaraan negeri Paman Sam. Namun bagi ABK dari hotel department, banyak perusahaan mempercayakan perwiranya bagi WNI, hingga bekerja sebagai perwira kapal bukanlah hal mustahil, apalagi di Indonesia banyak sekolah perhotelan dengan program S1 atau D3, salah satu syarat untuk memegang jabatan sebagai manager, selain pengalaman di kapal yang juga ikut berperan menentukannya.
Sementara plusnya, tak seperti kapal cargo yang sandar atau berlabuh di tempat bongkar muat barang, maka kapal pesiar hanya sandar dan berlabuh di tempat wisata. Jadi ABK kapal pesiar secara otomatis lebih maju wawasannya dari pada mereka yang bekerja di kapal cargo, apalagi jika sang ABK mau lebih dalam berinteraksi dengan penumpang kapal yang mayoritas berwawasan lebih maju dari pada kita, kita benar-benar akan diuntungkan oleh keadaan ini. Belum lagi jika kapal yang kita naiki sedang dalam perjalanan keliling dunia, yang otomatis pula dalam sekali kontrak (rata-rata antara 6-8 bulan) kita langsung tahu hampir wilayah seduania. Dalam waktu tiga belas tahun ini penulis sendiri sudah menjelajahi hampir semua lautan di dunia, mulai dari Alaska di Amerika hingga Antartika. Sejak dari Eropa hingga Asia dan Afrika. Hal ini tak akan kita temukan jika kita Cuma bekerja di tug boat Singapura atau Malaysia. Belum lagi pengaruh interaksi dengan bule yang membuat kita meskipun sedikit akan terpengaruh dengan kebiasaan mereka. Kita lebih peka terhadap penyelamatan lingkungan, pedulli dengan global warming, menghormati orang dan tentunya bersikap demokratis dan tak mau menang sendiri. Jika kita lebih peduli lagi, bukan tak mungkin kehidupan kita di dunia bisnis pariwisata ini bisa mengilhami kita untuk ikut menjaga ke asrian dan kealamian pulau Bawean. Siapa tahu kelak, Indonesia dengan pulau-pulau kecilnya yang banyak bisa jadi tujuan wisata wisatawan dunia, dan Bawean juga kena imbasnya seperti yang saat ini terjadi di pulau-pulau kecil yang ada di Karibia. Mereka bisa hidup enak dari Cuma menjual kelapa dan kerajinan tangan yang sebenarnya jika di Indonesia tak ada orang yang memperhatikannya.
Terakhir, buat generasi muda Bawean yang saat ini masih duduk di bangku SMU atau sederajat atau yang sudah lulus namun masih menganggur dan tertarik bekerja di kapal, saatnya kita membanting halauan. Belajarlah kalian bahasa Inggeris, sekolahlah perhotelan. Ribuan lapangan kerja di kapal milik Holland America line, Princess cruise, Carnival, Celebrity cruise, Norwegian Cruise line, Royal Carribbean, Costa crosiere, Aida dan puluhan kapal pesiar milik perusahaan Eropa dan amerika siap menunggu kalian!!!
Wassalam,
Wardi Azzaury
Pelaut Bawean, tinggal di Kampung Pacinan, Desa Kepuhteluk Tambak, bekerja di perusahan Holland America Line, Seattle Washington, USA.
1 comments:
Cerita yang sangat menginspirasi dan mengilhami...
Posting Komentar