Media Bawean, 24 Maret 2011
Yang Tercecer Dalam Molod
Oleh : Baharuddin*
Selasa, 22 Maret 2011. Hujan baru saja reda ketika sebuah mobil meluncur dan berhenti di ujung pelabuhan Baringinan Sangkapura Bawean. Ketika pintu mobil terbuka, nampak KH. Zezen Zainal Abidin yang biasa disapa Ajengan. Lalu H. Mustafa Kamal ketua rombongan dan istri, serta Ust. Agus Suryana penulis buku Quranic Power, sebuah buku yang mengungkap tentang keajaiban al Quran ditinjau dari segi angka-angka. Mereka adalah bagian dari sepuluh orang rombongan dari kabupaten Sukabumi Jawa Barat yang menghadiri kegiatan Molod – peringatan lahirnya junjungan nabi Muhammad SAW -- yang diadakan oleh warga Bawean yang berlangsung tanggal 17 - 21 Maret 2011.
Begitu keluar dari mobil, satu satu pengurus Karukunan Toghellen Bawean (KTB) menyalaminya. Ada Drs. Cuk Sugrito, Baharuddin, R. Akhsanul Haq, Zulfa, Hazin dan yang lain. Mereka berfoto bersama dan bercanda. Ketika pluit kapal berbunyi, mereka saling berpelukan dan bermaafan. Mengharukan.
Tepat pukul sembilan, Kapal Motor Ekspress Bahari mulai mengangkat sauh, tali dilepas. Pagi itu, laut sangat tenang, angina berhembus pelan dan langit diselimuti awan tipis. Kesepuluh rombongan duduk di ruang VIP. Pak Mustafa dan istri duduk berdampingan. Mereka benar-benar menikmati pelayaran dengan cuaca yang sangat bersahabat.
Nun jauh di desa Tambak, M. Natsir Abrari sedang rehat di dhurung di kompleks kandang ayamnya. Sehari sebelumnya ketua KTB bidang Pelestarian Adat, Budaya dan Bahasa itu memandu Ajengan Zezen dan rombongan ziarah ke makam Waliyah Zainab di desa Diponggo. Sejak keluar dari penginapan, hujan sangat lebat, tapi pak Nasir – begitu dia biasa disapa –tak peduli walau naik motor dan tanpa baju hujan. Yang penting rombongan yang naik dua mobil itu sampai dengan selamat dengan tepat waktu. Itulah sebabnya kenapa dia tidak nampak diantara pengurus KTB yang menghantar rombongan Sukabumi kembali. Tambahan lagi Tambak -- Sangkapura berjarak 25 km dengan jalan licin dan sebagian berbatu. Walau demikian, budayawan itu mengantar rombongan dengan pantun yang dikirim lewat pesan pendek (SMS) ke handphone pak Mustafa.
Naik skoci berlayar pelan
Pelan karena dihantam ombak
Sudah berulangkali ke Bawean
Tak semalam pun tidur di Tambak.
HP Pak Mustafa berdering. Ia terbangun dari kantuknya. Ketika SMS itu dibaca, lalu membalasnya denga pantun pula :
Jalan gunung berliku-liku
Naik kapal menerjang ombak
Takdir Allah pasti berlaku,
Putaran ke empat*) harus di Tambak
*) Maksudnya Peringatan molod ke-3 Tahun 2012 (penulis)
Dengarkan jawaban Nasir kemudian :
Naik kapal menerjang ombak
Awan berarak menuju tepi
Bila putaran ke empat harus di Tambak
Budayawan bodoh siap memanajeri
Kapal Motor Ekspress Bahari terus melaju. Si Neng ikut tersenyum ketika sang suami memintanya membaca SMS itu. Lalu Haji Mustafa yang lahir di Pudakit Barat itu menulis :
Pokol dua belas kapal la condhuk
Paser Pote katon la raja
Meski tak wibawa cara pak Cuk
Pak Nasir jhugen bisa dheddi katoa
Kawanan ayam piaraan di kandang milik Nasir berebut sisa makanan. Mpok Heri sang istri datang menyuguhkan the. Tapi ia tidak peduli dengan itu semua, karena masih asyik maksyuk berbalas pantun dengan sang Teman.
Bhenyak pote mekar buntokna
Olona manok merah jhenggerna
Benynyak paste Ajengan kaloar biaya
Malona bule pak Cuk tak bisa memberi apa.
Lantas apa jawaban pak Mustafa?. Dengan kocak dia membalas :
Dari Bawean ke Surabaya
Dari Gresik terus ke Bandung
Kami tidak minta apa-apa
Cuma minta dua gunung
Dengan nakal pula seniman snewen itu menjawab :
Dari Gresik terus ke Bandung
Gunung gamping putih melambai
Kalau yang diminta Cuma dua gunung
Disamping Tuan, neng Ana lebih aduhai.
Alamak. Senyum si Neng yang duduk disamping sang suami semakin mengembang, Sedangkan Nasir dramawan itu kembali memberi makan siang sang ayam.
Demikianlah dua sahabat menjalin silaturrahim. Yang satu tinggal dipulau putri dan yang lain merantau di Sukabumi.
Perkenankan penulis menutup tulisan ini dengan pantun
Baharuddin adalah Wakil Ketua Umum KTB
Posting Komentar