Media Bawean, 30 Mei 2011
Sumber : Surabaya Post
GRESIK - Keindahan pantai Bawean mulai terusik akibat ulah manusia. Saat ini, enam titik pantai di Pulau Putri (sebutan Bawean) telah rusak karena penambangan pasir warga setempat. Selain itu, sejumlah pantai juga hancur karena abrasi, serta sampah.
Keenam pantai yang rusak akibat penambangan pasir antara lain pantai pasir putih Sukaoneng, Tambak, Tanjungori, Diponggo, Kepuhteluk. Kelimanya berada di Kecamatan Tambak. Satu lagi pantai yang rusak akibat panambangan pasir berada di Kecamatan Sangkapura, yaitu di Pantai Sidogedungbatu.
“Selama ini warga mengambil pasir untuk bangunan. Mereka bebas melakukan penambangan liar tanpa ada upaya untuk memperbaikinya. Pantai-pantai tersebut saat ini memang sudah rusak parah,” kata Suropadi, Camat Tambak, Senin (30/5) tadi pagi.
Selain itu, kerusakan pantai tidak hanya akibat penambangan pasir, tapi juga karena ada abrasi. Karena itu, dia bersama tokoh masyarakat membuat kesepakatan, antara lain tidak menambang pasir di pantai pasir putih seperti di Sukaoneng, Pantai Labuhan, dan Pantai Mayangkara. Pengambilan pasir, tambah Suropadi, dilakukan di radius minimal 250 meter dari bibir pantai dan tidak merusak ekosistem yang ada.
Kerusakan pantai ini juga dibenarkan oleh H. Arfa’e, salah satu tokoh masyarakat Bawean yang sempat mendapatkan penghargaan Kalpataru tahun 2000 lalu karena merawat pantai pasir putih Sukaoneng. Dia mengaku tidak mampu lagi membedung kerusakan yang dilakukan oleh warga Bawean sendiri di Pantai Sukaoneng.
“Status tanahnya tidak jelas, karena memang tidak ada ketegasan dari pemerintah, sehingga setiap warga merasa memiliki dan seenaknya saja melakukan penambangan pasir sampai merusak pantai yang dulunya sangat elok,” kata H Arfa’e.
Terpisah, Iwan Lukito, Kepala Bidang Kelautan pada Dinas Kelautan, Perikanan, dak Peternakan (DKPP) Kabupaten Gresik menyayangkan ulah masyarakat Bawean yang merusak potensi daerahnya sendiri.
“Awalnya, penambangan pasir hanya berskala kecil dan manual. Dalam perkembangannya, penambangan pasir menggunakan mesin penyedot semakin banyak dilakukan warga setempat dengan bantuan alat Alkon. Namun akibat mesin ini, ekosistem menjadi rusak parah.
Berdasarkan temuannya di lapangan, Iwan bakal berkoordinasi dengan pihak terkait untuk menghentikan penambangan pasir laut. “Bila tetap dibiarkan, Pulau Bawean akan bernasib sama dengan Pulau Bintan di Kepulauan Riau, yang nyaris habis karena pasir lautnya dijual untuk mereklamasi negara Singapura,” tandasnya.
Berdasarkan pantauan Surabaya Post, kerusakan pantai di Bawean tidak hanya akibat penambangan pasir, tapi karena penebangan mangrove sehingga mengakibatkan abrasi pantai. Abrasi ini pula yang meyebabkan sekitar 70% sawah di Pantai Patekan Desa Daun Kecamatan Sangkapura ambles. Satu lapangan sepak bola di Pulau Gili (pulau kecil di Bawean) juga sudah habis terkikis abrasi.
Selain itu, kerusakan pantai juga akibat sampah di pantai yang tidak pernah dibersihkan. Seperti pantai di Tanjung Anyar, sampah berserakan dan sangat mengganggu keindahan pasir putihnya. sep
Posting Komentar