Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » » Puasa Yang Membingungkan

Puasa Yang Membingungkan

Posted by Media Bawean on Sabtu, 30 Juli 2011

Media Bawean, 30 Juli 2011

Sebuah Catatan Pelaut Bawean

Oleh : Wardi Azzaury*

Insyaalloh, besok kita bersama akan memulai melaksanakan ibadah puasa. Yaitu puasa Ramadan yang merupakan kewajiban tiap muslim yang dilakukan selama sebulan penuh. Puasa Ramadan, secara umum kita ketahui sebagai ritual tahunan selama satu bulan dimana tiap harinya, tepatnya sejak terbitnya fajar atau shubuh hingga terbenamnya matahari atau maghrib, seorang muslim tidak diperbolehkan untuk makan, minum serta berhubungan sex.

Di Bawean atau di daerah yang berdekatan dengan garis khatulistiwa, ibadah puasa adalah ritual yang boleh dibilang tak pernah jadi permasalahan, karena masa berpuasa seseorang yang tinggal di daerah ini tak terlalu panjang. Namun bagi mereka yang tinggal di daerah yang jauh dari garis khatulistiwa, masa berpuasa ini sering jadi perbincangan atau malah bisa jadi membingungkan. Contoh sederhana penulis akan berikan, yaitu bagi mereka yang saat ini tinggal atau berada di Eropa. Di Eropa, saat ini adalah musim panas dan saat musim panas masa siang harinya sungguh sangat panjang.

Sebagai contoh, pada tanggal 1 Ramadan ini di Oslo, Norwegia subuh jatuh pada pukul 2. 45 dan Maghrib pada jam 21. 48. Itu artinya kalau mengikuti definisi umum di Bawean kita harus berpuasa selama lebih dari 19 jam. Sementara di Saint Petersburg Rusia waktu subuhnya tertera jam 3. 27 dengan maghrib 22. 30. Kedua-duanya masih berkisar diangka 19 jam. Yang lebih sengsara lagi jika pada tanggal ini kita berada di Rekjavik Islandia. Waktu subuh di tempat ini 2. 42 dan maghribnya 22. 33 . Waktu yang tertera diatas ini akan lebih membingungkan jika kita tambah lagi waktu isyak. Jika isyak, sesuai pedoman standard International adalah 1 jam 15 menit dari maghrib, maka isyak di Rejkavik adalah 23. 48. Artinya antara buka puasa serta shalat tarawih dan sahur hari beriukutnya Cuma berjarak kurang lebih tiga jam.

Apa Hubungannya Dengan Bawean?
Sekilas tak ada hubungannya dengan Bawean karena Bawean memang tak jauh dari garis khatulistiwa. Namun pengalaman dan perhitungan penulis, keadaan dan pertanyaan tentang puasa yang panjang dan membingungkan ini sebentar lagi akan mulai memasuki ruang pikir orang-orang Bawean. Yaitu tepatnya saat anak-anak muda Bawean atau pelautnya mulai mengalihkan pandangannya dari kerja di kapal Cargo dan Bungker Singapore ke kapal pesiar di Eropa dan Amerika.


Kenyataan ini terbayang di benak penulis sejak tulisan penulis di Media Bawean pada 16 Oktober tahun lalu tentang kerja di kapal pesiar mulai dibaca pelaut-pelaut muda Bawean. Sering kali alamat Facebook penulis mendapatkan pesan yang berupa pertanyaan tentang itu, artinya lambat namun pasti pelaut Bawean akan banyak bekerja di kapal pesiar. Jika benar demikian, maka dengan pasti pula mereka-mereka ini saat bulan puasa akan bertemu dengan masa yang panjang ini. Kenapa demikian? Karena hampir semua kapal pesiar jika musim panas akan menjelajah daerah bermasa siang panjang ini. Yaitu mulai dari Alaska di Amerika dan Quebec di Canada serta kota-kota lain di Eropa. Dan karena kalender hijriah rata-rata lebih pendek 11 hari dari kalender masehi, maka bulan-bulan puasa tahun berikutnya bisa dipastikan tetap bertepatan dengan musim panas dan masa siang yang sangat panjang.

Hukum-Hukum
Ada beberapa hukum tentang puasa di saat sepertiini, baik yang penulis tanyakan ke ustad di kampung atau yang penulis baca di buku-buku agama atau majalah. Namun rata-rata hukum yang ada masih menyisakan pertanyaan. Ada yang menganjurkan kita berpuasa sebagaimana mestinya yaitu puasa dari fajar hingga maghrib, ada yang menganjurkan kita berpuasa mengikuti Negara Muslim terdekat. Demikian juga ada yang menyarankan ikut waktu yang berlaku di Mekah atau daerah kita tinggal.

Jika kita puasa sebagaimana mestinya dari fajar hingga maghrib, maka kita harus puasa sekitar 19 – 20 jam. Jika kita ikut Negara terdekat, yang terdekat juga masih panjang. Demikian jika kita ikut lamanya waktu seperti di Mekah atau Bawean yaitu sekitar 12-14 jam, maka saat kita berbuka, matahari masih miring sedikit dari ubun-ubun kita. Bisakah hati kita menerima kenyataan berbuka dengan matahari Cuma miring sedikit dari kepala kita atau sama posisinya dengan saat jam 2 siang di Bawean?

Kebingungan ini akan selalu mengikuti pelaut Bawean yang tak banyak mengerti tentang hukum agama. Memang ada sebagian dari pelaut ini punya back ground pondok pesantren, namun biasanya mereka tak berani memberi hukum pasti kepada rekan-rekan mereka. Yang punya wewenang tentang ini tentunya mereka yang memang berkecimpung di bidang ini. Di Bawean, mereka-mereka ini adalah beliau yang berada di organisasai keagamaan semacam Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama. Agar tak begitu membingungkan buat para pelaut ini, alangkah baiknya jika lembaga ini bisa mencarikan jalan keluar dan hukum pasti. Penulis tahu PCNU Bawean sering mengadakan bahtsul masail, alangkah baiknya jika ada muktamar di masa akan datang atau kesempatan, PCNU membahas masalah ini dan mengumumkan hasil lewat media, sehingga kami, pelaut yang tinggal jauh dari Bawean ini bisa membaca dan mengetahuinya.

Selamat menjalankan Ibadah puasa.
Kiel, Jerman, .Akhir juli 2011
*Asal Dusun Pacenan Kepuhteluk, Tambak.

SHARE :

3 comments

Anonim 31 Juli 2011 pukul 11.39

Setuju banget dengan saran bung Wardi ini adalah salah satu tugas ulamak untuk menjelaskannya, supaya para pelaut seperti kita bisa tenang dlm menjalankan ibadah puasa.

Insya Allah akan segera kami carikan solusi / jalan keluar dari berbagai macam pendapat yang ada

PUASA DI DAERAH SUBTROPIS ; PANDUAN BAGI PELAUT INDONESIA ( Khususnya dari Daerah Bawean)
Menjawab pertanyaan saudara WARDI AZZAURI di Media Bawean tanggal 31 Juli 2011 yang berjudul PUASA YANG MEMBINGUNGKAN, dengan ini kami memberikan penjelasan singkat dan semoga menjadi panduan atau pegangan dalam cara berpuasa.
Pada dasarnya pertanyaan ini sudah sering dilontarkan oleh banyak orang muslim di dunia dan sudah banyak jawabannya yang disampaikan oleh banyak Ulama atau Kyai Agama Islam dan juga telah ditulis oleh saudara Wardi dalam artikelnya. Bila masih dirasa membingungkan secara pribadi atau oleh beberapa orang pelaut, kami mohon tidak untuk diarahkan sebagai ungkapan Syari’at Islam itu sebagian “membingungkan”. Terkesan mendiskriditkan syari’at Islam (mohon maaf)
Dalam suatu hadits Nabi bersabda ; Dari Abu Hurairah, dari Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam beliau bersabda: "Sesungguhnya agama (Islam) itu mudah. Dan tidak seorangpun juga memberatkan agama ini melainkan agama ini akan mengaalahkannya. Oleh karena itu berlaku sedanglah kamu dan mendekatlah, dan mintalah bantuan di waktu pagi dan petang dan sedikit di akhir waktu malam". (Riwayat Bukhari)
Beberapa pendapat yang sudah ada mengenai hukum cara berpuasa di daerah subtropics yang tentunya ada perbedaan pendapat tolong diambil salah satunya yang sesuai dengan keyakinan saudara dan para pelaut. JANGAN MERASA BINGUNG. Para Ulama yang menyatakan pendapatnya mempunyai dalil dan argument yang sama-sama sangat kuat dan tentunya pendapat atau fatwa itu dikeluarkan sesuai dengan kondisi yang dihadapi dan literature keilmuan yang dimiliki oleh masing-masing ulama. Bila kita mengikuti Fatwa Majelis Ulama Indonesia dalam MUNAS II MUI tahun 1980 dan juga sependapat dengan keputusan Pengurus NU dan juga Muhammdiyah ; “ waktu ibadah shalat dan puasa di daerah yang malam dan siangnya tidak seimbang disesuaikan dengan waktu daerah mu’tadilah (daerah yang mempunyai waktu seimbang yang terdekat)”.
Dapat kami jelaskan bahwa para pelaut ketika berada di daerah sub tropis harus mengetahui jadwal waktu sholat/puasa/imsakiyah daerah tropis yang terdekat (yang mempunyai waktu berpuasa antara 13 s/d 15 jam) atau kalau secraa ilmu astronomi ikutilah waktu sholat/imsakiyah daerah tropis yang posisi garis bujur bumi yang sama dengan posisi pelaut waktu itu
Insya Allah para Pelaut ulung yang muslim dan mu’min sangat mudah dan faham dengan penjelasan diatas dan TIDAK PERLU BINGUNG lagi. Para Pelaut atau segenap Muslimin yang berada di daerah Sub Tropis harus benar-benar yakin dengan pendapat hukum dari ulama yang diyakininya. Pendapat para ulama pasti punya dasar dari Al-Qur’an dan Hadist. Ulama adalah pewaris Nabi , harus diikuti pendapatnya terutama masalah hukum tata cara beribadah. Bila ada perbedaan pendapat, kita sebagai orang awam tinggal memilih pendapat yang kita yakini dan tentunya sesuai dengan kondisi kita. Wa Allahu A’lam bi showab
Kita harus meyakini semua syari’at dalam agama Islam pasti ada tujuan dan hikmahnya, marilah kita dalami sehingga kita dapat menjalankan perintah Allah dengan sepenuh hati dan mewujudkan diri kita semua sebagai oaring yang benar-benar bertaqwa.
Selamat menjalankan ibadah puasa, mohon maaf atas segala kesalahan dan kekhilafan. Semoga ibadah kita diterima Allah SWT dan dilipat gandakan olehNya.

Posting Komentar

 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean