Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » » Kisah Malang Si Gadis Boyan

Kisah Malang Si Gadis Boyan

Posted by Media Bawean on Kamis, 16 Februari 2012

Media Bawean, 16 Febriari 2012

Lomba Menulis Berita & Opini Tahun 2012
Kategori Umum

Oleh : Muhammad Rizal

Di ketenangan dan kesejukan pagi itu, terlihat sesosok gadis yang sedang terburu-buru berangkat sekolah.

’’Hati-hati ya nak!”. Ibunya berkata.

’’Ya buk,doakin aku !“.

Ia_pun segera pergi dan sang ibupun menatap anaknya dengan senyuman. Terucap kata dari bibirnya” andai ayahmu masih ada nak, mungkin kau tak seperti ini”. Lalu ibu_pun begegas mencuci pakaian yang menjadi pekerjaannya setiap hari.

Si gadis yang melangkah di jalanan itu tampak gelisah, sambil berkata di dalam hatinya, ”Ya Allah, semoga tidak terlambat”. Teman-teman sekolahnya terus berlalu meninggalkannya dengan sepeda motornya. Dia hanya bisa menatap iri.

Tiba-tiba”byur,,,,,,,!”.

”Oh,,,,hampir saja!”, Dia berseru. Cipratan ban mobil hampir saja mengenainya. Maklumlah, saat itu Pulau Bawean dilanda musim hujan, banyak genangan air di jalan-jalan yang berlobang-lobang. Untung saja cipratan air itu tak mengenai baju seragamnya.

Akhirnya dia sampai di gerbang sekolah. sesaat setelah itu bel berbunyi. ”Alhamdulillah, masih belum terlambat”, ucapnya.

Sesampainya di kelasnya, Bu Naima, wali kelas xII-IPA 2 datang. Dia berkata, ”Anak-anak,ibu akan hasil try out kabupaten kemarin. Ada 3 siswa yang lulus, Silviana Sundusiyah, Rendy Agustian, Adrianti Firdasari”.

”Oh,,,,namaku disebut.aku lulus”. Gadis itu terlihat bahagia.

”Selamat Firda, kamu lulus”. katanya Angga,teman sekelasnya berkata padanya. Ehm,,,,,ternyata gadis itu Firda namanya.

Bu Naima melanjutkan perkataannya,”selamat bagi yang lulus,bagi yang tidak lulus agar lebih rajin lagi belajar. Try out selanjutnya masih tunggu kapal karena soalnya masih ada disana”. Wajar saja, tak ada kapal besar yang melayani Bawean-Gresik. Kapal Express Bahari, satu-satunya kapal penumpang tak bisa berangkat karena gelombang besar. Akibatnya,warga Bawean yang ingin pulang terlantar di pelabuhan Gresik .Warga Bawean_pun dilanda kelangkaan akan bahan-bahan pangan, bensin, LPG,dan barang-barang lainnya. Akupun tak mengerti apa yang terjadi pada pulau kecil ini. Bandara pesawat yang sudah menghabiskan dana bermilyaran belum juga selesai, tak pasti kapan bisa beroperasi.

Jam istirahat tiba, Firda pergi ke kantin. Setelah membeli snack dan minuman botol, dia kembali menuju kelasnya. Dia langsung mengerjakan soal-soal prediksi UN. Sementara teman-temannya asyik bermain –main dengan handphonenya, mungkin sudah tren pelajar sekarang.

Adit, cowok nakal yang terkenal playboy tiba-tiba mendekati Firda. Dengan rayuannnya yang manis ia berkata,’’Firda, kamu kan sudah tau aku telah lama mencintaimu, maukah kau jadi pacarku?”.

Dengan nada pelan Firda menjawab,’’bukan ku tak menghargai cintamu, tapi aku mau fokus dulu sama UN. Ku harap kau bisa mengerti”. Tanpa bicara sepatah katapun, Adit beranjak meninggalkan tempat duduk Firda dan berlalu dengan raut wajah kecewa.

Sebenarnya Firda suka sama Adit yang ganteng itu, tapi dia tak mau dipermainkan. Lagipula dia tak suka dengan gaya pacaran anak-anak sekarang yang sudah berani CIPIKA CIPIKI di depan umum. Tak jarang anak SMA, SMP yang HAMDAN (Hamil Duluan).

Keesokanharinya di sekolah, Firda melihat teman-temannya yang sedang melihat-lihat mading di depan ruang osis. Dia mendengar perkataan teman-temannya. ”Aku mau ke UNAIR aja,,,,, kalau aku ke ITS,,,,, UM Malang lebih enak,,,,”. Dia sejenak terdiam. ”Firda, kamu mau kemana,,,?”.Guru favoritmya yang kebetulan ada disana bertanya. ”ehm,, gak tahu. terserah entar aja bu”, jawabnya.

Padahal di dalam hatinya dia ingin sekali seperti teman-temannya yang bisa masuk di perguruan tinggi negeri. Pertanyaan ibu gurunya tadi mulai mengganggu pikirannya. Sebenarnya dia infin menanyakan hal ini pada ibunya di rumah, namun dia juga takut mengganggu pikiran ibunya.

Sepulang sekolah ,dia langsung mengurungka ndiri di kamarnya. Firda langsung meluapkan perasaannya kepada sahabat terbaiknya, diary mungilnya. tertulis lirik kata-kata bahasa ingggris di dalamnya.

“Dear my diary, I’mconfused.I don’t know where should I go.God, show me the way. I know you have the best for me.so, I’ll ready accept everything from you. I just can do the best that I can. ”Begitulah kira-kira liriknya. Akupun tak tau maksudnya.

Tak terasa waktu begitu cepatberlalu, besok adalah pelaksanaan UN SMA. Malam harinya selepas shalat maghrib, Firda hendak belajar untuk persiapan besok. Namun baru membaca beberapa lembar buku, tiba-tiba lampu padam. ”Gimana mau konsennich,,,,, lampunya padam gini”,serunya. Terpaksa dia melanjutkan belajarnya di bawah cahaya lilin. ”Mungkin telats olarnya,,, atau mesinnya rusak lagi,,, atau mungkin gangguan pada jaringannya”, sahut ibunya. Heran juga, kenapa PLN di Bawean ini belum juga stabil. Mungkin kuranf antisipasi dari para karyawannya. Beberapa hari menghadapi UN serasa bagai di medan perang. Namun akhirnya dapat terselesaikan juga.

Hari-hari Firda dilalui dengan membantu pekerjaan ibunya. Sampailah pada waktu pengumuman, pelajar SMA mulai was –was untuk menerima keputusan UN tersebut. Dan ternyata semua pelajar SMA di Bawean dinyatakan lulus 100%. Heran juga sich, padahal beberapa kali try out paling banyak siswa lulus 30%. Mungkin berkat kerja keras dan doa mereka selama ini, pikirku Atau bias jadi karena usaha-usaha lain yang membantu mereka.

Firda masih bingung untuk melanjutkan kemana Badai penderitaan tiba-tiba datang menimpanya. Ibunya terkena penyakit kronis dan harus dirawat di rumaah sakit. Dia bingung harus membaya ruang pengobatan ibunya dengan apa. Sempat terpikir kata-kata, ”tunasusila” di benaknya. Memang akhir-akhir ini sedang marak kasus asusila di pulau tercinta ini yang katanya mau di jadikan pulau wisata. Belum apa- apa sudah seperti ini, apalagi kalau sudah terwujud. Aku tak bias membayangkan apa yang terjadi dengan para remaja Bawean.

Firda akhirnya terpaksa mengeluarkan uang tabungannya yang selama ini dia rencanakan untuk biaya kuliah. Pengorbanannyapun taksia –sia, akhirnya ibunya sembuh dan dapat melakukan aktifitas sepertibiasanya. Dan mereka menjalani hidup dengan apa adanya.

Namun sayang, esok aku harus pergi meninggalkan cerita sedih gadisku, meninggalkan indahnya Pulau Bawean yang penuh dengan kedamaian. Semoga sekembalinya aku, aku telah melihat gadisku hidup bahagia dengan sejuta senyuman. Dan Pulau Bawean semakin maju tanpa hilangnya ketentraman, kedamaian, dan ketenangannya.

“Good bye Boyan,,,,,,,,

keep your peace”

SHARE :
 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean