Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » » Mengungkap Tabir Porstitusi
di Pulau Serambi Madinah

Mengungkap Tabir Porstitusi
di Pulau Serambi Madinah

Posted by Media Bawean on Selasa, 14 Februari 2012

Media Bawean, 14 Februari 2012

Lomba Menulis Berita & Opini Tahun 2012
Kategori Umum

Nama Penulis: Saiful ulum
Asal Penulis : Desa Pudakit Barat, Sangkapura.
Sebagai Mahasiswa Universitas Brawijaya Malang
Jurusan Administrasi Publik (Komunikasi Politik & Pembangunan)
No. Hp : 085732028254/ 081357154446

Isu sosial yang menjadi kajian penting oleh kalangan akademisi, aktifis dan ulama, serta pemerintah pada saat ini adalah masalah porstitusi. Banyak cara yang telah dilakukan untuk menyelesaikan masalah tersebut, baik berupa regulasi sampai pada sangsi sosial hal ini dikarenakan dampak dari adanya kegiatan porstitusi sangat berpengaruh pada masa depan bangsa, berapa banyak nyawa yang hilang gara-gara terkena HIV/Aids yang menular disaat melakukan aktifitas prostitusi.

Penyakit sosial itu dalam perkembangannya tidak pernah mengenal tempat, hal ini dikarenakan keberadaannya disebabkan oleh adanya kesempatan dan kepepet. Dua kata ini tidak bisa dipisahkan dan selalu beriringan dalam memunculkan gejala sosial. Kini Bawean_lah yang menjadi korban dari porstitus. Pulau yang dikenal dengan sebutan sebagai Pulau Serambi Madinah dan Pulau Putri dan memiliki budaya religiusitas yang tinggi kini ternodai dan kehilangan jati diri.

Porstitusi yang terjadi di Pulau Bawean disebabkan oleh dua kata yang yaitu "kepepet dan kesempatan". Penjabarannya adalah sebagai berikut:
1. Pulau Bawean memilki budaya islami yang kuat yang telah dibangun oleh para leluhur sehingga tidak memungkinkan adanya praktek porstitusi, tapi pada saat ini tergerus dengan masuknya budaya barat (westerinisasi) yang mampu mempengaruhi kehidupan masyarakat, khususnya para pemuda dan meninggalkan budaya yang ada. Adanya niatan oleh orang-tertentu untuk menghapus dan tidak memperkenalkan budaya-budaya islami, digantikan dengan moderenisasi kehidupan tampah diiringi pembentukan karakter terlebih dahulu.

2. Masih banyaknya masyarakat yang belum mengenyam dunia pendidikan, sehingga sangat mudah dipengaruhi oleh hal-hal yang baru dan keinginan untuk selalu mencoba, serta rendahnya pendidikan orang tua sehingga peran kontrol terhadap anak dan dirinya tidak optimal.

3. Adanya kesempatan untuk bergaul secara bebas, baik secara individu maupun kelompok dengan lawan jenis dan menjadikannya sebagai rutinitas dikarenakan tidak adanya kegiatan sehingga sangat muda kegiatan-kegiatan negatif terjadi.

4. Masih banyaknya daerah-daerah remang-remang atau tertutup disekitar Pulau Bawean yang tidak mendapatkan perhatian dari pemerintah, pemuka agama dan masyarakat maka memudahkan terjadinya praktek porstitusi.

5. Tidak meratanya pembangunan di Pulau Bawean dan kurangnya perhatian dari Pemerintah Kabupaten Gresik maka menjadikan Pulau Bawean seakan-akan menjadi pulau yang terisolir, khususnya dalam perkembangan ekonomi. Permasalahan ekonomi merupakan salah satu penyebab utama terjadinya penyakit sosial, sehingga merelakan dan mengikhlaskan semua cara untuk mendapatkan kepuasan baik secara materi maupun fisik seperti halnya porstitusi.

Berdasarkan uraian diatas pendekatan yang dapat dilakukan dalam mencegah semakin maraknya praktek porstitus di Pulau Bawean adalah dengan menggunakan pendekatan budaya islami, karena perkembangan masyarakat Bawean diawali dengan pengenalan budaya lokal bukan budaya westerinisasi. Permasalahan ini merupakan tanggungjawab penuh pemerintah dan tokoh agama, jangan mempolitisir permasalahan ini karena menyangkut masa depan dan harga diri masyarakat Pulau Bawean. Berikan pelayanan dan kesetaraan pembangunan yang merata khususnya dalam sektor ekonomi agar kehidupan sosial masyarakat terjamin.

SHARE :
 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean