Media Bawean, 23 Agustus 2012
Oleh: Kemas S. Rizal (Kontributor Media Bawean).
Are Raje e Jhebe atau Berlebaran (khususnya Idul Fitri) di Pulau Jawa bukanlah pilihan utama bagi kebanyakan orang Bawean yang merantau di Pulau Jawa, termasuk keluargaku. Hari Raya (Idul Fitri) bagiku identik dengan keharusan mudik ke kampung halaman di Pulau Bawean. Namun kali ini adalah kali kedua buatku tidak mudik ke Bawean.
Empat tahun lalu, kali pertama aku tidak mudik, karena waktu itu istriku baru melahirkan. Anakku baru berumur beberapa bulan. Kali ini, mbakku yang melahirkan di Gresik beberapa hari menjelang lebaran. Untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan, maka diputuskan berlebaran di Gresik. Tidak hanya keluargaku dan keluarga mbakku yang berlebaran di Gresik, Ayah-Ibuku, juga Ayah-Ibu mertua beserta kakak-adik iparku juga berkumpul di Gresik. Jadi walau tidak mudik ke Bawean, kami tetap berkumpul bersama keluarga. Inilah kisahku berlebaran di Pulau Jawa.
Hari Pertama
Lebaran hari pertama , kami melaksanakan sholat Idul Fitri di dekat rumah yakni di Perumahan Gresik Kota Baru (GKB). Di lokasi tempat sholat itu kami bertemu dengan beberapa warga Bawean yang tidak mudik ke Bawean diantaranya Keluarga Ir. H. Asy’ari, MM – dr. Muzammila beserta kelima anaknya.
Selesai sholat Id, kami berkunjung ke rumah tetangga di lingkungan RT kami, walau sebagian besar mudik ke kampung halaman, masih ada beberapa warga yang tidak mudik seperti kami. Meskipun sama-sama di perantauan, namun tradisi membagi-bagi uang (angpau) kepada anak-anak tetap ada seperti di kampung halaman.
Selepas itu kami mengunjungi nenek (dari pihak Ayah) yang tingal di daerah dekat pelabuhan Gresik, tepatnya di Kelurahan Bedilan. Disana rupanya sudah ramai tamu, yaitu saudara dan sepupu-sepupu ayahku yang khusus tahun ini juga tidak mudik ke Bawean. Nenekku yang berusia 80 tahun lebih merupakan “orang tua” kami di Gresik yang selalu dikunjungi setiap lebaran oleh keluarga besar kami.
Selepas mengunjungi nenek, kami melanjutkan perjalanan ke rumah nenek (dari pihak Ibu mertua) yang tinggal di daerah Semolo Surabaya. Nenekku itu (Hj. Hadijah) memiliki 11 anak, hari itu semuanya berkumpul di rumah nenek beserta seluruh anggota keluarga, kecuali 2 anaknya di Jakarta yang tidak mudik.
Bisa dibayangkan betapa ramainya suasana di rumah itu, 9 orang anaknya dengan pasangan dan anaknya masing-masing, bahkan beberapa diantara sudah memiliki cucu, luar biasa ramainya. Jangan ditanya waktu pembagian angpau, nyaris seperti kapal pecah, karena saling berebut, hehe.
Sekedar diketahui, setahun yang lalu nenek mudik untuk berlebaran di Bawean, sore sampai di Bawean, malamnya ditabrak pengendara sepeda motor. Akibat kecelakaan itu, kaki nenek hampir putus. Sampai saat ini nenek tidak bisa berjalan normal hingga setahun setelah kejadian. Untuk berjalan harus menggunakan alat bantu. Untung fisik yang lain dan pikirannya masih sehat.
Hari Kedua
Lebaran hari kedua, giliran kami bersilaturrahim dengan saudara-saudara dari pihak Ayah (mertua). Perjalanan di mulai dengan mengunjungi saudara tertua ayah yang tinggal di daerah Krian, tepatnya di Desa Kramat Jegu, Sidoarjo. Perjalanan dari Gresik ke Sidoarjo sangat lancar, karena lalu lintas cukup lengang.
Dari rumah saudara tertua Ayah, kami berkesempatan berziarah ke makam Kakek dan Nenek (dari pihak Ayah mertua) yang dimakamkan berdampingan di pemakaman desa tersebut. Kakek (M.Mansyur) dikenal sebagai seorang Pejuang Kemerdekaan di Bawean, yang keberadaannya selalu menjadi incaran pihak Belanda waktu itu. Seusai perang kemerdekaan, beliau diangkat menjadi Polisi hingga pensiun. Beliau wafat tahun 1991.
Usai berziarah, perjalanan dilanjutkan menuju Perumahan Kota Baru Driyorejo (KBD) Gresik, mengunjungi 2 orang adik ayahku. Perjalanan dari Krian menuju KBD seharusnya bisa ditempuh dengan singkat, tapi akibat tidak tahu jalan, akhirnya kami harus memutar melewati Kecamatan Kedamean, Kecamatan Menganti baru kemudian menuju perumahan Kota Baru Driyorejo.
Perjalanan mengunjungi sanak saudara sungguh sangat berkesan, apalagi sanak saudara yang sudah lama tidak berjumpa. Kami bersyukur walau tidak bisa mudik ke Bawean, lebaran kali ini bisa kami memanfaatkan silaturrahim dengan sanak saudara dalam suasana Hari Raya Idul Fitri.
Akhirnya, kepada pembaca Media Bawean dimana saja berada kami sekeluarga mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1433 H, Mohon Maaf Lahir dan Batin. Taqabblalallahu Minna Wa Minkum. Wassalam.