Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » , » Berkhidmat Melalui NU

Berkhidmat Melalui NU

Posted by Media Bawean on Senin, 29 Oktober 2012

Media Bawean, 29 Oktober 2012

(Refleksi diri 5 tahun mengabdi melalui NU Cabang Bawean) 

Oleh : Ali Asyhar
(Ketua PC. Lakpesdam NU Cabang Bawean)

Rasanya baru kemarin saya diamanati menjadi ketua Lakpesdam NU Bawean. Ternyata sudah 5 tahun yang lalu, akhir 2007. Saat itu di Bawean masih marak tentang organisasi yang bernama Hizbut Tahrir. Sebuah organisasi yang memimpikan kesatuan kepemimpinan islam di seluruh dunia melalui Khilafah Islamiyah. Hizbut Tahrir jelas berbeda dengan NU yang sudah menyatakan bahwa empat pilar bangsa Indonesia yaitu NKRI, Pancasila, UUD ’45 dan Bhineka Tunggal Ika sebagai hal yang final. Untuk meredam gerakan transnasional ini maka Lakpesdam NU Bawean menggelar dialog dengan tema “ Nation State vs Khilafah “ di Pondok Pesantren Hasan Jufri. Dialog ini bertujuan untuk mencari titik temu dan titik beda antara dua organisasi. Titik bedanya sudah jelas, sedangkan titik temunya adalah bahwa sesama muslim harus rukun meski berbeda pandangan. Terbukti sampai saat ini saya tetap bersahabat dengan teman-teman HT.

TAHUN 2008
Di tahun-tahun awal ini kami menggelar dialog Ramadlan sebulan penuh di kantor NU. Tema yang diusung adalah tema-tema kekinian, seperti Hermeneutika, Hak Asasi Manusia, Kesetaraan Gender, Nikah lintas iman dan Pluralisme. Peminatnya cukup banyak dan antusias namun di luar forum berkembang kabar bahwa Lakpesdam NU sedang mengibarkan bendera JIL ( Jaringan Islam liberal). Kabar tidak sedap ini akhirnya menghilang dengan sendirinya. Di berbagai forum ranting NU kami sering mendapat pertanyaan tentang HAM, Pluralisme dan kerukunan antar umat beragama. Kesimpulannya sudah saatnya warga nahdliyin di tingkat ranting memahami isu-isu yang up to date. Menutup diri dengan banjirnya globalisasi adalah tindakan bunuh diri.

Kami juga menemukan fakta bahwa mayotitas warga nahdliyin sebenarnya belum paham ber-organisasi. Mereka menjadi NU karena alam. Memang , Organisasi NU lahir lebih akhir dari jamaahnya. Alih-alih tentang Anggaran Dasar dan Anggaran rumah tangga NU, untuk menyebut struktur pengurusnya saja mereka sering salah. Untuk menyebut “ Pengurus Cabang” saja mereka menyebut “ Pengurus Besar” NU Bawean. Kesalahan fatal ini harus diperbaiki. Pertama, kami menciptakan syair sederhana yang dilantunkan diberbagai forum. Bunyinya adalah :

La ilaha Illallah
La ilaha Illallah
La ilaha Illallah
Muhamadurasulullah

Syuriah Pimpinan NU
Tanfidziyah Pelaksana NU
Musytasar penasehat NU
Lembaga – Lajnah Perangkatnya NU


Muslimat Ibu-Ibu NU
Fatayat Pemudinya NU
GP Ansor Pemudanya NU
IPNU-IPPNU Pelajarnya NU


LP Maarif pendidikan NU
Lakpesdam Kajiannya NU
LPK Kesehatan NU
Pagar Nusa pencak Silat NU. Dst.

Kedua, di acara-acara pengkaderan IPNU dan IPPNU benar-benar kita jadikan wahana doktrinasi agar wawasan pengurus dan warga NU generasi berikutnya lebih baik. Pelajar-pelajar kita jangan sampai “ masuk angin ”. 2009, 2010 dan 2011

Acara-acara pengkaderan IPNU-IPPNU berjalan seperti biasa. Kegiatan-kegiatan khas NU juga berjalan sampai ke tiap-tiap ranting. Di bulan Ramadlan selalu diisi Safari Ramadlan. Dalam safari inilah digelar dialog tentang keagamaan dan social kemasyarakatan. Dalam setiap acara biasanya dibarengi dengan santunan anak yatim dan fakir miskin.

Semua MWC bergerak. Namun pergerakannya ada yang cepat ada pula yang menyiput. Dari 4 MWC NU se-Bawean yang sangat dinamis adalah MWC NU Daun. Dengan SDM pengurus yang bagus mereka istiqamah melaksanakan program - programnya. Disusul MWC NU Tambak kemudian MWC NU Kepuh Teluk. Sedangkan MWC NU Sangkapura kualitas “ Ya begitulah”. Ibaratnya, MWC NU Sangkapura ini sudah menjadi mayat tapi tidak pernah dikubur. Sudah banyak inisiatif yang dilakukan untuk menghidupkan kembali tapi belum berhasil. Namun ada kabar yang menggembirakan, di tengah matinya MWC NU Sangkapura ada 2 ranting yang aktif dan dinamis. Yaitu ranting NU Lebak dan ranting NU Sawahmulya. Ternyata untuk menghidupkan ranting NU modal utamanya adalah kemauan untuk mengabdi, bukan gelar yang berderet- deret atau jabatan yang mentereng. Siapapun yang bermental juragan tidak akan sukses memimpin NU meski level terbawah.

Tahun 2009 - 2010 NU juga mengalami goncangan musiman. Yakni Pilkada. Seperti biasa pengurus dan warga NU menyuarakan aspirasi politiknya. Perbedaan pilihan menyebabkan kasak-kusuk di setiap lorong dan forum. Pro- kontra tentang perlunya tidaknya PCNU Bawen merekomendasi salah satu calon anggota legislative atau pro – kontra tentang perlu tidak PCNU Bawean mendukung salah satu calon Bupati- Wabup adalah hal biasa dalam proses pendewasaan politik. Jika kemudian PCNU Bawean menerbitkan rekomendasi kepada salah satu calon anggota legislative atau PCNU Bawean secara terang benderang mendukung salah satu pasangan calon Bupati – Wabup maka keputusan itu adalah hasil ijtihad politik. Hasil ijtihad politik bisa diperdebatkan. Yang perlu dipahami adalah bahwa sampai kiamat pun tidak akan ada satu suara dalam menentukan pilihan. Juga, belum ada sejarahnya NU satu suara dalam menafsiri makna Khittah ‘ 26. Hasil dari kedewasaan berpolitik adalah memahami bahwa perbedaan pilihan bukan alasan untuk tidak rukun. Titik. Dalam menghadapi gonjang-ganjing pro-kontra di atas kami lebih banyak menemani berdialog dengan keduanya.

TAHUN 2012 
Tahun 2012 adalah klimaks dari perjalan pengurus PCNU Bawean. Semua program mulai dievaluasi. Mana yang sudah dilaksanakan dan mana yang belum. Ada sebagian yang menyatakan bahwa pengurus saat ini cukup berhasil ada yang berpendapat gagal dengan indicator-indikator yang dibuat masing-masing. Yang memandang gagal menuntut supaya Rois Syuriah dan Ketua PCNU Bawean tidak lagi dipilih. Ini adalah hal yang wajar-wajar saja. Dengan bercermin dari pengurus sebelumnya, maka pengurus yang akan datang bisa melaksanakan rekomendasi Konperensi dengan baik. Program yang dibuat haruslah merupakan turunan dari rekomendasi.

Lalu siapa sebaiknya yang dipilih menjadi pengurus cabang NU? Hemat saya adalah siapa saja yang mampu dan mau. Mampu dalam arti memiliki kompetensi dan sesuai dengan AD/ART dan mau artinya bersedia mengabdi untuk masyarakat melalui NU. Pengurus yang sedikit tetapi dinamis akan lebih cantik dibanding pengurus yang banyak tetapi sepi. Pengurus yang akan datang harus berani menolak lamaran orang-orang yang hanya numpang.

Lalu bila saya ditanya, apakah anda berhasil memimpin Lakpesdam NU Bawean? Jawabannya tidak. Saya gagal meskipun tidak total. Kalau diprosentase mungkin 40 % program yang berjalan. Apa penyebabnya? Rendahnya SDM. Saya harus belajar banyak. Mengabdi sambil belajar. Indah sekali.

Selamat ber-Konperensi.

SHARE :
 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean