Media Bawean, 13 Desember 2012
Bagian ke-2
Oleh: Eklis Dinika, Dosen STAIHA BAWEAN
Perbuatan maksiat adalah warisan dari umat-umat terdahulu yang telah dihancurkan oleh Allah Swt. Akan tetapi walaupun telah dihancurkan ternyata kemaksiatan tetap eksis dan berkembang pesat di seantaro bumi ini. Perbuatan homoseksual peninggalan kaum Nabi Luth, curang dalam timbangan dan takaran adalah warisan dari kaun Nabi Syu’aib, berlaku sombong di muka bumi dengan banyak menimbulkan kerusakan adalah warisan raja Fir’aun, dan takabur/congkak adalah warisan kaum Nabi Hud.
Dengan demikian, orang yang melakukan kemaksiatan berarti ia telah mewarisi sebagian peninggalan umat-umat terdahulu padahal mereka itu adalah musuh-musuh Allah yang harus diperangi.
ORANG YANG SELALU BERBUAT MAKSIAT AKAN MERASA HINA
Seseorang tidak akan selamanya /terus-menerus melakukan dosa sehingga ia menganggap remeh perbuatan dosa tersebut. Yang demikian itu adalah tanda kehancurannya. Sebab jika dosa itu di anggap enteng oleh seseorang, maka yang demikian itu adalah sesuatu yang besar menurut Allah. Oleh karena itu janganlah kita menganggap suatu perkara itu remah atupun tidak penting, jika hal itu kita lakukan hanya akan membuat lengah dan lupa diri pada akhirnya memudahkan syetan menggoda kita dengan penuh suka cita, Naudzu billah…
Hasan Bashri mengatakan, Mereka telah meremehkan-Nya dan durhaka kepada-Nya. Andaikata mereka mengagungkan-Nya, tentu Allah menjaga mereka dari perbuatan tercela. Manakala seseorang telah dihinakan Allah, maka tidak ada seorang pun yang menghormatinya sebagaimana difirmankan oleh Allah Swt. yang artinya: “Dan barangsiapa yang dihinakan Allah, maka tidak seorang pun yang akan memuliakannya.” (QS. Al Hajj: 18)
Kalau sekiranya dalam kenyataannya ada orang yang menghormatinya, maka hal itu karena orang yang menghormati tersebut butuh kepadanya atau karena ia takut akan kejahatannya. Tetapi sebenarnya dalam hati orang yang menghormatinya tadi ia adalah orang yang paling hina. Maka dari itu kita sebagai hamba Allah yang paling mulia daripada makhluk yang lain seharusnya dapat membawa diri kita sendiri lebih terhormat dimata Allah dan manusia dengan melakukan perbuatan yang sesuai dengan perintah-Nya dengan cara menjauhi segala apa yang menjadi larangan-Nya.
Imam Bukhari menyebutkan sebuah hadis yang bersumber dari Ibnu Mas’ud, yang artinya: “ Sesungguhnya orang mukmin itu akan melihat dosa-dosanya itu seakan-akan berada di puncak gunung di mana ia merasa takut akan kejatuhan. Sedang orang yang durhaka melihat dosa-dosanya bagaikan lalat yang hinggap di hidungnya lalu ia mengatakan demikian dan terbanglah lalat tersebut.”
KEMAKSIATAN DAPAT MERUSAK AKAL
Kemaksiatan dapat merusak pikiran. Sebab pada pikiran itu terdapat cahaya. Sedangkan kemaksiatan itu akan memadamkan cahaya akal. Apabila cahayanya telah padam, maka pikiran tersebut akan menjadi semakin berkurang dan lemah dan tentunya semakin jauh dengan cahaya Ilahi.
Sebagian ulama salaf berkata,”Tak seorang pun yang durhaka kepada Allah melainkan akan rusak akalnya. Ini suatu kenyataan, karena jika ia masih sehat akalnya pasti ia akan mengekang dirinya dari perilaku kemaksiatan, ia berada dalam genggaman Allah, kekuasaan-Nya, pengawasan-Nya, dan berada dalam rumah-Nya serta bertempat di alam yang terbentang bersama malaikat.
Kemaksiatan yang ditinggalkan demi mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat akan berlipat ganda dibandingkan dengan kesenangan dan kenikmatan yang diperoleh dengan melakukan kemaksiatan, seseorang yang berakal sehat tidak mungkin mengutamakan perbuatan hina dan nista akibat perbuatan maksiat yang dilakukannya, berlomba-lombalah dalam berkaitan.
DOSA KEMAKSIATAN DAPAT MENUTUP HATI
Dosa kemaksiatan yang bertumpuk-tumpuk akan mengakibatkan tertutupnya hati sehingga ia menjadi orang yang lalai dalam melakukan aktifitas apapun. Sesuai dengan yang dikatakan oleh sebagian ulama salaf mengenai firman Allah dalam surat Al-Muthafifin: 41 yang artinya : “ Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka.”
Maksud ayat di atas yaitu dosa yang dilakukan setelah melakukan dosa. Al Hasan mengatakan ayat tersebut menjelaskan dosa yang bertumpuk-tumpuk dapat membutakan hati. Kesimpulannya adalah, akibat melakukan kemaksiatan hati menjadi berkarat, semakin banyak kemaksiatan yang dilakukan maka bertambah pula karatnya sehingga hatinya menjadi tertutup dan terkunci rapat yang ada hanya kelam. Untuk itu kita sebagai hamba Allah SWT sudah seharusnyalah membentengi diri kita semua dari hal apapun yang berbau maksiat karena perbuatan tersebut dapat menjadi penghalang menuju cahaya Ilahi jalan terang menuju syurga idaman setiap muslim.