Media Bawean, 3 April 2013
Oleh : Abdul Basit
(Pimpinan Redaksi Media Bawean)
Pesta demokrasi melalui pemilihan ditingkat desa, yaitu Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) dan Pemilihan Legislatif (Pileg) sudah menggema di Pulau Bawean, seperti suara guntur sebagai tanda akan turun hujan.
Munculnya banyak calon yang bakal tampil dalam ajang pemilihan mulai bermunculan, klaim mengklaim bahwa kekuatannya paling mumpuni sudah disumbarkan kepada publik. Tanpa berfikir resiko setelahnya, para kontestan politik memiliki keyakinan sebagai pemenang.
Ironisnya keyakinan sang calon akan menang dalam pemilihan, melalui bisikan orang-orang terdekat bahwa kekuatan yang dimilikinya sudah mampu mendulang suara sebanyak-banyaknya. Tanpa mengukur kekuatan riil di lapangan, sang calon bertambah percaya diri bahwa dirinya akan terpilih sebagai pemenang.
Selanjutnya, calon sudah merasa percaya diri bahwa dirinya akan menang, lalu memenuhi apapun permintaan oleh timnya. Guna memenuhi keinginan, sang calon siap menjual seluruh aset kekayaan yang dimilikinya, termasuk berani berhutang kepada orang lain ataupun pihak bank, tanpa berfikir resiko setelahnya jika tidak terpilih nantinya.
Momentum pemilihan, tentunya menjadi ajang kesempatan bagi mereka yang tujuannya mencari uang. Mendekat, lalu melobi, selanjutnya meminta imbalan kepada sang calon atas jasanya telah berjuang mencari suara dalam pemilihan. Sementara calon sudah merasa siap, apapun permintaan akan dipenuhi asalkan pendekatan ataupun lobi yang dilakukannya sudah bisa menyakinkan.
Bahayanya bagi calon yang kurang membaca perwatakan atau karakter seseorang, kecenderungan dimanfaatkan oleh orang-orangnya dengan bermain banyak kaki. Mereka mengaku sudah siap berjuang ataupun sudah memperjuangkannya, sebaliknya ketika dibelakang bersama calon lain menyatakan hal yang sama.
Ketika pemilihan dilaksanakan tentu harapan sebagai pemenang atau mendulang suara sebanyak-banyaknya. Setelah suara penghitungan sudah selesai, berbahagialah bagi calon yang menang, sebaliknya bersedih bagi calon yang kalah.
Sebagai pemenang, sang calon akan menghitung seluruh cost politik yang sudah dikeluarkan. Selanjutnya mencari seribu cara agar bisa mengembalikan seluruh biaya pemenangannya. Ataupun calon tergolong baik akan mengiklaskan seluruh pembiyaan yang sudah dikeluarkannya.
Bagaimana calon yang kalah? Resikonya akan bersedih kehilangan harta kekayaan yang dimilikinya ataupun pusing untuk membayar hutang yang sudah ditanggungnya. Sedangkan pendukung yang sebelumnya selalu mendekat, lalu menjauh dan mendekat kepada yang menang.