Media Bawean, 5 Mei 2013
Ujian Nasional (UN) tingkat Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) serentak akan diselenggarakan besok senin (6/5/2013).
Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Al Huda yang berlokasi di Dusun Timurrujing, desa Sungairujing kecamatan Sangkapura, Pulau Bawean, Gresik, termasuk salah satu Sekolah Dasar dari ribuan SD diseantero negeri yang juga akan melaksanakan UN. Ini berarti merupakan tahun pertama SDIT tersebut mengikuti UN. Terdapat 15 siswa kelas 6 yang akan mengikuti ujian itu.
Baharuddin sebagai Ketua Yayasan Pendidikan dan Sosial Darul Fikri yang memayungi SDIT Al Huda, mengatakan, "Sekolah tersebut bertujuan - antara lain – mencetak anak untuk memiliki perilaku jujur. Itulah sebabnya kantin SDIT diberi nama kantin Kejujuran. Artinya anak boleh ngambil sendiri dan membayar sendiri .Pada ujian nasional nanti, anak-anak selalu diingatkan untuk tidak nyontek dan tidak ada “Tim Sukses”. Mereka harus menjawab soal dengan jujur. Ujian akan diadakan apa adanya,”katanya.
Berikut wawancara Media Bawean (MB) dengan Baharuddin (BHR) Ketua Yayasan Darul Fikri :
MB : Ujian tahun ini merupakan ujian pertama bagi siswa SDIT Al Huda. Apa sudah siap?
BHR : Secara lahir, sekolah ini fullday school, menjelang ujian anak-anak di pondokkan . masih diberi tambahan jam untuk memperkaya pelajaran yang di-UN-kan. Setiap ustadz/ustadzah diwajibkan berdoa untuk kebaikan murid-muridnya dan itu harus dilakukan sehabis shalat sepanjang tahun selama mereka mengajar di SDIT Al Huda. Puncaknya Siswa, guru dan wali murid baru saja melaksanakan istighosah bersama. Jadi insya Allah siap lahir dan batin.
MB : Apa yang Anda maksud :”akan diadakan apa adanya”?
BHR : Murid harus mengerjakan soal sendiri tanpa bantuan dari siapapun. Setiap selesai ujian, lembar jawaban langsung dimasukkan ke sampul yang sudah tersedia dan langsung dikirim ke kantor polisi. Tidak boleh singgah ke kantor sekolah agar tidak terjadi perbuatan dan dugaan macam-macam. Harus tidak ada rekayasa. Itu semua sudah saya sampaikan kepada Kepala Sekolah dan para guru. Bagi yang melanggar kita beri sangsi tegas, yaitu dipecat sebagai guru.
MB : Kenapa seketat itu pelaksanaan UN di SDIT?.
BHR : Begini. Sudah lama saya berpendapat bahwa sejak rezim Ebtanas sampai ke UN yang terjadi adalah dagelan. Celakanya, dagelan itu selalu datang setiap tahun. Dagelan itu terjadi karena adanya dua hal : Pertama : Ketakutan struktural. Artinya, sejak dari Menteri, Kepala Dinas Propinsi, Kepala Dinas Kabupaten/Kota, UPT, Kepala Sekolah sampai ke Guru ada semacam ketakutan jika peserta ujian itu nilainya jelek. Maka ujian tidak dilaksanakan apa adanya, tapi ada apanya. Dugaan itu sudah jamak kita dengar. Kedua : Dagelan itu dilakukan karena ketidak mampuan guru mengajar.
MB : Bisa dijelaskan sedikit apa yang dimaksud dagelan tersebut?
BHR : Akh, Anda itu kura-kura dalam perahu, tapi pura-pura tidak tahu. Itu sudah menjadi rahasia umum, walau tidak semua sekolah melakukan seperti itu.
MB : Ok. Dengan melaksanakan ujian apa adanya, bagaimana jika ada siswa SDIT Al Huda tidak lulus.
BHR : Tidak ada masalah. Namanya saja ujian. Memang hampir semua sekolah baik tingkat SD, SMP maupun SMA, sejak berdirinya sampai saat ini, selalu 100% lulus. Koq bisa?. Tapi saya maklum. Itu adalah bagian dari episode dagelan tadi.
MB : Kalau tidak ada yang lulus, biasanya akan berdampak kepada penerimaan murid baru. Boleh jadi yang brminat masuk ke sekolah Anda akan berkurang.
BHR : Oh, tidak ada masalah. Tidak ada muridnyapun juga tidak mengapa.
MB : Mengapa Anda begitu serius dalam masalah ini.
BHR : Begini. Indonesia adalah termasuk negara yang paling tidak kompetitif di semua lini. Mengapa?. Karena Sumber Daya Manusia (SDM) kita dibawah standar. Kenapa SDM kita dibawah standar?. Karena “pabrik” SDM nya di bawah standar. Nah, “pabrik” SDM itu tempatnya di lembaga pendidikan. Sedangkan pendidikan kita begitu adanya. Dampak dari nilai UN yang direkayasa itu sangat luar biasa. Banyaknya koruptor di negeri ini tidak terlepas dari perbuatan tidak jujur yang dimulai dari sekolah. Itu salah satu aspek saja. Tidak ada seorang pemimpinpun yang tidak melalui besutan guru. Jadi negara ini baik atau tidak, tidak terlepas dari peran guru. Jika guru sudah tidak mengajarkan kejujuran pada murid, apa jadinya negeri ini?. , Dampak yang lain anak akan malas belajar, sebab belajar atau tidak hasilnya sama : sama-sama lulus.
MB : Jadi untuk memperbaiki kualitas bangsa ini bagaimana?
BHR : Kita mulai dari sekolah di semua tingkatan. Guru memegang pranan penting dalam hal ini. Profesi guru itu adalah panggilan jiwa, bukan panggilan kerja. Guru harus bekerja sepenuh hati bukan sepenuh gaji. Jadi maindset guru harus dirubah. Guru yang profesional tentu tidak akan mengajarkan ketidak jujuran kepada anak didiknya. Tentang profesi guru hanya ada satu kalimat : Jadilah guru sejati, atau tidak sama sekali.
MB : Lalu?
BHR : Wali murid harus diberi pemahaman bahwa ranah kognitif bukan merupakan satu-satunya jalan untuk membangun masa depan anak. Yang lebih penting adalah attitude, perilaku. Apagunanya kita punya anak pandai, sedangkan akhlak dan moralnya jelek. Sayang, yang di nilai dalam ujian akhir hanya ranah kognitifnya saja.(bst)