Media Bawean, 13 Juni 2013
(Kisah pertarungan antara idealisme Guru, Kemalasan warga dan masa bodohnya Pejabat)
SDN I Lebak, Pagi hari.
Tiga bocah kecil dekil berjalan menenteng sepatunya. Mereka berjalan beriringan menuju sekolah. Sepi. Tak nampak siapa-siapa. Ketiganya menaruh tas di kelas lalu keluar menuju halaman yang rimbun oleh rumput selutut. Capung-capung itulah mainan mereka.
Tiga generasi bangsa ini adalah siswa-siswi kelas 3 SDN I lebak yang berada di dusun Muara desa Lebak kecamatan Sangkapura. Kelas 3 yang hanya berjumlah 3 siswa. Berikut tabel jumlah siswa :
DUSUN MUARA
Muara adalah dusun kecil dengan jumlah rumah tak lebih dari 30. Dusun kecil nan sepi ini berada di tepi pantai dan berbatasan langsung dengan dusun Tanjung Anyar. Dusun Muara terdiri dari satu RT dengan Abu Bakar sebagai ketua RT-nya.
Ketika ditanya tentang kondisi SDN I Lebak , Abu Bakar menjawab bahwa sebenarnya SDN I lebak sudah tidak layak kondisinya untuk menjadi tempat pendidikan “Sebagian warga rela kalau SDN I Lebak ditutup. Meski ada sebagian kecil menolak. Mereka yang menolak beralasan terlalu jauh kalau harus ke Tanjunganyar. Padahal sebenarnya tidak jauh. Hanya 400 meteran “ tuturnya. Masih menurut Abu Bakar, Kepala Desa lebak H.Tuffa juga menyarankan agar SDN I lebak ditutup saja.
KONDISI RUANGAN
SDN I lebak memiliki 7 ruangan. Yaitu 1 ruang guru dan 6 ruang kelas. Kondisi ruangan kelas memprihatinkan. Bahkan ada satu ruang yang sudah tidak ditempati karena atapnya bocor dan dinding yang penuh rayap. Ruang kepala sekolah menyatu dengan ruang guru, ruang tata usaha dan perpustakaan. Perpustakaannya adalah tumpukan buku paket yang lusuh. Di ruang ini pula terdapat kompor gas untuk memasak mie bagi dewan guru.
Pihak sekolah sudah mengajukan proposal perbaikan gedung namun ada kendala yaitu status tanah adalah milik warga dan peserta didik yang sangat sedikit. Sampai hari ini tidak ada tanda-tanda bahwa proposal itu akan dikabulkan.
Gedung sekolah berwarna gelap. Tidak ada cat yang menghias apalagi pot-pot bunga dan gambar. Gedung SDN I lebak lebih mirip gudang barang-barang bekas.
GURU DAN HARAPANNYA
Jumlah guru di SDN I lebak adalah 7 orang. Yaitu 5 PNS dan 2 sukwan. Berikut datanya :
Para guru mengusulkan bahwa sebaiknya sekolah ini segera ditutup. Sebab sangat tidak layak dan kondusif untuk sebuah lembaga pendidikan. “ Dusun ini kecil. Masyarakatnya juga cuek dengan pendidikan. Kalau ada kegiatan apapun maka kami para guru yang harus iuran. Kalau sekolah ini ditutup maka para siswa bisa pindah di dusun lain yang tidak jauh dari sini” ungkap beberapa guru yang keberatan disebut namanya. Lebih lanjut mereka memaparkan bahwa dilihat dari manajemen apapun sudah tidak layak. “ Kalau hujan sedikit para siswa tidak ada yang berangkat dan wali siswa juga cuek bebek” tambahnya.
SIKAP PEJABAT
Menurut pemerhati budaya Muhidin M. Dahlan bahwa bangsa ini adalah bangsa yang senang membangun tapi tidak senang merawat. Lebih celaka lagi bangsa kita suka merusak. Pejabat banyak tapi pemimpin sedikit. Gambaran ini tepat untuk memotret sikap pejabat yang berwenang dalam dunia pendidikan.
Menurut para guru tidak ada sikap yang jelas dari pengawas maupun UPT Dinas Pendidikan Sangkapura. Mereka pura-pura tidak tahu dengan kondisi SDN I lebak. Alih-alih tindakan nyata, sepatah katapun mereka enggan. Korbannya adalah para guru dan generasi.
USULAN
Berdasarkan penelitian yang kami lakukan sudah saatnya SDN I Lebak ditutup. Semua siswa yang berjumlah 21 orang bisa dipindahkan ke sekolah terdekat yang layak. Tentang kemalasan wali murid untuk mengantarkan anaknya ke dusun lain maka sudah saatnya mereka dididik supaya memiliki perhatian terhadap pendidikan putra-putrinya. Memanjakan wali murid sama dengan membunuh generasi. Tentang sikap pejabat yang masa bodoh mari kita berdoa supaya Jokowi mau hijrah ke Gresik dan bertarung merebut Gresik 1.
Penulis adalah :
1. Rosalina
2. Mukhlisa
3. Sri Octavia
Mahasiswa Semester IV prodi Manajemen Pendidikan Islam STAIHA Bawean.
(Data di atas diperoleh dari penelitian langsung di SDN I Lebak)