Media Bawean, 24 Juli 2013
Lomba Menulis Opini dan Artikel
Kategori Umum
Alamat :
Jl. Cempaka 1 no. 37 Puri Beta 2 Ciledug, Tangerang. Banten Pekerjaan :
Mahasiswi National Hotel Institute of Bandung
Sejujurnya, Lomba Menggarap / Menggali Potensi Wisata Bawean – lah yang telah mengenalkan saya kepada Bawean. Yap ! Pulau ini belum pernah saya ‘jamah’ sama sekali, mendengarnya pun masih sangat asing di telinga. Rasa penasaran mendorong saya mencari info sebanyak-banyaknya mengenai pulau ini.
Bawean merupakan sebuah pulau yang memiliki luas hampir mencapai 200 km2, termasuk kedalam kawasan administrasi Gresik, Jawa Timur dan terbagi menjadi dua kecamatan. Disisi utara merupakan Kecamatan Tambak dan Selatan Kecamatan Sangkapura (sumber : Wikipedia.com )
Indah, komplit dan terpencil..
Sumber daya alam yang melimpah, pegunungan, pesisir dan kehidupan bawah lautnya, danau, cagar alam, suaka margasatwa, pemakaman kuno serta campuran beberapa kebudayaan lokal yang menambah nilai plus keindahan Pulau Bawean. Lengkap bukan potensi-potensi wisata di Pulau Bawean ? Potensi yang tak perlu susah payah kita cari karena sudah disediakan oleh alam tinggal bagaimana kita semua, para stakeholder (pemangku kepentingan ) utama pariwisata ( penduduk lokal, pemerintah dan sektor swasta) mau bekerja sama untuk membangun dan mengembangkan pulau bergelar bidadari ini menjadi sebuah destinasi wisata.
Berhubung lingkungan beserta isinya yang menjadi aset utama untuk dikembangkan dan tentunya akan ‘dijual’ sebagai salah satu destinasi, alangkah baiknya jika potensi wisata di Bawean dikemas dalam kemasan Eco Tourism. Lingkungan, habitat yang rentan akan kerusakan yang bersumber dari alam ataupun manusia perlu kita jaga kelestariannya.
Kembali ke istilah Eco Tourism, apa itu Eco Tourism ?
Eco Tourism merupakan salah satu kegiatan pariwisata yang berwawasan lingkungan dengan mengutamakan aspek konservasi alam, pemberdayaan sosial budaya, ekonomi masyarakat lokal serta pembelajaran dan pendidikan (Sumber : Wikipedia.com). Sebuah konsep sekaligus trend pariwisata yang sedang mendunia. Konsep yang mengusung tema pembangunan berkelanjutan untuk masa sekarang dan sekaligus dapat dinikmati juga oleh generasi masa depan.
Sebelum menggali dan mengembangkan potensi-potensi wisata di Pulau Bawean, ada beberapa komponen wisata yang perlu mendapat perhatian untuk dibangun. Menurut Direktorat Jendral Pariwisata Republik Indonesia, 4 komponen utama yang harus dimiliki sebuah destinasi wisata meliputi Aksesibilitas, atraksi wisata, fasilitas dan tourist organization. Di bawah ini merupakan pemaparan mengenai 4 komponen utama di Bawean yang berpotensi untuk dikembangkan dan serta pembangunannya saya sesuaikan dengan konsep Eco Tourism.
A. Aksesibilitas
1. Transportasi
Indahnya Pulau ini ternyata banyak menyimpan keluhan dari wisatawan yang menyayangkan sulitnya akses untuk menuju Pulau Bawean. Jadwal kapal yang tak menentu, melonjaknya jumlah penumpang, hingga keamanan yang kurang terjamin dikarenakan kapal terbuat dari bahan fiber bukan besi, menjadi momok yang menakutkan bagi mereka. Sedikit mengherankan, keluhan tersebut juga dirasakan oleh penduduk lokal Pulau Bawean sendiri. Ketergantungan besar terhadap transportasi laut yang merupakan satu-satunya alat mereka untuk beraktifitas juga sulit mereka rasakan, alasan lainnya karena harga tiket yang terbilang cukup mahal. Hal tersebut tentu saja berbanding terbalik dengan pendapatan mereka yang sehari-hari bermata pencaharian sebagai petani, nelayan dan sebagian lainnya lebih memilih jadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Sangat disayangkan ketika mengetahui mereka lebih memilih berjuang untuk mencari nafkah di negeri orang lain. Padahal potensi besar ada di depan mata, di wilayah sendiri, Pulau Bawean.
Akses yang relatif mudah, aman merupakan salah satu faktor yang mendorong wisatawan untuk datang berkunjung dan berlibur. Berdasarkan permasalahan aksesibilitas diatas, beberapa solusi yang dapat kita gunakan untuk membenahinya, antara lain : Untuk membangun transportasi laut yang ramah lingkungan, Indonesia memang belum memilikinya. Namun, berdasarkan forum Environmentally Sustainable Transport (EST) yang diselenggarakan di Bali pada April 2013 lalu, EST memberi gagasan baru untuk menciptakan transportasi ramah lingkungan dengan mencanangkan program yang dinamakan Eco Port. Eco Port merupakan salah satu program yang dilakukan untuk mencapai tujuan sub sektor transportasi laut yang meliputi sasaran dan tolak ukur, serta aspek program pelaksanaannya. Esensi dengan adanya Eco Port antara lain :
a) Berbagai masalah lingkungan hidup di pelabuhan seperti pencemaran udara dan kebisingan secara sistemik akan dirancang, dipantau, dikaji ulang dan diimplementasikan oleh penyelenggara dan pengelola pelabuhan termasuk stakeholder. Siklus ini akan terus dilakukan tanpa henti (never ending process)
b) Semua stakeholder (pemerintah pusat, kota, provinsi serta masyarakat Bawean) wajib diikutsertakan secara sukarela untuk menciptakan pelabuhan yang ramah lingkungan ( sumber : www.bun.go.id/pelindol/en/publikasi/berita/kementerian-perhubungan-selenggarakan-iklim-climate-change/ )
Walaupun Eco Port masih sebatas rancangan, namun disini saya berharap agar pemerintah setempat dan Dinas Perhubungan Gresik khususnya, untuk bersikap pro aktif mengikuti perkembangan EST dalam menjalankan program Eco Port, maupun jika ada forum-forum EST selanjutnya untuk turut berperan serta dengan hadir dan menyampaikan aspirasinya terutama mengenai kendala moda transportasi menuju Pulau Bawean. Adanya peran aktif pemerintah dalam hal ini, bertujuan untuk mempromosikan Pulau Bawean itu sendiri, bahwa di ujung Kabupaten Gresik terdapat sebuah pulau dengan sejuta potensi yang terkendala akses dan membutuhkan kerja sama dari berbagai pihak untuk membenahinya. Selain sebagai ajang promosi, juga dapat menjadikan Pulau Bawean sebagai salah satu prioritas untuk diterapkannya Eco Port. Karena jika Eco Port diterapkan, kemungkinan besar untuk implementasi awalnya belum menyeluruh ke semua wilayah Indonesia, sehingga peran aktif para stakeholder Pulau Bawean disini sangat diperlukan.
Selagi mengikuti perkembangan EST untuk program Eco Port transportasi laut, pemerintah hendaknya mencari solusi lain dalam mengatasi permasalahan transportasi Bawean. Mengingat bahwa Bawean merupakan satu-satunya jalur yang dapat digunakan untuk menuju Bawean. Lagi dan lagi, sikap pro aktif dari berbagai stakeholder sangat diperlukan. Para stakeholder utama seperti pemerintah setempat, Dinas Perhubungan Gresik hingga Dinas Perhubungan Nasional dapat duduk bersama untuk membahas dan mengatasi permasalahan akses di Bawean.
Adanya program pemerintah berupa penambahan kapal yang terbuat dari aluminium, segera beroperasi pada H-15 Lebaran 2013 dan akan digunakan secara terus-menerus, merupakan salah satu solusi yang tepat untuk mengatasi permasalah moda transportasi disana terutama untuk penduduk lokal Bawean (sumber : news.detik.com/Surabaya/read/2013/06/29/175303/2288039/466/pemerintah-tambah-satu-kapal-tujuan-pulau-bawean )
Dan akan beroperasinya lapangan terbang di Pulau Bawean juga merupakan solusi lain yang akan ditempuh pemerintah. Namun, tidak semua wisatawan sanggup ataupun bersedia menggunakan pesawat terbang yang merupakan salah satu moda transportasi mahal saat ini, terutama untuk kalangan wisatawan ala backpacker dan penduduk lokal Pulau Bawean.
2. Infrastruktur/ Fasilitas Umum
Infrastruktur umum di Pulau Bawean yang menurut saya harus dibangun atau mungkin perlu dibenahi, meliputi :
a) Pembenahan jalan umum yang dilengkapi dengan fasilitas jalan lainnya (misalnya, tanda penunjuk jalan ).
b) Infrastruktur untuk pelayanan transportasi seperti pelabuhan, dermaga,
c) Fasilitas air bersi
d) Fasilitas untuk pembuangan limbah padat ataupun cair
e) Fasilitasi komunikasi
f) Pembangkit energi listrik
B. Atraksi Wisata
Bawean memiliki potensi objek dan atraksi wisata yang beragam, dimulai dari alam, buatan dan kebudayaan penduduk lokal Bawean itu sendiri. Mengacu pada konsep eco tourism, untuk mengemas objek wisata Pulau Bawean yang mayoritas berkaitan erat dengan lingkungan, perlu dilakukan upaya konservasi, disertai unsur edukasi dengan tetap melibatkan wisatawan ketika melakukan aktivitas wisatanya serta melibatkan penduduk lokal dengan tujuan utama meningkatkan pendapatan ekonomi mereka. Di bawah ini, beberapa potensi wisata yang menurut saya dapat menjadi prioritas untuk dikembangkan sebagai eco tourism, diantaranya :
1) Pulau Noko Gili dan Pulau Noko Selayar
Kedua pulau yang masih berada di dalam kawasan Sangkapura, memiliki hamparan terumbu karang beserta komponen mahluk lautnya yang turut menambah keindahan pulau-pulau ini. Hal yang sedikit membedakan kedua pulau ini yaitu, Pulau Noko Gili merupakan plau berpenghuni yang masyarakatnya masih terisolasi dengan dunia luar, sedangkan Noko Selayar merupakan pulau kosong, sehingga sumber daya terumbu karang di pulau-pulau ini masih alami dan terjaga dengan baik. Aktivitas bawah laut seperti snorkeling, diving, melihat pemandangan bawah laut menggunakan glass bottom boat, merupakan potensi wisata utama yang dapat digali dan dikembangkan disini. Aktivitas lainnya yang dapat dikembangkan disini berupa berenang dan sun bathing.
Untuk menjaga kelestarian terumbu karang agar tetap dapat dimanfaatkan sebagai sumber daya pariwisata, sumber mata pencaharian lokal serta dapat dimanfaatkan untuk generasi mendatang, terdapat program pemerintah untuk pelestarian terumbu karang yang dinamakan COREMAP dengan menggunakan teknik transplantasi. Teknik transplantasi merupakan teknik penanaman kembali terumbu karang yang dapat dilakukan dengan berbagai tujuan, seperti :
a) Untuk pemulihan kembali terumbu karang yang telah rusak
b) Pemanfaatan secara lestari ( perdagangan karang hias )
c) Perluasan terumbu karang
d) Tujuan pariwisata
e) Meningkatkan kepedulian masyarakat akan status terumbu karang
f) Tujuan perikanan
g) Terumbu karang buatan
h) Tujuan penelitian
(sumber : Coremap.or.id/berita/penelitian_research/article.php?id=185 )
Untuk Pulau Noko Gili dan Selayar yang memiliki terumbu karang yang masih alami, pemerintah dan penduduk lokal dapat bekerja sama untuk melakukan transplantasi. Sebelum dilakukan transplantasi, ada baiknya wilayah yang memiliki terumbu karang diberi penzonasian wilayah sesuai dengan tujuan transplantasi. Kontribusi pemerintah ke masyarakat dapat berupa pemberian pemberdayaan secara rutin tentang teknik-teknik melakukan transplantasi, terutama untuk tujuan pariwisata. Sehingga ketika aktivitas wisata sudah dikembangkan di kedua pulau, pemerintah dapat melibatkan penduduk sebagai guide lokal yang berguna untuk : mengarahkan wisatawan ke wilayah yang boleh digunakan untuk aktivitas snorkeling ataupun diving, dan mana wilayah terumbu karang yang tidak boleh diganggu serta mereka diharapkan mampu memberikan unsur edukasi, kepada wisatawan dengan cara mengajak, menjelaskan dan mengajari wisatawan untuk melakukan transplantasi terumbu karang ditempat yang telah disediakan.
Wisatawan yang ingin berkontribusi, sebaiknya dikenakan biaya transplantasi, yang dapat digunakan untuk perawatan terumbu karang. Kerjasama antar stakeholder ini akan memberikan benefit dan profit kepada banyak pihak, terutama penduduk lokal. Untuk lingkungan kedua pulau ini sendiri, tentunya akan mendapatkan manfaat berupa terjaganya kelestarian terumbu karang dan kehidupan bawah lautnya. Bagi penduduk lokal tidak hanya benefit berupa knowledge tentang transplantasi yang mereka dapatkan, melainkan juga profit berupa pendapatan yang mereka raih sebagai guide. Sementara untuk wisatawan, mereka yang biasanya hanya mendapatkan perjalanan berlibur, turut mendapatkan benefit berupa edukasi dari adanya penanaman terumbu karang yang mereka lakukan dengan wisatawan lain dan penduduk lokal.
2) Penangkaran Rusa Bawean
Keunikan yang terdapat di Pulau Bawean salah satunya adalah rusa bawean yang merupakan hewan yang hanya dapat ditemui di Bawean, habitat aslinya. Mengagumkan bukan ? Rusa endemik yang bisa dijadikan logo pariwisata Bawean.
Adanya populasi hewan bertubuh kerdil ini, membuka potensi besar untuk dibangunnya wisata penelitian yang berbasis Eco Tourism. Pemerintah dapat bekerja sama dengan penduudk lokal dengan melibatkan mereka sebagai pengelola penangkaran, staff ticketing penangkaran serta sebagai intepretator yang bertugas untuk menjelaskan kepada wisatawan yang berkunjung mengenai sejarah dari keberadaan rusa bawean.
Peran sebagai pengawas, pengontrol dan penyedia dana yang akan digunakan untuk proses pelebaran lahan untuk kandang, pemeliharaan maupun pengembangbiakkan rusa merupakan peran yang tak kalah pentingnya untuk pemerintah jalani.
3) Danau Kastoba
Selain rusanya, Bawean juga memiliki ciri khas potensi alam yang tak kalah indahnya, yaitu Danau Kastoba. Alam yang masih sangat alami dan berpotensi untuk dikembangkan menjadi eco tourism. Berhubung Danau Kastoba tidak bisa dimanfaatkan untuk wisata air dikarenakan adanya arus air berbahaya yang dapat mengancam keselamatan ( sumber : www. Bawean.net/2012/09/obyek-wisata-danau-kastoba-bawean-ramai.html ), sehingga beberapa aktivitas wisata yang menurut saya dapat digali dan dikembangkan di Danau Kastoba antara lain : wisata memancing, wisata fotografi serta kalaupun wisata renang berpotensi dikembangkan, harus dilengkapi dengan petugas keamanan. Jarak 5 km yang harus ditempuh wisatawan untuk menginjakkan kaki di Kastoba, dapat kita manfaatkan pula dengan mengembangkan wisata trakking.
Lalu, bagaimana dengan potensi-potensi wisata lainnya di Bawean ? Apa hanya keempat atraksi tersebut saja yang hanya digarap ? Tentu tidak. Semua potensi dapat kita manfaatkan , karena jika hanya beberapa potensi saja yang digarap, kemungkinan objek wisata lain yang memiliki potensi akan ‘dilupakan’. Menggali serta membangun potensi lainnya dengan arti tetap mengacu pada konsep eco tourism. Memanfaatkan tanpa mengurangi atau merusak nilai-nilai keaslian dari potensi wisata tersebut, terutama budaya yang rentan akan perubahan.
a) Wisata Alam
Pesona Pulau Nusa, Pulau Cina, Pantai Labuhan, Tanjung Gaang serta potensi objek wisata air terjun yang tak kalah cantiknya, menambah keelokan sudut Pulau Bawean. Berbagai aktivitas wisata seperti renang, memancing ataupun wisata tur ke pulau-pulau ini dengan menggunakan perahu penduduk dapat dikembangkan disini.
b) Wisata Kuliner
Tak dipungkiri, makanan tradisional sekarang menjadi salah satu primadona yang dicari wisatawan bila berkunjung ke daerah tertentu. Begitupun dengan berbagai jenis makanan khas Pulau Bawean yang akan menjadi daya tarik tersendiri bagi yang mencicipinya ataupun yang ingin mencoba membuatnya bersama penduduk sekitar langsung on the spot !
c) Wisata Budaya
Beragamnya corak latar belakang penduduk di Pulau Bawean membuat pulau ini kaya akan kebudayaannya pula, seperti upacara adat, tari-tarian, bahasa lokal, mata pencaharian maupun gaya hidup mereka sehari-hari. Kebudayaan ini dapat kita kembangkan secara komersil untuk ‘disajikan’ kepada wisatawan, namun dengan aturan tertentu. Aturan yang saya maksud, dapat berupa kode etik untuk para wisatawan di setiap kondisi ketika mereka berwisata di Bawean. Untuk membuat kode etik ini, pemerintah dapat kembali bekerja sama dengan ketua adat atau petinggi di Pulau Bawean. Aturan yang sudah disetujui oleh kedua stakeholder, lantas harus segera dikomunikasikan ke semua penduduk lokal. Adapun aturan tersebut dapat berupa : wisatawan harus berpakaian dan berperilaku sopan, memakai pakaian tradisional Pulau Bawean yang bisa mereka sewa dari penduduk sekitar ketika menyaksikan upacara adat, membatasi waktu pertunjukkan yang bersifat sakral, seperti upacara adat yang hanya bisa disaksikan di saat-saat tertentu dan sebagainya.
Hal-hal kecil yang kadang lepas dari pengawasan, namun memberikan efek perubahan yang tidak diinginkan terhadap suatu kebudayaan. Selain dapat dijadikan sebagai salah satu atraksi wisata, kebudayaan lokal masyarakat Pulau Bawean juga berpotensi untuk dikembangkan sebagai wisata penelitian terutama perihal yang menyangkut kehidupan sosial - ekonomi mereka.
d) Wisata Ziarah
Pulau Bawean selain terkenal dengan potensi alamnya, juga dikenal sebagai salah satu tempat yang banyak memiliki makam keramat sehingga berpotensi untuk dikembangkan menjadi salah satu wisata ziarah. Potensi ini hendaknya dikemas dengan aturan berupa kode etik tertentu, seperti pada wisata budaya sebelumnya.
C. Amenitas / Fasilitas yang Berkaitan dengan Kegiatan Wisata
1. Akomodasi
Seorang wisatawan akan semakin banyak mengeluarkan pendapatannya, jika wisatawan tersebut menetap lebih dari 24 jam. Untuk menetap dengan jangka waktu tersebut, tentunya wisatawan memerlukan tempat untuk menginap.
Penginapan ramah lingkungan yang sesuai dengan konsep Eco Tourism sebenarnya adalah Eco Lodge. Namun, untuk membangun Eco Lodge, sebuah wilayah harus memiliki sebuah Taman Nasional. Seperti di Flores yang memiliki 2 Eco Lodge berupa Eco Lodge Taman Nasional Kelimutu dan Taman Nasional Komodo. Sehingga hal ini menyebabkan Eco Lodge belum dapat direalisasikan di Pulau Bawean.
Solusi lain jenis penginapan yang juga ramah lingkungan dan memungkinkan untuk dibangun di Pulau Bawean, seperti homestay, guest house, bungalow ataupun rumah tradisional yang dibuat dari bahan ramah lingkungan, seperti bambu dan papan. Kerja sama antara sektor swasta dan masyarakat lokal dalam pembangunan penginapan dapat dibentuk dengan melibatkan penduduk lokal sebagai pekerja di penginapan tersebut. Pemerintah pun dapat bekerja sama dengan beberapa penduduk lokal yang memiliki rumah dengan kapasitas yang dapat menampung beberapa wisatawan untuk mereka menginap. Tidak hanya sekadar menginap, jika tidak keberatan, penduduk diharapkan bersedia untuk melayani keperluan makan wisatawan dengan menyajikan makanan-makanan tradisional Bawean. Dengan solusi ini, akan memberikan imbas positif berupa peningkatan pendapatan ekonomi ke penduduk yang telah bersedia ‘membagi’ tempat tinggalnya.
Namun yang perlu diingat, untuk mendirikan bangunan baik berupa penginapan, restoran dll, pemerintah harus memiliki aturan pembangunan yang jelas, salah satunya menyangkut tentang : pembatasan jumlah pembangunan, karena daya tampung pulau sangat terbatas dan jika tidak dibatasi, dapat merusak daya dukung lingkungan beserta ekosistem yang ada di pulau tersebut.
2. Restoran
Amenitas berikutnya yang tak kalah penting dicari wisatawan adalah tempat makan. Tempat makan yang dibangun dapat berupa restoran, rumah makan dan warung-warung kecil yang ditata semenarik mungkin, misalnya para pelayan menggunakan pakaian tradisional Pulau Bawean sembari menyajikan suguhan makanan, variasi harga dari yang mahal hingga yang harganya ‘merakyat’. Untuk melestarikan makanan khasnya, sebaiknya dibangun tempat makan yang mayoritas menjual kuliner khas Pulau Bawean. Para pegawai, mulai dari chef, waiter / waitress dapat sektor swasta rekrut dari penduduk lokal.
3. TIC ( Tourist Information Center )
Pembangunan TIC tidak kalah krusialnya dengan pembangunan amenitas lainnya. TIC jika diibaratkan layaknya sebuah kompas bagi wisatawan. Untuk di Pulau Bawean, sebaiknya dibangun 2 TIC. Pertama, TIC dibangun di lokasi pelabuhan Gresik – Bawean dan yang kedua dibangun di pintu masuk Pulau Bawean. TIC tidak hanya harus memiliki SDM yang kompeten di bidang pariwisata, namun juga harus memuat semua informasi pariwisata di Pulau Bawean, baik dalam bentuk guidebook pariwisata, post card ataupun brosur. Dimulai dari denah lokasi wisata, objek wisata dan atraksi wisata yang ditawarkan di Pulau Bawean, penginapan beserta rate harganya, tempat penyewaan alat-alat selam hingga jadwal pertunjukkan atraksi wisata (upacara adat, tari-tarian ) yang dapat disaksikan wisatawan tertera disana.
4. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat ( LPM )
Sebelum Pulau Bawean menjadi sebuah destinasi wisata yang siap ‘dikonsumsi’ khalayak ramai, masyarakat lokal Pulau Bawean harus dipersiapkan terlebih dahulu untuk ‘menyambut’ pariwisata didaerahnya. Pemberdayaan dapat berupa pelatihan untuk menjadi sumber daya pariwisata di wilayahnya sendiri, adanya training bahasa inggris agar mereka dapat berkomunikasi dan bersosialisasi dengan wisatawan mancanegara, hingga kursus bahasa Indonesia bagi masyarakat Pulau Bawean yang tidak fasih. Bentuk LPM lainnya dapat berupa sekolah formal ( SD, SMP, SMA / SMK / Madrasah ) untuk membantu meningkatkan tingkat literasi penduduk Bawean. Untuk pemberdayaan masyarakat, pemerintah setempat dapat bekerja sama dengan beberapa universitas yang memiliki program KKN (Kuliah Kerja Nyata ) untuk mengutus mahasiswa mereka menjalankan KKN di Bawean. Selain sekolah formal, ada bentuk LPM lainnya yang tepat diterapkan untuk anak-anak di Pulau Bawean, yaitu dengan membuatkan mereka sekolah konservasi laut, layaknya anak-anak di Raja Ampat, Papua. Sehingga laut tempat mereka tinggal, mereka manfaatkan dan mereka jaga untuk mereka sendiri dan kelangsungan hidup penikmat laut di masa yang akan datang.
5. Penyewaan Sepeda
Tidak semua wisatawan akan menyewa sepeda motor ataupun mobil sebagai kendaraan mereka ketika di Pulau Bawean. Selain harga sewa yang mungkin relatif mahal, polusi udara dan suara yang mengganggu juga dapat menjadi alasan mereka untuk tidak menggunakan kendaraan berpolusi, terutama bagi eco lover wisatawan. Harga sewa sepeda yang jauh lebih murah serta ramah lingkungan, dapat menjadi pilihan alternatif transportasi lokal bagi wisatawan.
6. Pos Keamanan
Keamanan dan kenyamanan merupakan faktor lain yang membuat wisatawan betah tinggal. Alangkah baiknya jika pos keamanan dibangun di hampir setiap penginapan dan daya tarik wisata terutama di objek wisata alam seperti Danau Kastoba, air terjun serta Pulau Gili dan Selayar yang memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi beberapa aktivitas wisata.
7. ATM ( Automatic Teller Machine )
8. Tempat Ibadah
9. Toilet Umum
10. Toko Suvenir Tradisional
11. Tempat Penyewaan pelampung, alat pancing, snorkeling dan diving
12. Fasilitas dan Jalur Trekking
D. Tourist Organization
Adanya organisasi pariwisata akan mempermudah perjalanan wisatawan, seperti tersedianya Tour and Travel Agent yang melayani jasa transportasi menuju Pulau Bawean ataupun menjual paket tur Wisata Bawean kepada wisatawan yang berminat.
Promosi
Pengertian promosi menurut Bayu Swasta (2000:349 ) adalah Info atau persuasi satu arah yang dibuat untuk mengarahkan seseorang atau organisasi kepada tindakan yang menciptakan pertukaran dan pemasaran.
Untuk promosi di Pulau Bawean, saya bagi menjadi dua tipe. Promosi tipe pertama, yaitu promosi yang dilakukan khusus untuk menarik sektor swasta agar turut menanamkan modal ataupun membuka unit bisnis di Pulau Bawean. Promosi dapat dilakukan dengan cara : membuat event besar di Pulau Bawean dengan mengundang beberapa influencing people, online media, media cetak maupun eletronik dalam dan luar negeri untuk meliput tentang Pulau Bawean. Bentuk promosi lainnya dapat berupa promosi online yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Gresik sendiri dengan membuat website ataupun blog tentang Pulau Bawean.
Promosi kedua, merupakan promosi ke masyarakat Indonesia maupun mancanegara yang dilakukan ketika komponen-komponen utama pariwisata di Pulau Bawean telah dibangun dan siap untuk dijadikan salah satu destinasi wisata Indonesia. Beragam bentuk promosi dapat dilakukan, diantaranya pemerintah dapat bekerja sama dengan travel agent, maskapai penerbangan, hotel dsb dengan menitipkan alat - alat promosi Wisata Pulau Bawean berupa poster, kalender, sticker, booklet, buku. Serta dengan rutin mengikuti pameran wisata Indonesia, promosi melalui media sosial (facebook, twitter, website, blog), melalui film yang mengambil lokasi di Bawean hingga perlombaan menulis tentang Potensi Wisata Bawean yang diadakan Media Bawean juga turut berkontribusi dalam mempromosikan Pulau Bawean .
Sekian opini saya mengenai Menggarap / Menggali Potensi Wisata Pulau Bawean ini, saya berharap tulisan ini maupun tulisan dari teman-teman lainnya, dapat menjadi inspirasi ataupun masukan bagi pembangunan Wisata Pulau Bawean kelak. We can do it, Bawean !