Media Bawean, 16 Juli 2013
Lomba Menulis Opini dan Artikel
Kategori Umum
Nama : Dahlia Pipit Wahyuni
Alamat : Jl. Pahlawan 28 Lamongan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga, Blogger
Blog : http://meditulis.blogspot.com
http://omahkaloka.blogspot.com
Alamat : Jl. Pahlawan 28 Lamongan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga, Blogger
Blog : http://meditulis.blogspot.com
http://omahkaloka.blogspot.com
Pulau Putri atau pulau Bidadari, begitu orang menyebut pulau Bawean. Sebutan itu tentunya tidak sembarangan disematkan. Apalagi dianalogikan dengan sosok putri atau bidadari yang menginterpretasikan kecantikan, keanggunan dan keelokan. Semenarik itukah Pulau Bawean?
Sejujurnya, saya belum pernah mengunjungi Pulau Bawean. Kesan tentang Bawean hanya saya dapatkan dari upaya browsing di internet. Beberapa gambar menvisualisasikan panorama alam yang benar-benar WOW! Plus catatan si blogger bagaikan testimoni yang sangat persuasif. Menggoda.
Bawean, pulau kecil yang berada di ujung utara 81 mil laut dari kota Gresik itu ternyata menyimpan keindahan alam yang luar biasa. Apalagi keindahan itu terasa masih alami. Obyek-obyek wisata favorit wisatawan seperti pantai pun masih belum banyak disentuh pembangunan. Akh! Yang alami memang keelokannya bisa sangat memukau, bukan? Layaknya seorang putri perawan.
Pulau Noko, misalnya. Pulau kecil yang berada di tenggara Pulau Bawean itu memiliki daratan pasir putih yang menghampar sepanjang pantainya. Pasir putih yang lembut dengan rerumputan dan semak hijau yang tumbuh di sekitarnya, berpadu dengan birunya air laut dan cakrawala menyajikan panorama yang tiada tanding. Kemudian ada pantai Gili, pulau Selayar, tanjung Ga'ang, danau Kastoba, pantai Phalabbhuan, air terjun, kawasan cagar alam dan penangkaran rusa dan lainnya yang juga mengundang decak kagum (Ini hanya dari gambar, apalagi aslinya!!). Tidak hanya keindahan permukaan daratan, area bawah lautnya pun menyajikan keelokan terumbu karang dan keragaman biota air yang bahkan bisa dilihat dari permukaan air laut. Di artikel Viva.News disebutkan bahwa tim ITS Surabaya yang melakukan penelitian pada perairan Bawean menemukan bahwa keelokan dan keragaman biota air di Bawean tidak kalah dengan Bunaken, taman laut peringkat keempat Indonesia.
Di samping obyek wisata alam, di Pulau Bawean juga terdapat situs sejarah yang tentu saja mengandung nilai sebagai obyek wisata religi, wisata budaya dan wisata sejarah. Sejumlah situs tersebut tidak hanya mengenai Pulau Bawean, namun juga memiliki sejarah panjang dengan Pulau Jawa, terutama berkaitan dengan para tokoh penyebar agama Hindu dan wali penyebar Islam di Pulau Jawa.
Wisata kuliner? Tak terkecuali. Bawean memiliki makanan khas yang tidak ditemui di tempat lain, seperti petis ikan dan martabak kentang. Lalu bakso ikan dan aneka menu olahan ikan lainnya yang umum ditemui di Pulau Gili dan beberapa wilayah Bawean lainnya. Dengan segala kelebihan itu, tentunya Pulau Bawean telah memiliki satu paket komplit sebagai tujuan wisata yang patut diunggulkan.
Kenyataannya, seperti yang diungkapkan Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga (Kadisbudparpora) Kabupaten Gresik Siswadi pada Radar Gresik (Bawean.Net, 24/12/2012), bahwa jumlah wisatawan yang mengunjungi Pulau Bawean ternyata tidak terlalu besar apabila dibandingkan dengan daerah lain, bahkan di Jawa Timur. Sepanjang tahun 2012, jumlah wisatawan domestik hanya sekitar 5 ribu pengunjung dan wisatawan mancanegara sekitar 50 orang pada medio Juni-Desember 2012. Jadi, potensi besar yang dimiliki Pulau Bawean belum mampu mendongkrak sektor pariwisatanya.
Mengapa begitu? Dari artikel-artikel yang saya baca, saya menyimpulkan beberapa faktor penyebab Pulau Bawean kurang dipilih sebagai alternatif wisata, yaitu :
Akses yang kurang memadai
Bawean merupakan pulau kecil di antara Pulau Jawa dan Kalimantan. Untuk mencapai Pulau ini hanya bisa melalui jalur laut dengan menggunakan kapal. Sayangnya, kapal yang berlayar hanya sekali dalam sehari. Jadwal dari Gresik ke Bawean hanya pada hari Minggu-Selasa-Kamis. Sementara dari Bawean ke Gresik pada hari Sabtu-Senin-Rabu. Rendahnya frekuensi penyeberangan membuat akses menuju pulau ini tidak bisa dilakukan kapan saja bagi wisatawan yang ingin berkunjung. Mereka harus menyesuaikan waktu liburannya dengan jadwal kapal. Tentu saja jika tidak ada kecocokan, calon wisatawan akan mengalihkan tujuan wisatanya ke tempat lain yang lebih mudah dijangkau. Apalagi jika gelombang laut tinggi, praktis tidak ada pelayaran sama sekali.
Untuk mempermudah akses, pemerintah daerah kabupaten Gresik membangun sarana lapangan terbang yang nantinya diharapkan dapat meningkatkan jumlah kunjungan ke Pulau Bawean. Namun, menurut hemat penulis, keberadaan lapangan terbang hanya akan sedikit mengerek jumlah wisatawan. Pesawat merupakan kendaraan yang masih eksklusif bagi sebagian masyarakat. Tarif naik pesawat tidak lebih murah dari alat transportasi lainnya, dan tentunya hanya kalangan tertentu yang bisa memanfaatkan fasilitas ini. Selain itu, penerbangan juga sangat bergantung pada kondisi cuaca yang bagus.
Salah satu akses alternatif yang paling mudah dan murah adalah melalui jalur darat. Yang artinya, perlu adanya jembatan yang menghubungkan antara Pulau Bawean dengan kota Gresik. Keberadaan jembatan akan lebih mempermudah akses mobilitas menuju pulau bawean dan sebaliknya, tanpa perlu adanya pengaturan jadwal serta ketergantungan faktor cuaca.
Sarana Infrastrukutur yang kurang memadai
Sarana infrastrukutur yang baik akan memberi kenyamanan bagi wisatawan yang mengunjungi Pulau Bawean. Tentunya, itu menjadi nilai kepuasan para wisatawan. Tingkat kepuasan bisa mendorong laju peningkatan kunjungan wisata lebih tinggi. Karena, seorang wisatawan yang merasa puas dengan kunjungannya ada kemungkinan untuk berkunjung kembali. Juga, mereka dengan senang hati akan menceritakan pengalamannya pada kolega lain, yang tentunya menjadi media promosi gratis yang sangat potensial.
Sayangnya, sarana infrastruktur di Pulau Bawean belum di benahi secara serius. Banyak jalan-jalan yang rusak, termasuk jalan lingkar utara yang merupakan jalur utama. Begitu juga dengan listrik yang harus mengalami pemadaman pada jam tertentu. Tentu mengurangi kenyamanan bagi para wisatawan.
Minimnya Fasilitas bagi Wisatawan
Fasilitas pendukung seperti tempat makan, tempat istirahat/berteduh, penyewaan alat menyelam, penjualan souvenir sangat minim di obyek-obyek wisata Pulau Bawean.
Beberapa pulau yang tidak berpenghuni dengan potensi daya tariknya yang tinggi, belum dilengkapi dengan fasilitas pendukung tersebut. Sehingga para wisatawan harus membawa bekal makanan sendiri, atau membeli ikan dari nelayan yang kebetulan mereka temui dan mengolah makanannya sendiri. Begitu juga bagi wisatawan yang ingin snorkeling atau diving, mereka harus membawa peralatan sendiri karena belum ada tempat penyewaan.
Selain itu, masalah pengelolahan sampah juga kurang mendapat perhatian. Lemahnya kesadaran dari wisatawan sendiri untuk tidak meninggalkan sampah, justru kurang ditanggapi oleh pemerintah daerah dengan menyediakan fasilitas tempat pembuangan sampah. Bahkan warga setempat pun cenderung membuang sampah di sembarang tempat, di sekitar pemukiman, termasuk di belakang obyek pemandian air panas.
Rumah sakit, sebagai fasilitas sarana kesehatan masyarakat hingga kini belum dimiliki Pulau Bawean. Bagi masyarakat Bawean, mereka biasa berobat pada dukun atau menunggu menyeberang terlebih dahulu ke Pulau Jawa. Kurangnya berbagai fasilitas pendukung tersebut dapat mengurangi minat wisatawan untuk berkunjung, karena membayangkan segala kerepotan yang tentunya mengurangi kenyamanannya.
Kurangnya Kesadaran Masyarakat Bawean untuk Menjaga Kelestarian Daerahnya
Potensi besar, namun masyarakatnya sendiri tidak menyadari nilainya. Itulah gambaran sebagian kecil masyarakat Bawean yang melakukan pengerusakan alam daerahnya demi memenuhi kebutuhan ekonomi. Sebagai pulau kecil dengan kekayaan pesisir, Pulau Bawean memiliki kualitas pasir yang bagus sebagai bahan bangunan. Hal ini mendorong beberapa orang penduduk untuk melakukan pengerukan dan penggalian pasir-pasir Bawean, baik untuk memenuhi kebutuhan lokal maupun dijual ke tempat lain. Tidak hanya merusak membuat daerah obyek wisata kehilangan daya tarik, namun juga berimbas pada rusaknya ekosistem area sekitar.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut di atas, apabila pemerintah daerah Kabupaten Gresik berupaya menggali potensi wisata Bawean agar lebih memiliki nilai jual di mata wisatawan, maka perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Segera membenahi dan memperbaiki sarana dan prasarana penunjang wisata di Pulau Bawean. Melengkapi obyek wisata dengan fasilitas pendukung yang memberikan kenyamanan bagi para wisatawan, sehingga mereka merasa puas dengan kunjungan wisatanya.
2. Apabila masalah pembangunan dan pengembangan wisata Bawean terkait dengan kurangnya anggaran, pihak Pemkab Gresik bisa menggandeng pihak investor untuk membangun wisata Bawean. Selain itu, pihak investor biasanya mempunyai ide pengembangan wisata dengan pengemasan yang bernilai jual tinggi. Untuk menghindari eksploitasi yang dapat mengancam kelestarian alam dan konservasi Pulau Bawean oleh pihak investor, perlu adanya regulasi yang bisa melindungi kawasan wisata dari eksploitasi yang mengarah pada kerusakan alam.
3. Melakukan promosi lewat media. Berbagai event dan atraksi budaya, serta keindahan alam yang diekspos oleh media, akan mampu mengundang minat wisatawan untuk berkunjung.
4. Melibatkan masyarakat setempat sebagai pendukung pilar kepariwisataan. Mengajak masyarakat Bawean untuk bersama-sama melakukan penjagaan dan pemeliharaan kawasan dari segala hal yang dapat merusak kelestarian dan keindahan Pulau Bawean. Berkembangnya kawasan wisata juga akan membawa dampak terbukanya lapangan kerja baru yang dapat memberi penghidupan bagi masyarakat Bawean.
Dengan berbagai upaya tersebut, kiranya potensi Pulau Bawean sebagai tujuan wisata bisa terdongkrak dan meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung. Saya pribadi memiliki harapan besar bisa berkunjung dan menikmati keindahan Pulau Bawean sebagaimana yang saya lihat dan baca.
Terakhir, ternyata saya baru mengetahui jika sebutan "Pulau Putri" itu untuk menghormati Putri Campa yang meninggal di pulau tersebut. Terlepas dari legenda tersebut, Bawean memang mempesona layaknya seorang putri bidadari.
Sumber :
http://nasional.news.viva.co.id/news/read/148455 pasir_putih_pulau_bawean_sehangat_pantai_kuta
http://www.pulaubawean.com/pulauku/meneropong-pulau-bawean-ketika-dilengkapi-lapangan-terbang/