Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » » Ibu Sunhaji Salah Sangka

Ibu Sunhaji Salah Sangka

Posted by Media Bawean on Minggu, 04 Agustus 2013

Media Bawean, 4 Agustus 2013 

Oleh : Hassan Luthfi


Hari Raya Idul Fitri atau yang sering juga disebut hari lebaran selalu identik dengan acara sillaturrahmi. muda-mudi, tua muda, keluarga dekat maupun kerabat jauh saling mengunjungi dan bermaaf-maafan. Pada momentum hari lebaran umumnya setiap rumah penduduk di Pulau Bawean selalu menyediakan kue-kue lebaran. Para ibu-ibu jauh-jauh hari sudah menata dan menyiapkan tempat-tempat kue atau orang kampungku bilang toples, dengan corak dan warna yang seragam.

Susunan tempat-tempat kue yang tertata rapi diatas meja menjelang hari lebaran seperti ini, mengingatkanku akan pengalaman lucu di kampung halaman dulu. Sebuah kejadian yang mengantarku kesuasana hari lebaran di masa kanak-kanak. Lebaran memang selalu meninggalkan cerita suka cita dan gelak tawa. Serunya tentang tamasya, reuni dengan kawan lama dan sebagainya.

Ketika masih duduk disekolah dasar aku tinggal dirumah nenekku. Sebuah rumah yang letaknya berdekatan dengan rumah dinas dokter puskesmas Sangkapura. Dirumah dinas itu tinggal seorang dokter yang bernama dokter Sunhaji bersama istrinya. Orang-orang disekitar rumahku memanggil istri dokter Sunhaji dengan nama bu Sunhaji. Sebagai warga pendatang baru dan belum banyak kenal dengan warga lainnya, rumah nenekku yang terdekat itulah yang kerap dikunjungi oleh bu sunhaji, sekedar bertanya-tanya atau meluangkan waktu senggangnya.

Beberapa bulan tinggal di Bawean bu Sunhaji sudah mulai mengerti sedikit demi sedikit bahasa Bawean, walau cara melafalkannya terdengar masih teramat kaku. Tepat dihari lebaran bu Sunhaji juga tidak mau ketinggalan bersilaturrahmi dengan para tetangga dikampungku. Singkat cerita dihari ketiga pasca lebaran aku dan nenekku menyempatkan bertamu kerumah dinas dokter sunhaji. Saat melihat meja ruang tamu, nenekku merasa ada sesuatu yang ganjil dibenaknya. Dimana toples-toples berlainan bentuk dan warna berjejer dirumah bu Sunhaji. Belum sempat nenekku bertanya, bu Sunhaji dengan bangganya bercerita kalau warga Pulau Bawean itu baik, ramah dan suka memberi.

Dia bertutur bahwa semua wadah kue beserta isinya itu pemberian tetangga yang dia kunjungi kemarin. Setiap kali masuk kerumah orang Bawean pasti disuguhi makanan dan selalu bilang “kasambi”, ucapan itu selalu diulang berkali-kali seolah-olah memaksa bu Sunhaji. Apalagi pada saat berpamitan mau pulang, mereka acapkali bilang “makla molea, tak e sambi kakananna”. Dengan polos dan bangga bu Sunhaji menceritakan darimana asal usul toples-toples yang beraneka ragam bentuk dan warna diatas meja ruang tamunya dia dapatkan.

Mendengar celoteh bu Sunhaji, nenekku hanya tersenyum geli. Sekarang dia mulai tahu kalau bu Sunhaji telah salah tafsir, dengan membawa pulang kue beserta wadahnya. Pelan-pelan nenekku menjelaskan kepada bu Sunhaji bahwa itu semua cuma basa-basi orang Bawean kala menerima tamu. Maksud dari kata kasambi yang diucapkan berulang-ulang itu ialah supaya sambil ngobrol, sambil dimakan kuenya. Sedangkan kata-kata “makla molea, tak e sambi kakananna”, itupun cuma sekedar etika pemanis kata kepada tamu, bukan berarti disuruh bawa pulang toples dengan segala isinya.

Setelah mendengar penjelasan dari nenekku, langsung saja bu Sunhaji tertawa terbahak-bahak, raut wajahnya menjadi merah jambu karena malu. Ternyata selama ini dia telah banyak salah mengerti dengan modal bahasa Bawean yang pas-pasan. Malam itu juga dia minta diantar nenekku untuk meminta maaf dan mengembalikan toples-toples yang telah dia bawa dari rumah tetangga.

Dari kisah jenaka diatas ada pesan edukatif yang dapat kita petik dari sosok bu Sunhaji. Pertama, dia itu orang dari kota, kaya, namun masih mau bergaul dengan orang kampung tanpa memandang status sosial. Yang kedua, dia tidak gengsi mengakui kesalahan dan berjiwa besar untuk meminta maaf atas kesalahannya. Sedangkan yang terakhir seperti kata pepatah, learn from a mistake (belajarlah dari sebuah kesalahan).

Belajar dari kesalahan bu Sunhaji yang telah salah sangka. Jika tidak mengerti bahasa atau adat istiadat disuatu tempat janganlah segan untuk bertanya, agar tidak terulang pengalaman bu Sunhaji se nyambi mole kakanan kalaben toples-toplesna. 

Semoga cerita humor ini bisa menginspiratif teman-teman pembaca Media Bawean untuk juga menulis pengalaman humor-humor lain yang mengandung edukasi. 

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1432 H, mohon maaf lahir dan bathin.

SHARE :
 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean