Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » » Optimalisasi
Potensi Wisata Pulau Bawean

Optimalisasi
Potensi Wisata Pulau Bawean

Posted by Media Bawean on Kamis, 15 Agustus 2013

Media Bawean, 15 Agustus 2013
Lomba Menulis Opini dan Artikel 
Kategori Umum 

Nama Penulis Fredrick Neo 
Pekerjaan : Mahasiswa UGM

Tidak dapat dipungkiri lagi bahwasanya pariwisata telah menjelma menjadi komponen penting yang mengikat kebutuhan dan kepuasan seorang manusia. Betapa tidak? Indahnya semburan air mancur, teduhnya matahari tenggelam, sejuknya udara pegunungan serta manisnya kicauan burung merupakan segelintir keajaiban alam yang mampu menenangkan jiwa setiap manusia dari kepenatan aktivitas sehari-hari. Untuk menikmati keindahan seperti ini tentulah kita juga bergantung pada jasa sekelompok orang yang mengelola wisata tersebut sehingga esensi dan keindahan dari wisata itu tetap terjaga. Kita pun rela membayar untuk menikmati objek wisata tersebut.

Data dari badan pusat statistik tahun 2012 mengemukakan bahwa sektor pariwisata menduduki peringkat ke-5 sebagai penyumbang pendapatan negara terbesar di Indonesia. Catatan yang bagus mengingat masih banyaknya objek wisata potensial yang masih dapat dikelola lebih lanjut dan optimal seperti Pulau Bawean. Tidak mengherankan jika suatu saat sektor pariwisata mampu bersaing menduduki posisi yang lebih tinggi dalam urusan pendapatan negara.

Menurut opini saya, untuk menggali potensi suatu objek wisata secara optimal seperti Pulau Bawean diperlukan 5 poin seperti berikut:
1. Pengenalan terhadap aset dari Pulau Bawean
2. Pembangunan infrastruktur dan fasilitas pendukung
3. Kualitas pengelolaan aset dan infrastruktur serta fasilitas pendukung
4. Penghitungan dampak terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar
5. Kesiapan dari masyarakat untuk menerima perubahan

Syarat mutlak dari kelima poin ini adalah mereka terintegrasi. Artinya adanya kekurangan di salah satu poin saja pasti akan menyebabkan output yang jelek terhadap wisata tersebut.

1. Pengenalan terhadap aset Pulau Bawean
Saat ini, setidaknya ada 6 objek wisata yang menjadi aset berharga bagi Pulau Bawean yakni Tanjung Gaang, Danau Kastoba, Pulau Gili, Pulau Noko, Penangkaran Rusa Bawean, serta Air terjun Laccar. Pengenalan rinci terhadap aset-aset ini sangatlah penting untuk menentukan apa fasilitas pendukung dan infrastruktur yang layak untuk mengorbitkan objek wisata tersebut.

2. Pembangunan infrastruktur dan fasilitas pendukung
Setelah kita mengetahui aset-aset yang ada, maka dapat ditentukan apa infrastruktur dan fasilitas pendukung yang dibutuhkan. Contohnya adalah kita dapat memperhatikan apakah akses menuju masing-masing aset tersebut mudah dan aman sehingga kita dapat memilih apakah perlu untuk membuat jalan aspal atau tidak. Setelah kita berfokus pada lingkup aset maka pada bagian akhir kita dapat berfokus pada ruang lingkup pulau. Contohnya adalah menentukan perlu tidaknya dibangun hotel, pelabuhan, lapangan udara, taman bermain, dan sebagainya.

3. Kualitas pengelolaan aset dan infrastruktur serta fasilitas pendukung.
Poin ke-3 berikut dan ke-4 selanjutnya merupakan aspek yang menitikberatkan pada keberlangsungan dari objek wisata tersebut (aspek sustainability). Jeleknya kualitas pengelolaan dapat berakibat pada minimnya wisatawan yang akan datang sehingga akan mematikan ekonomi dari objek wisata tersebut. Oleh karena itu, pengelolaan yang baik dan kualitas nomor 1 selalu diharapkan.

4. Penghitungan dampak terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar.
Jika poin ke-3 lebih mengedepankan pada dampak yang akan terjadi jika suatu aset tidak dikelola dengan baik maka poin ke-4 lebih pada dampak akibat hadirnya objek wisata tersebut terhadap lingkungan dan masyarakat. Tentunya suatu objek wisata yang telah dikelola dengan baik, memiliki fasilitas pendukung yang baik di samping keindahan panorama tentu menjadi daya tarik yang tinggi bagi wisatawan lokal dan mancanegara. Arti positif dari hal ini adalah meningkatnya perputaran uang di daerah tersebut sehingga meningkatnya pendapatan daerah yang turut berimbas pada pendapatan negara. Kemudian dampak positif lainnya adalah semakin banyak kesempatan untuk lapangan kerja seperti membuat kerajinan khas pulau Bawean, membuat oleh-oleh khas Pulau Bawean, dan sebagainya. Namun kehadiran objek wisata yang dikelola dan ramai dapat mengakibatkan kerugian pada alam dalam jangka panjang seperti rusaknya ekosistem akibat wisatawan yang seenaknya membuang sampah atau memburu hewan seenaknya demi kesenangan pribadi. Selain itu lunturnya kebudayaan lokal juga menjadi pertimbangan yang sangat penting.

5. Kesiapan dari masyarakat untuk menerima perubahan
Dampak-dampak dari poin nomor 4 tentunya perlu disosialisasikan terhadap masyarakat yang menempati wilayah tersebut baik dampak positif maupun negatif. Penerimaan dari masyarakat sangatlah penting sebagai bukti dari kebersamaan untuk turut membangun Pulau Bawean agar tidak menjadi pertentangan di kemudian harinya.

Dari kelima poin yang telah diuraikan di atas, dapat dikatakan bahwa poin nomor 4 dan 5 merupakan fondasi dasar dalam upaya optimalisasi Pulau Bawean. Kedua poin ini merupakan kunci utama tanpa mengabaikan arti penting poin-poin lainnya. Betapa sayangnya jika budaya di suatu daerah yang mencerminkan ke-khas-an dapat terinfeksi budaya yang dibawa oleh para wisatawan akibat tidak adanya ketahanan dalam menahan pengaruh tersebut. Selain itu, dampak lingkungan juga dapat berpengaruh terhadap perubahan kehidupan masyarakat lokal. Oleh karena itu, menurut saya, diperlukan suatu konsep yang mengedepankan kedua aspek tersebut (menjaga budaya dan lingkungan). Konsep ini merupakan konsep yang menempatkan masyarakat sebagai inti (core). Menempatkan sebagai inti disini maksudnya adalah masyarakat yang mengelola secara penuh, bertanggung jawab terhadap budaya mereka, dan bertanggung jawab terhadap lingkungan mereka sendiri. Jika selama ini masyarakat hanya sebagai pekerja di garis depan (frontier) mengikuti arahan dari stakeholder maupun investor, maka disini diharapkan mereka yang aktif menentukan masa depan wisata Bawean sendiri. Dengan konsep ini, masyarakat dapat membentuk komunitas-komunitas kecil seperti komunitas homestay, komunitas produk kerajinan, komunitas tour guide, dan lain sebagainya. Pemerintah kemudian diharapkan dapat berperan sebagai penyedia fasilitas pendukung yang dibutuhkan masyarakat tersebut, kemudian turut membantu mengawasi dan mempersiapkan sumber daya manusia Pulau Bawean serta sebagai regulator yang memastikan setiap kebijakan yang dibuat masyarakat objek wisata Bawean selaras dengan kebijakan Pemerintah.

SHARE :
 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean