Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » , » Warga Merasa Sakit Hati
Dituding Hambat Lapter Bawean

Warga Merasa Sakit Hati
Dituding Hambat Lapter Bawean

Posted by Media Bawean on Jumat, 13 September 2013

Media Bawean, 13 September 2013

Yang membuat warga dusun itu sakit hati, adalah tudingan sejumlah pejabat pemerintahan yang menyebutkan merekalah biang kerok terhambatnya pembangunan lapter.

Padahal selama ini warga bersedia melepas rumah dan lahan mereka tanpa embel-embel keuntungan besar.

Baik Sriyono maupun Muhsinin, hanya meminta agar proses pelepasan aset tidak merugikan mereka. Mereka juga tidak pernah menuntut nominal yang tidak masuk akal.

“Kami ini sudah digusur, tapi masih saja dikatakan menghambat. Saya jelas tidak terima. Kami rugi mas, bukan untung,” tegas Muhsinin.

Dia juga heran dengan Kepala Desa Tanjung Ori yang ditudingnya menipu warga.

Setelah mendapatkan ganti uang dari pemkab, warga sepakat mencari lahan yang bisa membuat mereka tetap bertetangga. Tak lama mencari, Sriyono mendapatkan lahan itu.

Disepakati harga permeter di lahan tersebut Rp 40.000.

Wargapun bersedia membeli lahan yang diperkirakan seluas 1 hektar.

Namun kepala desa, Ilham Syifa’ mengatakan itu lahan sengketa dan tidak bisa diperjualbelikan.

Meskipun kecewa, warga merasa untung belum membeli lahan sengketa yang akan menghadirkan masalah.

Namun, anggapan warga salah. Tak lama setelah itu, lahan tersebut dijual ke warga lain dengan harga Rp 100.000/meterpersegi.

Warga menuding Ilham sebagai aktor yang menjual tanah itu.

“Kami ditipu. Katanya lahan sengketa ternyata dijual ke warga lain dengan harga yang sangat tinggi. Kami heran kok ada pejabat desa yang memanfaatkan penderitaan warga. Saya tanya ke Pak Ilham tapi beliaunya tidak berani menemui warga dusun kami,” tuding Muhsinin.

Terpisah, Ilham mengelak pelepasan lahan landasan pacu masih menyisakan polemik.

Menurutnya, semua hak warga sudah diganti. Warga pun sudah banyak yang memiliki rumah.

Hanya memang ada satu dua warga yang belum mendapatkan lahan pengganti.

Kades lulusan Universitas Gadjah Mada itu membantah tudingan warga.

Dia menyalahkan warga yang tidak membeli tanah di lokasi yang sama seperti rumah mereka mereka sebelumnya.

“Kalau pilih di pinggir jalan ya harganya Rp 100.000/meterpersegi. Coba kalau warga beli di dalam, ya jelas lebih murah,” elak Ilham. (idl) 

Sumber : Surya

SHARE :
 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean