Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » » Pahlawan Nasional asal Pulau Bawean, Harun Dikenal Pemberani Sejak Kecil

Pahlawan Nasional asal Pulau Bawean, Harun Dikenal Pemberani Sejak Kecil

Posted by Media Bawean on Minggu, 23 Februari 2014

Media Bawean, 23 Februari 2014


Pulau Bawean terkenal berkat pemberitaan Pahlawan Nasional, Harun alias Thohir akan dijadikan nama KRI milik TNI AL. Kontroversi datang dari negara Singapura, sehubungan perjuangan Harun bersama temannya bernama Usman untuk membela NKRI.

Tidak banyak warganya mengetahui, bahwa Harun sebagai Pahlawan Nasional telah dilahirkan dan masa kecilnya menikmati bermain di Pulau Bawean.

Harun bin Said adalah nama kecilnya Tohir, anak ketiga dari pasangan Mahdar dengan Aswiyani. Lahir 4 April 1943, di Dusun Walu Tumpuh, Desa Diponggo, kecamatan Tambak, Pulau Bawean Kabupaten Gresik.

Harun termasuk anak ketiga dari 5 anak Mahdar dengan Aswiyani, yaitu Samsuri (meninggal dunia di Jakarta), Ruaidah (meninggal dunia di Jakarta), Tahir (Pahlawan Nasional meninggal dunia di Singapura), Asiyah (berdomisili di Pulau Bawean), dan Nawawi (berdomisili di Jakarta).

Sejak kecil Tohir ditinggalkan pergi ayah tercintanya yang dibawah tentara penjajah Jepang menjadi rumosha. Bersama ibundanya, Harun menikmati masa kecil bersama keluarga di rumahnya yang letaknya berdekatan dengan makam Waliyah Zaenab di desa Diponggo.

Tohir dikenal pemberani, yaitu seringkali pergi ke hutan sendirian, terkadang tidur di kuburan dekat rumahnya.

Ketika masuk SR, Tohir sering membolos sekolah dengan alasan kepada ibundanya bila nantinya pintar akan pandai sendiri. Menyadari kehidupannya yang miskin, Tohir rajin membantu ibunya pergi ke sawah untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya bersama keluarganya.

Muhammad Salim ditemui Media Bawean, menceritakan masa kecil Thohir di desa Diponggo. Menurutnya, pamanku termasuk pemberani, seringkali seorang diri pergi ke hutan. "Bila waktu malam hari kerap tidur di kuburan dekat rumah,"katanya.

"Bila disuruh ke sekolah, menurut cerita nenek, Thohir terkenal sering bolos atau malas. Alasannya, bila dewasa nantinya akan pintar sendiri,"ujarnya.

Manyadari kehidupan yang serba kekurangan, sehubungan ayahnya sejak kecil sudah dibawa tentara Jepang sebagai tawanan rumosha. "Thohir dikenal rajin membantu nenek pergi ke sawah atau dikenal istilah nyabel sampai ke kawasan Sumber dan daerah lainnya,"jelasnya.

Keistimewaannya, ungkap Muhammad Salim (kepala desa Diponggo), Thohir dikenal pemberani, tapi beraninya bukan berantem sama teman-temannya, melainkan melalang buana di alam Pulau Bawean.

Salah satu teman main Thohir di desa Diponggo, seorang nenek tua ketika ditanya masa kecilnya selalu tersenyum. "Masa kecil seringkali bermain bersama Thohir, anaknya baik suka membantu teman-temannya,"paparnya.

"Tak disangka, sosok Thohir yang dikenal pemberani ternyata terkenal sebagai Pahlawan Nasional,"tuturnya sambil mengingat kenangan masa kecilnya. (bersambung).

SHARE :
 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean