Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » , » Welcome to Bawean Island
Wisata Budaya Lebih Dahsyat

Welcome to Bawean Island
Wisata Budaya Lebih Dahsyat

Posted by Media Bawean on Minggu, 23 Februari 2014

Media Bawean, 23 Februari 2014

Anis Hamim asal Kepuhteluk, Kecamatan Tambak, Pulau Bawean, Gresik menilai beroperasinya lapangan terbang di Pulau Bawean akan membawa prospek ekonomi berkembang maju dan pengembangan sektor pariwisata akan lebih cerah.

Paling tidak, menurutnya akan menarik lebih banyak orang untuk berkunjung ke Pulau Bawean. "Semakin banyak orang berkunjung akan merangsang permintaan terhadap jasa berbagai sektor, seperti kuliner, penginapan, barang-barang khas untuk oleh-oleh,"katanya.

"Ini adalah peluang bisnis bagi para pemilik modal untuk berinvestasi, termasuk pengembangan wisata. Untuk memaksimalkan potensi ini, Pulau Bawean masih perlu melakukan pembenahan obyek-obyek wisata yang ada, baik berbasis alam maupun budaya,"ujarnya.

"Wisata alam mungkin tidak terlalu istimewa, tapi wisata budaya bisa sangat dahsyat. Tidak menariknya wisata alam, disebabkan sama dengan kebanyakan pulau-pulau kecil lainnya di Indonesia yang berjumlah 7000-an,"ungkapnya. 

Sedangkan wisata budaya, aktivis UNDP di Jakarta menilai Pulau Bawean adalah the melting pot (ramuan) berbagai budaya. Seperti Jawa, Bugis, Madura, Melayu. "Ini nampak dalam budaya pencak, ritual perkawinan, molodan, dan (dulu) selamatan laut. Bisa dikemas jadi event reguler, misalnya Festival Tahunan,"terangnya.

Lebih lanjut Anis Hamim menjelaskan semua perubahan selalu punya dua sisi akibat; positif dan negatif. "Paling banyak orang mengkhawatirkan meniru gaya atau penampilan orang bule, yang suka berpakaian mini. Kalau orang luar non bule sih tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Pakaian dan perilakunya kurang lebih sama dengan kita,"jelasnya. 

"Antisipasinya, memupuk mentalitas kebanggaan dengan identitas ke-Bawean-an dan menghormati budaya luar sebagai budaya 'luar'. Biasanya, dengan semakin banyak menerima dan berinteraksi dengan budaya luar, kita akan semakin bangga dan bersemangat dengan budaya dan identitas sendiri,"paparnya. 

Anis mencontohkan, Bali dan Jepang. "Mereka sangat welcome dan terbuka dengan budaya luar, tapi pada saat bersamaan, juga semakin kuat membanggakan identitas budaya asli mereka. Bukannya terpengaruh, malahan orang luar banyak mengapresiasi dan meniru budaya Bali atau Jepang,"pungkasnya. (bst)

SHARE :
 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean