Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » , » Bersama KSDA, Siswa MA Hasan Jufri
Jelajahi Alam di Pulau Bawean

Bersama KSDA, Siswa MA Hasan Jufri
Jelajahi Alam di Pulau Bawean

Posted by Media Bawean on Sabtu, 19 April 2014

Media Bawean, 19 April 2014

Oleh : Ali Asyhar


Kamis pagi hari (17/4). Udara sejuk nan bersih di sepanjang jalan menuju dusun Sungai Terus. Jalan basah sisa hujan semenjak subuh. Sunyi pagi diriuhkan suara Roe-roe. Binatang sebesar Kecoak yang terus melengking nyaring bersahut-sahutan. Bunyi Roe-roe adalah suara khas hutan yang masih rindang. Serombongan siswi MA Hasan Jufri terus menyusuri jalanan. Sesekali berpapasan dengan orang kampung yang akan berangkat anyi-anyi (memanen padi).

Kegiatan ini adalah untuk mengasah kecerdasan lingkungan. Belajar menyadari bahwa air bersih yang kita pakai tiap hari ternyata berasal dari hutan yang masih lestari ini. Berusaha untuk menepikan ego manusia yang cenderung serakah. Membiasakan diri berterima kasih kepada Tuhan Sang Pencipta Alam yang teratur. Mengapresiasi serta menghargai orang-orang yang mendedikasikan hidupnya untuk kelestarian hutan dan lingkungan.

Pukul 09.00 pagi kami memasuki kampung Sungai Terus. Kampung asri ini dikelilingi oleh hutan lindung. Kanan kiri jalan banyak ditumbuhi pohon Aren. Pohon ini menghasilkan gula merah dan minuman La’ang. Minuman segar, manis dan menyehatkan. Untuk menghasilkan minuman La’ang dibutuhkan proses yang tidak mudah. Para pemanjat harus memasang tangga dari bambo yang cukup tinggi. Pekerjaan membuat La’ang hanya ditekuni oleh orang-orang tua. Para pemuda sudah enggan dan gengsi . Budaya pragmatis dan instan sudah merasuk hingga pelosok.

Kami juga menjumpai banyak kerbau. Dengan air gunung yang melimpah dusun Sungai Terus cocok untuk beternak kerbau. Sayangnya masih banyak kandang kerbau yang berada di pinggir sungai. Kotoran kerbau langsung tercebur ke air. Alangkah rapinya bila kandang kerbau dijauhkan dari aliran air. Sehingga air tetap bersih dan kotoran kerbau bisa dijadikan pupuk kandang.

Di sebelah Barat dusun Sungai Terus adalah kawasan hutan mahoni. Hutan ini sangat rindang. Pohon-pohon mahoni tumbuh dengan gagah. Kabut tipis menyapa kami dengan tersenyum. Dengan jalanan yang licin kami terus menyusuri setapak mencari kesejukan alam yang mustahil dijumpai di keramaian. Hutan mahoni juga berbatasan dengan tanah warga. Perlu kesadaran tinggi dari warga agar ikut menjaga kelestarian hutan. Tidak tampak bekas-bekas penebangan liar. Pohon-pohon dan semak belukar masih utuh saling melengkapi. Di seberang gunung mahoni tampak perbukitan tinggi menjulang. Bukit ini juga dibalut hutan lindung yang sangat lebat. Bukit yang berbatasan dengan dusun Menara ini menyuplai air bersih di beberapa desa.

Dengan dipandu Thaha, Petugas BKSDA, kami terus berjalan. Di sela-sela perjalanan kami juga menaburkan biji sirsak. Setelah 2 jam berjalan rombongan sampai di perkebunan Cengkeh dan Lada. Kebun ini umumnya milik warga Menara. Tanah di Pulau Bawean ini ternyata sangat subur. Semua tanaman bisa tumbuh sumbur. Cengkeh, kopi , lada , durian dan lain-lain. Konon saat musim panen (Bulan Juni-Juli) harga cengkeh bisa mencapai Rp. 120 ribu/kilo gram. Sedangkan harga lada bisa Rp. 80 ribu/kilo gram. Sebuah potensi besar untuk dikembangkan. Tampak ratusan pohon cengkeh dan lada di sepanjang jalan.

Menurut Thaha sebenarnya sudah lama warga menanam cengkeh. Namun kurangnya ketekunan dalam merawat maka biasanya pohon cengkeh akan mudah terserang penyakit. Satu persatu cengkeh warga mati. Di kawasan Warung Gondang ini rombongan bertambah yakni Bapak Halim BKSDA yang sengaja menyusul. Beliau juga memberi banyak wawasan tentang tanaman cengkeh dan lada.

Setelah cukup beristirahat kami berangkat menuju air terjun Kuduk-Kuduk. Di sepanjang jalan aliran air sangat deras. Di sana-sini terdapat sumber-sumber air. Di bawah batu dan pepohonan besar. Kawasan hutan ini masih banyak dijumpai pohon Gondang dan pepohonan besar lainnya. Pohon Gondang dikenal sangat baik dalam menyimpan air. Menurut keterangan Thaha dan Halim, Petugas KSDA Bawean, menyatakan hutan lindung ini baru tumbuh sepuluh tahunan yang lalu. Sebelumnya hutan di Bawean dipenuhi oleh pohon Jati yang dikelola oleh perhutani. Selepas itu hutan Bawean diserahkan sepenuhnya ke BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam) dan beralih menjadi hutan lindung. Saat menjadi hutan produksi (jati) sumber air terus mengecil. Pohon jati kurang bagus dalam menyimpan air.

Tengah hari kami tiba di air terjun Kuduk-Kuduk. Rasa penat menjadi hilang saat berbasah-basah di air terjun. Dengan ketinggian kurang 10 meter air terjun ini memunculkan suara gemuruh. Nyanyian alam pengobat kebosanan dalam rutinitas hidup.

Terima kasih BKSDA Bawean.

SHARE :
 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean