Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » , » Belajar Bahasa Inggris
Di Negeri Sembilan Malaysia

Belajar Bahasa Inggris
Di Negeri Sembilan Malaysia

Posted by Media Bawean on Rabu, 16 Juli 2014

Media Bawean, 16 Juli 2014

Oleh Syaifuddin Wali Kelas 2 SDIT Al-Huda Bawean 


Belajar bahasa Inggris!. Kenapa ke Negeri Sembilan ?. Kenapa tidak ke Inggris, Amerika atau Australia?. Tentu saja belajar di salah satu tiga negera tersebut akan lebih baik. Langsung ke native speaker. Tapi cikgu yang mengajar penulis dan ustadz-ustadzah SDIT Al-Huda ini pernah lama tingal di Inggris. Cik Hj. Fatimah Sarkawi – yang biasa disapa Kak Ayu – menyelesaikan S1 nya di Cosmos University, Inggris, lalu kuliah di Michingan University Amerika Serikat untuk menyelesaikan Masternya dan sering berkunjung ke Australia. Abang Ayi – begitu saya menyapa suami Kak Ayu – adalah seorang insinyur mesin keluaran universitas yang sama di Inggris. Tiga orang anak dia pernah sekolah di Jepang, Amerika Serikat dan Australia. Cik Fatimah pernah menjabat Direktur Akademi Bahasa Asing di Malaysia. Bahkan dia pernah membina 500 calon mahasiswa yang akan kuliah di luar negeri. Jadi, kemampuan bahasa Inggrisnya tidak perlu diragukan lagi. Apalagi dalam kesehariannya dia selalu berkomunikasi dalam bahasa Inggris baik di dalam rumah tangganya, maupun ditempat kerjanya. 

Wanita cerdas yang berasal dari dusun Paginda kecamatan Tambak Bawean ini dalam usianya yang sudah menginjak 62 tahun tersebut masih dipercaya oleh Murad Fondation sebagai Direktur East West International Collage. Nah, Prof. Dr. Datuk Murad inilah – salah seorang CEO di Malaysia - yang antara lain membiayai perjalanan enam orang guru SDIT Al-Huda belajar bahasa Inggris dan studi banding di Malaysia. Rombongan tinggal di rumah Kak Ayu dibilangan perumahan elite di kawasan Cendrawasih Seremban Negeri Sembilan Malaysia. Jadi sungguh sangat tepat, hidup serumah dengan guru bahasa Inggris bersama keluarganya yang dalam kesehariannya juga menggunakan bahasa Inggris. Tentu banyak membantu kami dalam belajar bahasa asing tersebut.

Reading and listening are both good ways to develop our English, but reading is usually much easier than listening for various reasons, because when reading, we can see the spelling of all the words, so we can look them up in a dictionary, and we can always stop to think and look things up. With listening, this is not always possible. If we choose texts which are interesting and fun.

Itulah keuntungan belajar bahasa Inggris dari Kak Ayu yang semua keluarganya – termasuk cucunya – berbahasa Inggris dengan baik.

Kegiatan belajar mengajar (KBM) tidak hanya diadakan di kelas (di ruang tamu), tetapi juga di garzebo, di taman, dapur, ruang makan dan ruang keluarga sambil nonton TV. Waktu yang disediakan untuk system classical adalah pukul 2.00 – 4.30 waktu Malaysia. Malam hari –seusai shalat tarawih – diadakan diskusi kelompok di kamar masing-masing.Pukul 9.00 – 12.30 semua peserta mengerjakan tugas secara individual. Tugas itu berhubungan dengan pelajaran yag baru saja diajarkan, umumnya berbentuk perintah :Fill in te blanks ….., Choose in the blanks ….Give …..Put the verbs ….. Put the sentences….., Construct sentences…. Write five sentences about the situation in the picture below, etc dan membuat esai yang ceritanya harus sesuai dengan gambar yang ada dalam lembaran tugas. Pekerjaan peserta kursus tersebut langsung di koreksi pada saat awal atau akhir pembelajaran. 

Ruang tamu yang disulap menjadi ruang kelas dan berpendingin udara itu dilengkapi dengan LCD proyektor. Pembelajaran hamper 100% menggunakan bahasa Inggris, membuat peserta harus benar-benar memperhatikan. Tidak jarang dalam mengajar menggunakan alat peraga. Misalnya, ketika menjelaskan tentang bagian-bagian rumah dan isinya, Cikgu Ayu membawa berbagai macam peralatan dapur ke ruang kelas. Ketika KBM diadakan di Garzebo dia tidak segan-segan menjelajahi taman di sekitarnya dan menjelaskan nama-nama bunga kedalam bahasa Inggris, sedangkan peserta didik tetap tinggal di dalam Garzebo, memandang sambil berdiri. Pemberian tugas tidak hanya dalam bentuk lembaran kerja, tapi dalam penugasan yang lain. Pernah peserta diminta untuk memetik bunga. Setiap peserta satu bunga yang berbeda. Lalu diminta menjelaskan bagian-bagian bunga tersebut termasuk juga warnanya. Suatu ketika peserta – tidak peduli ustadz atau ustadzah – diminta untuk membuat resep makanan. Dan setelah itu diminta untuk memasak makanan seusai pembelajaran. Tentu saja resep makanan itu harus ditulis dalam bahasa Inggris dan diucapkan juga dalam bahasa Inggris. Masakan peserta kursus itulah yang kemudian dijadikan makanan berbuka puasa bagi keluarga Abang Ayi. Penulis membuat resep nasi goreng. Yang lain membuat rujak sate, dan soto.

Kak Ayu benar-benar sudah siap mengajar guru-guru SDIT Al-Huda. Ini terlihat karena dia sudah mempersiapkan lesson plan jauh sebelumnya. Contoh lesson plan tersebut pernah dikirim kepada pak Baharuddin, Ketua Yayasan Darul Fikri, lewat surat elektronik satu bulan sebelum rombongan berangkat ke Malaysia. “Untuk mengajar ustadz-ustadzah, saya cuti setengah hari selama dua puluh hari”, kata Kak Ayu. Dia bekerja mulai pukul 08.00 hingga pukul 18.00 waktu Malaysia. Selama pembelajaran tersebut Cikgu sering juga memberikan wejangan bagaimana cara mengajar yang baik. “Itu sangat menarik untuk kita terapkan di SDIT Al-Huda”, kata Guru Besar SDIT Al-Huda Elia Puspa. 

Hari Minggu peserta diberi kesempatan untuk libur. Minggu pertama dimanfaatkan untuk rekreasi ke Singapore. Disana menginap semalam. City tour. Minggu kedua, dimanfaatkan nonton film. Tapi – jangan kaget – hanya lewat internet.

Watching movies in English gives us spoken English input and helps us learn informal English vocabulary. Movies let us improve our pronunciation, not only grammar and vocabulary, we will learn how they say these words.

Pada akhir kursus, Tutor akan memberikan tugas kepada semua peserta untuk melakukan Micro teaching sesuai dengan pelajaran yang diampu di SDIT Al-Huda, teapi dalam pengantar bahasa Inggris. “Paling tidak ketika memulai pembelajaran, member perintah, dan mengakhirinya”, kata Kak Ayu.(Bersambung).

SHARE :
 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean