Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » , » Serius Garap Eco Wisata Bawean (2)
Para Pakar Bicara Bawean Wisata

Serius Garap Eco Wisata Bawean (2)
Para Pakar Bicara Bawean Wisata

Posted by Media Bawean on Sabtu, 09 Agustus 2014

Media Bawean, 9 Agustus 2014


Bila judul kemarin menggunakan istilah Bawean Eco Tourism, maka sesuai dengan hasil rumusan lokakarya, istilah itu lebih di-indonesia-kan sehingga menjadi Eco Wisata Bawean. Tulisan kedua ini akan menampilkan pokok-pokok pikiran narasumber dan peserta Lokakarya Pengelolaan dan Pengembangan Investasi Pulau Bawean.

Prof. Dr. Ir. Dietriech G. Bengen, DEA (Dosen Institut Pertanian Bogor, Sekjen Himpunan Ahli Pengelolaan Pesisir Indonesia (HAPPI).

Prof. Dietriech yang tampil setelah pemaparan Bupati Gresik berbicara tentang Konsepsi Pengembangan Minawisata Bahari Pulau Bawean sebagai Penghela Ekonomi dan Kesejahteraan Masyarakat. Menurutnya keberadaan pulau-pulau kecil seperti Kepulauan Bawean memiliki nilai strategis. Beberapa nilai strategis itu antara lain: 80-90 persen output perikanan nasional berasal dari perairan dangkal/pesisir pulau-pulau kecil, total ekonomi kelautan pulau-pulau kecil Indonesia dari 5 sektor potensial (perikanan, pertambangan dan energi, wisata bahari, industri maritim dan perhubungan laut)mencapai angka US$ 400 milyar/tahun (IDR 4.000 trilyun/tahun).

Celakanya, pulau-pulau kecil memiliki banyak kendala dalam bidang pembangunan, antara lain: pembangunan belum dilakukan secara terpadu, potensi belum dioptimalkan sebagai basis pembangunan ekonomi, rendahnya sarana dan prasarana sosial dan ekonomi, terbatasnya SDM dan lemahnya penerapan Iptek kelautan, budaya bahari masyarakat kepulauan yang semakin hilang, masih tingginya praktek-praktek ilegal yang merusak ekosistem dan SDA pulau-pulau kecil serta aksesibilitas yang masih terbatas dan belum berkembang.

Terkait itu semua, Prof. Dietriech menawarkan Konsep Minawisata Bahari sebagai strategi pengembangan Pulau Bawean. Inti dari konsep ini adalah pemanfaatan sumber daya alam (SDA) dan jasa lingkungan bagi peruntukan perikanan dan pariwisata terpadu untuk mendukung upaya pelestarian (alam dan budaya) dan meningkatkan nilai ekonomi dan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan.

Minawisata Bahari sendiri memiliki dua prinsip, pertama prinsip berkelanjutan, yaitu keberlanjutan sumberdaya alam dan keberlanjutan jasa lingkungan. Kedua prinsip partisipasi masyarakat, yang meliputi: pelibatan masyarakat lokal dan pihak terkait, membuka peluang keuntungan dalam kegiatan minawisata bagi masyarakat, dan membangun hubungan kemitraan.

Ir. Heru Tjahyono, MM (Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur)

Menurutnya Bawean memiliki potensi besar, seperti halnya gadis yang masih perawan. Oleh karenanya integrasi pembangunan di Bawean harus dilakukan dengan kearifan lokal (local wisdom). Kearifan lokal artinya tidak memaksakan suatu model atau gaya baru dalam pembangunan wisata maupun ekonomi, artinya biarkan sesuatu itu berjalan alami. Misalnya saja pengembangan ekonomi tidak perlu disentrakan di suatu lokasi tertentu. Biarkan masing-masing tempat menciptakan karya sesuai karakteristik dan keunikannya masing-masing. Hai ini dikarenakan tidak semua tempat cocok dengan sistem sentra.

Disisi lain, beliau juga mengingatkan, Bawean bila ingin menjadi daerah tujuan wisata yang handal, kebersihan adalah faktor yang perlu mendapat perhatian utama. Kebersihan mutlak sifatnya, artinya tidak ada kompromi sedikitpun terhadap kebersihan. Kebersihan meliputi semua lokasi, mulai kawasan pelabuhan, pemukiman, sungai, termasuk fasilitas kamar mandi. Beliau mengingatkan agar masyarakat jangan membuang sampah sembarangan, jangan sampai kamar mandi umum berbau pesing. Dalam hal ini, camat di Bawean menjadi pihak yang harus mampu mengendalikan kebersihan di Pulau Bawean. Bahkan beliau berkelakar bahwa persoalan sampah dan bau pesing ini bisa menjadi salah satu alasan Bupati dalam mengevaluasi camat di Bawean.

Eryono (Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur)

Beliau menjelaskan bahwa Provinsi Jawa Timur memiliki dua pilot project dalam pengembangan pulau-pulau kecil yaitu pengembangan pulau Sepanjang, Sapeken di Kabupaten Sumenep dan pengembangan Pulau Bawean di Kabupaten Gresik. Dalam pengembangan ini, Bawean memiliki potensi besar sebagai daerah tujuan wisata khusus, yaitu berkonsep Eco Wisata. Oleh karenanya untuk mendukung konsep Eco Wisata, maka penetapan Bawean sebagai Konservasi Laut Daerah perlu ditetapkan melalui Perbup atau Perda. Hal ini dimaksudkan agar kondisi lingkungan Pulau Bawean dapat terpelihara dari kegiatan eksploitasi alam yang akan merusak dan mengancam eksistensi Pulau Bawean. (Kemas S. Rizal, Bersambung)

SHARE :
 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean