Media Bawean, 8 Februari 2015
Empat Hal tentang Hamish Daud Wyllie
Bicara Traveling, Desain, Akting, & Cinta
Sebelum terjun ke dunia akting, Hamish Daud Wyllie adalah seorang arsitek yang menggilai traveling. Dari akting, dia mendapat kesempatan menjadi presenter acara petualangan yang sangat sesuai dengan lifestyle-nya. Semua itu membuat Hamish bersyukur. Ingin mengenal sosoknya lebih dekat? Here we go…
Domisili di Koper
Hamish begitu mencintai petualangan. Sejak kecil, laki-laki kelahiran Gosford, Australia, 8 Maret 1980, itu akrab dengan alam, laut, dan semua yang berbau petualangan. Apalagi saat ini dia disibukkan oleh aktivitas membawakan acara My Trip My Adventure (MTMA). Sangat pas dengan lifestyle-nya. ”Ditanya tinggal di mana sekarang, saya jawab berdomisili di koper,” kata Hamish lantas tawa.
Sebenarnya jawaban itu bukan candaan. Sebab, dalam sebulan, tiga minggu dihabiskan di jalan. Ketika traveling menjadi pekerjaan, apakah tetap menyenangkan? ”Well, saya sangat bersyukur mengerjakan sesuatu yang memang saya suka. Meski, tidak bisa menikmati setiap spot yang saya datangi karena harus buru-buru,” tutur dia.
Selama bepergian ataupun syuting MTMA, banyak spot menarik yang dikunjungi. Dia tidak bisa memilih satu yang paling berkesan. Hamish begitu mengagumi keindahan alam Indonesia. Gugusan ribuan pulau memiliki pesona masing-masing.
Minggu lalu MTMA berkunjung ke Gresik dan Pulau Bawean di Jawa Timur. Rupanya, Hamish memiliki ikatan kuat dengan Pulau Bawean. Sebab, ibu kandungnya berdarah Bawean. Dan, Hamish belum pernah menginjakkan kaki di sana sebelumnya. ”It was… beda rasanya ketika kita balik ke tempat asal. Saat menghirup udara di sana, menyadari bahwa kita berasal dari tempat itu,” ucap Hamish, mengenang perjalanan istimewa sepekan sebelumnya.
Pulau Bawean terletak 120 kilometer di sebelah utara Gresik. Pulai itu bisa ditempuh dengan menyeberang dari Gresik sekitar 4,5 jam. Selama lima hari Hamish mengeksplorasi Bawean. Rasanya berat ketika meninggalkan pulau untuk kembali ke Jakarta. Ketika akan menyeberang ke Gresik, perjalanan sempat tertunda karena ombak yang besar.
Hamish sangat tertarik dengan laut. Bali dan Sumba merupakan rumahnya, tempatnya menghabiskan masa kecil. Aktivitas ekstrem seperti free diving dan surfing selalu memancing adrenalinnya untuk mencoba. Berani ikut?
Kebahagiaan Mendesain
Sebelum publik mengenalnya sebagai aktor, profesi utama Hamish adalah arsitek. Dia bergabung dalam Saka Design Group sejak delapan tahun lalu sebagai design principle. Dia telah mengerjakan banyak proyek dengan tantangan dan karakter yang berbeda-beda. ”Dalam desain kita harus detail, style-nya seperti apa, mempertimbangkan tipografi tanah, belum lagi dealing dengan bujet, dan banyak hal lainnya,” ujar pria yang mengambil kuliah business advertising di Sydney itu.
Hamish punya keahlian mendesain sejak beranjak remaja. Sekitar usia 12 tahun, Hamish secara tidak langsung belajar mendesain dan paham material. Sang ibu memiliki usaha furnitur. ”Dulu kalau minta uang malah dikasih kayu. Saya bikin jadi bangku, mebel, diamplas, lalu dijual di toko, uang hasil penjualannya baru buat saya,” tutur Hamish. Selanjutnya, dia memasarkan produk bikinannya untuk dekorasi di hunian privat, kafe, atau bar.
Saat ini dia mengerjakan proyek rumah bergaya Bali untuk seorang temannya yang bermukim di Brasil. Sang teman itu sangat tertarik dengan desain rumah Bali dan ingin membangunnya di Brasil.
Bagian paling menyenangkan dari profesi sebagai arsitek adalah mendapat kepercayaan dari klien untuk membuatkan rumah. ”Mereka memercayakan desain rumahnya yang mungkin merupakan hasil tabungan 20 tahun kepada saya. Itu kebahagiaan tersendiri,” ucapnya.
Akting untuk Uji Diri
Masyarakat mengenal sosok Hamish lewat perannya di film omnibus Rectoverso pada 2013. Kemudian Hamish makin mencuat lewat aktingnya dalam Supernova yang dirilis pada akhir 2014. Karakter Dimas, seorang gay, berpasangan dengan Reuben (Arifin Putra) yang dia mainkan mengejutkan penonton.
Demi mendalami peran itu, Hamish mengambil cuti dari pekerjaan sebagai arsitek selama dua bulan. Menariknya, dua film yang dia mainkan diambil dari buku karya Dee Lestari. ”Kebetulan yang luar biasa. Saya sukaaaa banget sama tulisan Dee. Dia sangat jago menuliskan sesuatu yang mungkin bisa bikin boring, tapi di tangannya jadi sangat menarik. Saya mengagumi cara dia melihat dunia,” tuturnya.
Perkenalannya dengan dunia akting berawal dari film indie Description without Place yang diproduseri Happy Salma. ”Dari situ Happy mengajak saya ikut bermain dalam Rectoverso,” ujar Hamish.
Setelah ini, peran seperti apa lagi yang ingin dimainkan Hamish? ”Yang jelas, peran yang bisa membuat penonton terkejut. Saya selalu ingin ngetes kemampuan diri. Saya mau di setiap peran, saya benar-benar ’jatuh’ di dalamnya,” ucap pengagum Lukman Sardi dan Matthew McConaughey tersebut.
Menunggu Saatnya Tiba
Memiliki wajah tampan blasteran Australia-Indonesia dengan sorot mata hangat yang mudah membuat perempuan terpikat, Hamish mengaku belum memiliki pasangan. ”Siapa perempuan yang mau dekat dengan laki-laki yang tiga minggu dihabiskan buat traveling? Satu minggu sisanya dipakai ke Bali atau Sumba. Kalaupun di Jakarta, lebih banyak tidur,” ujarnya.
Hamish mengatakan saat ini momennya untuk bekerja. Dia selalu memberikan 100 persen, bahkan lebih, untuk hal yang menjadi fokusnya. Namun, dia mau memberikan sedikit gambaran mengenai sosok perempuan yang menarik baginya. Perempuan yang smart, bisa sharing ilmu dengannya, jauh lebih memesona daripada yang sekadar cantik.
Hamish mengatakan, dirinya tidak sedang mencari, tetapi menerima apabila saatnya tiba. ”Mungkin saya bisa mengenal perempuan yang akan jadi istri saat lagi makan di warteg atau di mana, we never know,” ucapnya. (nor/c7/jan)
Sumber : Jawa Pos