Media Bawean, 8 Agustus 2015
Penantian selama lebih dari lima tahun masyarakat Kota Giri (Gresik) yang ingin ke Pulau Bawean dengan menggunakan pesawat terbang segera terwujud. Menteri Perhubungan telah memberi registrasi operasional lapangan terbang (lapter) di Desa Tanjungori, Kecamatan Tambak, Pulau Bawean, Gresik.
’’Register itu merupakan wujud lapter Bawean layak beroperasi,’’ ujar Kepala Dinas Perhubungan Gresik Adhy Hendro Wijaya kemarin (7/8). Bandara Bawean dikelola Kementerian Perhubungan. Tetapi, secara administrasi, Satuan Penyelenggara Bandara Bawean berada di bawah naungan Unit Penyelenggara Bandara Kelas III Trunojoyo Sumenep.
Saat ini, ucap dia, pengelola sedang melobi sejumlah maskapai untuk melayani penerbangan ke Pulau Putri, sebutan lain Pulau Bawean. Berdasar aturan, untuk penerbangan sejauh minimal 50 mil laut, pesawat yang digunakan harus double engine. Pesawat bisa berkapasitas 20 tempat duduk. Contohnya, jenis NC-212 Aviocar atau Cessna 172 Caravan. ’’Sebenarnya, sudah ada maskapai yang mengajukan penawaran. Sayangnya, pesawatnya hanya bermesin tunggal,’’ jelas mantan Camat Manyar itu.
Dia berharap pengelola bisa segera mendapatkan maskapai sehingga lapter tersebut bisa segera dioperasionalkan. Lapter Bawean di Desa Tanjungori, Kecamatan Tambak, Pulau Bawean, itu menempati lahan seluas 84 hektare serta memiliki panjang runway 930 meter dan lebar 23 meter. Lapter tersebut dibangun sejak 2005.
Selama lima tahun terakhir, Pemkab Gresik menggelontorkan Rp 113 miliar untuk pembangunan infrastruktur di Pulau Bawean. Perinciannya, lebih dari Rp 75 miliar untuk pembangunan jalan dan sisanya untuk pembangunan sarana infrastruktur lainnya.
Pada Juni lalu, Bupati Gresik Sambari Halim Radianto sempat melakukan inspeksi lapter yang menjorok ke lautan itu. Dia berharap kunjungan ke lapter Bawean tersebut adalah kali terakhir menggunakan jalur laut. ’’Ketika saya datang lagi, saya bisa naik pesawat,’’ harapnya saat itu.
Saat ini tranportasi ke pulau berjarak 80 mil laut dari Gresik tersebut hanya dilayani dua kapal, yakni Natuna Express dan Express Bahari 8C. Natuna terbuat dari besi, sedangkan EB berbahan alumunium. Ketika ombak di perairan Gresik mencapai di atas 2 meter, transportasi ke Pulau Bawean dan sebaliknya lumpuh.
Andhy menjelaskan, meski lapter itu sudah layak dioperasikan, pihak pengelola perlu menambah fasilitas lagi. Antara lain, runway 400 meter, pagar, serta ruang tunggu yang memadai. (yad/c20/fat)
Sumber : Jawa Pos