Proyek siluman pembangunan jalan di Desa Balikterus, Kecamatan Sangkapura mulai terkuak. Kemarin, Kelompok Masyarakat (Pokmas) Sajjah yang menerima aliran dana proyek tersebut merasa dikibuli. Penyebabnya, Pokmas hanya dijadikan alat makelar proyek untuk mencairkan anggaran pembangunan jalan dari pemerintah tersebut.
Bendahara Kelompok Masyarakat (Pokmas) Sajjah Marjusi mengaku memang menerima aliran dana untuk pekerjaan proyek yang diduga
siluman. Namun, pihaknya
mengaku bingung sehubungan
tidak tahu menahu asal dana
tersebut. “Saya tidak tahu kalau ternyata anggarannya dari
pemerintah. Saya kira dari
parpol,” ujarnya.
Menurut dia, awalnya ia diajak seseorang bernama Rizal
untuk membuat rekening karena dijanjikan dapat proyek.
Kemudian, setelah rekening
jadi pihaknya kembali ke bank
untuk proses pencairan uang
proyek tersebut. “Memang
awalnya saya diajak Rizal
untuk membuat rekening ke
bank, tujuannya ada proyek
nantinya,” katanya.
Terus terang pihaknya sendiri merasa bingung, karena
tidak tahu menahu soal adanya
proyek jalan dari pemerintah.
Ia kira, uang tersebut dari
partai politik, sehingga tidak
keberatan saat diajak ke bank
untuk mencairkan uang. “Setelah uang dicairkan, saya cuma
diberi Rp. 100 ribu saja, katanya untuk uang bensin yang datang ke bank,” ungkap dia.
Menurut Marjusi, dirinya baru mengetahui uang proyek
tersebut dari pemerintah setelah mendapat informasi dari
Kepala Desa Balikterus. Menurut kades, pihaknya dianggap
sudah mencairkan uang proyek dari pemerintah. “Andaikata tahu dari awal tentunya
saya tidak bersedia diajak
Rizal untuk membuat rekening
ataupun mencairkan uang di
bank,” paparnya.
Sementara itu, Kades Balikterus, Kecamatan Sangkapura
Abdul Aziz mengatakan ada
seseorang yang telah memalsukan tanda tangannya. Terbukti, anggaran pembangunan
jalan desa tersebut bisa dicairkan Rizal dan Marjusi. “Ironisnya, tandatangan saya juga dipalsu sehingga bisa mencairkan uang di bank,” terangnya.
Ia menambahkan, pembangunan jalan tersebut berasal
dari anggaran Biro Api Jawa
Timur sebesar Rp 75 juta. Namun anehnya, sesuai informasi
warga, jalan yang dibangun
ditaksir antara Rp 23 juta
sampai Rp 24 juta. “Soalnya
untuk pembangunanya dilakukan gotong royong sehingga
warga tidak mendapat upah,”
pungkas dia. (bst)