Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » » Bawean Pulau Wisata, Siapa Takut?

Bawean Pulau Wisata, Siapa Takut?

Posted by Media Bawean on Sabtu, 14 Mei 2016


Dengan beroperasinya pesawat Airfast di Bandara Harun Tahir Bawean, maka diprediksi arus masuk para pelancong akan semakin semarak. Sebagian menyambut dengan antusias namun sebagian yang lain masih ketar-ketir dengan pariwisata. Mereka memandang dari sisi dampak negatifnya. Bagaimana menyikapi hal tersebut ? berikut wawancara imajiner Media Bawean (MB) dengan Ali Asyhar (AA). Dosen STAIHA dan Wakil Ketua PCNU Bawean.

MB : Bagaimana bapak memandang pariwisata Bawean ?

AA : Sebelumnya saya sampaikan terima kasih dan penghargaan kepada para pemimpin Gresik, Jawa Timur bahkan sampai Kemenhub dan DPR RI. Kerja keras dan tuntasnya berbuah manis. Kini langit Bawean sudah dilalui pesawat terbang. Permulaan yang bagus. Tentang pariwisata saya memandangnya sebagai hal positif. Potensi daerah yang harus dikembangkan bersama-sama.

MB : Maksudnya potensi ?

AA : Begini. Untuk memenangkan kompetisi, maka kita harus tahu potensi diri. Kelebihan dan kekurangan. Letak geografis pulau Bawean ini potensi. Dikelilingi laut, memiliki hutan lindung, budayanya khas bahkan kulinernya. Ini sangat menarik bagi turis lokal maupun asing. Tantangannya sekarang adalah potensi itu belum kita kembangkan. Di sana-sini masih terjadi pro-kontra tentang perlu tidaknya pariwisata.

MB : Mengapa terjadi pro-kontra?

AA : Karena sudut pandangnya berbeda-beda. Maka kesimpulannya juga menjadi berbeda. Menurut saya pro-kontra itu dibiarkan saja. Nanti akan capek sendiri..hhhh. Yang penting kita terus berbenah. Semuanya. Masyarakat, Kepala Desa, Dunia Pendidikan, Pondok Pesantren, Dunia Usaha sampai yang memiliki wewenang menentukan anggaran itu.

MB : Konkritnya bagaimana ?

AA : Begini. Contoh : Sebagai pendidik maka saya harus mulai mengenalkan kepada para siswa tentang apa itu pariwisata. Manfaatnya untuk masyarakat Bawean. Kemudian dampak negatifnya yang harus diantisipasi sejak dini. Siswa harus bersikap ramah kepada para turis. Bila ada wisatawan yang bertanya tentang tempat-tempat wisata maka siswa bisa menjawab dan menunjukkan. Kepala desa juga demikian. Mulai mendata potensi yang bisa dikembangkan di desanya. Alamnya ? kerajinannya ? kulinernya ? atau yang lain. Kalau ternyata desa itu memiliki alam yang indah maka harus segera berbenah. Dibersihkan, dipercantik dan seterusnya. Dinas Pariwisata bisa mengadakan event-event tahunan. Misalnya : Balap sepeda keliling Bawean, Festival layang-layang nasional, Dayung dan seterusnya. Saya pernah melihat banyak anak-anak dan orang dewasa main layang-layang di Gandariya. Bagus sekali karena angin kencang di sana bisa sepanjang tahun.

MB : Bagaimana bapak melihat greget para pemimpin?

AA : Cukup bagus. Sekarang Bandara Bawean sudah aktif. Transportasi laut juga melimpah. Ini bentuk keseriusan para pemimpin kita. Tinggal yang di bawah. Ya kita semua ini yang belum. Pantai-pantai masih bau tahi ayam, sampah tak terurus, bahkan di pantai Labuhan Tanjungori sekarang penuh dengan bangunan. Padahal 10 tahun lalu indah sekali. Untuk sampah, pak Camat sudah memberi contoh yang baik. Perang melawan sampah...

MB : Bapak optimis dengan manfaat pariwisata?

AA : Sangat optimis. Tidak ada alasan untuk pesimis. Manfaatnya banyak sekali. Manfaat ekonomi, pendidikan dan pembentukan karakter generasi muda. Kalau anak-anak kita sudah terbiasa menerima tamu dengan ramah maka mereka akan menjadi orang yang terbuka. Orang yang terbuka adalah syarat menjadi pemenang di era global. Kita bisa lihat pulau Gili Timur sekarang. Tiap hari tak pernah sepi dari pengunjung. Sejak jalan menuju perahu mulus plus jembatan apung maka arus orang yang ingin melihat Gili dan Noko menjadi pesat. Berapa uang yang yang berputar di Gili dan lain-lain. Anak-anak Gili juga semakin semangat melanjutkan pendidikannya. Yang saya tahu saat ini sudah ada 2 orang yang kuliah di Jakarta. Nanik Ijawati dan Juwita Citra. Bagus kan ?

MB : Lalu apa dampak negatifnya?

AA : Sebagian orang memandang bahwa moral generasi muda akan semakin merosot. Perlu diperjelas dulu, moral yang mana? Kalau ada kekhawatiran nanti para turis memakai bikini maka itu pikiran paranoid. Mereka itu tamu yang tahu diri. Tiap lokasi wisata pasti ada rambu-rambu yang harus dipatuhi siapapun. Tinggal manajemennya. Di pulau Gili sudah ada tiem untuk menyambut turis . Itu bagus. Tiem ini harus dipoles. Di kursus bahasa Inggris, training guide, seragamnya yang keren. Begitu seterusnya.

MB : Sebagian tokoh masih tidak setuju dengan pariwisata ?

AA : Kalau saya memaknai hal tersebut secara positif. Ketidak setujuan itu kita maknai agar kita hati-hati dan serius. Itu saja. Tidak perlu berlebihan. Program yang besar tidak akan berjalan kalau menunggu persetujuan 100 % dari semua orang.

MB : Apakah perlu dialog antar tokoh untuk membahas pariwisata?

AA : Akan lebih manfaat kalau bentuknya dialognya sadar wisata. Bukan setuju atau tidak setuju lagi. Bawean sudah lama jadi tujuan pariwisata. Orang-orang Singapura, Malaysia, Brunai, Australia yang keturunan Bawean setahun datang sekali ke Bawean. Mereka datang untuk bersilaturahim dan melihat keindahan pulau ini. Ini namanya juga berwisata.

SHARE :
 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean