Sejumlah kalangan menyoroti
budaya amaen. Budaya ini berupa
remaja pria mendatangi rumah
perempuan pada malam hari.
Sebagian tokoh di Bawean menilai
budaya ini menjuru ke hal negatif
dan seharusnya dihilangkan.
Adalah Kepala Desa Balik
Terus, Abdul Aziz yang
meminta budaya amaen
dihapus. Di wilayah Desa
Balik Terus, dia terang-
terangan akan merazia pria
dan perempuan yang berani
amaen pada malam hari.
“Cara halus sudah tidak
mampu, satu-satunya melalui
kekerasan sebagai solusi terbaik
agar mereka tidak berani amaen
dengan mendatangi rumah si
cewek,” katanya.
Dia melakukan sejumlah
upaya untuk menindak mereka
yang melanggar norma
kesusilaaan. Pertama ditegur
secara halus, kemudian jika
melanggar lagi akan
diperingatkan secara keras.
“Kalau masih mokong ya dipukul
disuruh pulang,” tegasnya.
Abdul Azis mengaku
terpaksa memukul karena
kepala dusun dan linmas
sudah tidak mampu
menanganinya. Sebab mereka
melawan dan sebagian
menanyakan undang-
undangnya larangan amaen.
Menurut Aziz, si cowok yang
amaen ke rumah cewek, bukan
sekedar amaen saja, tapi
mereka merusak. Mereka
mengunakan kesempatan
mencuri barang-barang seperti
handphone, termasuk ayam
milik masyarakat.
“Seringkali beroperasi
tengah malam dari kampung
ke kampung di desa Balik
Terus, hanya memantau
situasi dan kondisi agar
budaya amaen segera
hilang,”paparnya.
Jika si cowok tidak diketahui,
hanya sepeda motor yang
diketahui tempat parkirnya,
maka ban dikempesi dan alat
penghubung ke busi akan
disita. Jika tidak terima dan
ingin mengambil diminta
datang ke rumah.
“Alhamdulillah sudah
berkurang, dan semakin
sempit ruang gerak mereka
untuk amaen, termasuk hamil
diluar nikah sudah tidak
ada,”tuturnya.
Di desa sudah dibuat
kesepakatan bersama bahwa
jam berkunjung orang luar
dibatasi sampai jam 20.00 atau
jam 8 malam, terkecuali
kunjungan darurat
dipersilahkan.
Persoalannya
menurut Kades, pada awal
menghapus budaya negatif di
wilayahnya bertentangan
dengan masyarakat yang ingin
mempertahankannya.(bst)