Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » » Liputan MTQ (2)
Satu Bus, Satu Jiwa

Liputan MTQ (2)
Satu Bus, Satu Jiwa

Posted by Media Bawean on Sabtu, 29 September 2018


Oleh: Sugriyanto

Tatkala KMP. Gili Iyang hendak bersandar di dermaga "Cinta" Paciran terlihat dari kedekatan rupa bentangan perbukitan landai tanpa kepulan asap cerobong pabrik. Sebuah bangunan megah berdinding dan beratap serba putih terlihat dari kejauhan. KMP. Gili Iyang menerus masuk di areal bebas ombak. Sekitar beberapa ratus meter dari tepi dermaga terdapat barisan pancang beton yang menyanggah balok beton sebagai pemecah atau penghadang ombak. Setelah memasuki areal yang dikatakan sebagai "kolam laut" tersebut KMP. Gili Iyang tak bergeming atau oleng sedikit pun. Akhirnya, KMP. Gili Iyang sandar dengan selembut-lembutnya tanpa terasa adanya benturan dari haluan kapal dan bibir dermaga. Bagian depan mulut kapal seperti menganga hendak menumpahkan segala muatan, baik kendaraan beroda dua dan empat maupun orang bergerak turun menuju dermaga.

Kafilah MTQ asal dua kecamapan dari Pulau Bawean turun bersama-sama dari kapal KMP. Gili Iyang menuju bus yang sudah dicarter. Pada saat itu para kafilah asal Pulau Bawean menyempatkan diri berpose bersama di sisi bus Bus jumbo yang sudah dipersiapkan pihak panitia dari kedua kecamatan itu. Bus besar itu siap mengangkut para kafilah MTQ menuju alamat asrama atau penginapan masing-masing kafilah. Segala barang bawaan dari kedua kafilah, baik berupa kardus dan koper maupun tas bawaan dimasukkan ke dalam kedua bagasi bagian lambung kanan dan kiri bus. Cukup "enteng" para kafilah dan rombongan masuk menaiki bus lewat dua pintu tengah dan pintu depan. Kekompakan dalam satu jiwa antara dua kafilah di bawa komando satu camat (meminjam istilah yang dijelentrehkan oleh Bapak Abdul Adim, S.Pd. MM. sendiri yakni camat ST12 yakni Sangkapura 1 dan Tambak 2) ini benar-benar guyub. Mereka, para kafilah secara membaur pula duduk sesama gender tanpa melihat asal kecamatannya. Suasana pagi di dalam ruang bus ibarat penghuni rumah dalam satu keluarga besar. Deru mesin bus mulai menggemuru halus tanpa adanya kebisingan yang berarti. Perlahan bus mulai bergerak keluar dari areal pelabuhan.

Pemandangan yang tetap menjadi catatan menarik di Pelabuhan "cinta" lama dermaga Paciran tidak terlihat gelagat para portir pelabuhan bergegas untuk berebutan naik ke kapal dalam mencari muatan atau ojekan. Para portir pelabuhan pada antre di pintu keluar atau pintu masuk dekat kapal bersandar. Berbeda dengan para tenaga portir di pelabuhan Gresik dan Pulau Bawean yang gesit melompat walau kapal belum sandar sempurna. Kebisingan dan keributan saling adu cepat raih penumpang kerap terjadi di kedua pelabuhan tersebut. Ujung-ujungnya, kadang barang bawaan penumpang "katut" terbawa oleh penumpang lain. Sampai kapankah kenyamanan dan ketenangan penumpang di kedua pelabuhan milik bersama warga Gresik akan seperti suasana tenang yang terjadi di pelabuhan "Cinta" Paciran?

Sebelum bus "sehati" yang membawa kedua kafilah MTQ asal Pulau Bawean itu keluar dari bentangan batang jalan dermaga, pelan pula lajunya. Terlihat di ujung dermaga hamparan luas bahan bangunan dermaga berupa paku bumi beton dan besi batangan coran dari segala ukuran. Rupanya, pihak pemerintah Paciran terus menggencarkan perluasan dan pemewahan dermaga menuju standar untuk dapat disandari berbagai jenis kapal. Usaha yang terus diupayakan ini sebagai pendukung program nasional adanya jejaring tol laut di seluruh nusantara. Kebetulan pula KMP. Gili Iyang sandar tepat di buritan KM. Sunan Drajat Tanjung Perak yang merapat di pelabuhan yang sama.

Beberapa saat kemudian bus yang memuat kafilah MTQ satu jiwa keluar dari pintu gerbang dekat jalan raya Paciran. Secara kasat mata terlihat tanah Paciran berwarna merah darah. Mungkin inikah yang dikatakan sebagai tempat keberadaan profesor agama yakni Syekh Siti Jenar atau Syeikh Abdul Jalil dengan nama julukan populernya Syeikh Lemah Abang (baca, Bawean: tanah merah)? Cucu Syeikh Siti Jenar bernama Waliyah Zainab pusara dan peninggalannya berupa bangunan masjid terdapat di Desa Diponggo Kecamatan Tambak Gresik Jawa Timur. Sepintas terlihat adanya kemiripan tanah Paciran dengan warna dan tekstur tanah yang terdapat di Pulau Bawean. Sepanjang jalan saat melintas di jalan raya Paciran menuju arah Gresik terlihat pula pepohonan dan bangunan rumah tua beratap genteng berdebu serta tanah tegal seperti suasana di Pulau Bawean. Kepulan asap kecil pembakaran gulma kering yang dibakar petegal saat itu memberikan kesan ingatan pada salah satu dusun di tepi pantai Pulau Bawean. Rimbunan batang bambu dan kandang sapi masih terlihat di sepanjang tepi jalan raya Paciran. Beberapa pohon siwalan berderet tumbuh walau musim kemarau seperti saat ini.

Hampir dua jam lamanya bus melaju dengan pelan. Para kafilah rupanya masih melanjutkan rasa kantuknya di dalam bus sehati sambil bersenden atau menyandar di kursi empuk bus. Saat memasuki jalan raya Manyar mulai terasa adanya kemacetan lalu lintas. Laju bus sehati semakin dipelankan. Dari sebelah utara pintu gerbang masuk GKB, bus yang memuat kafilah MTQ sehati asal Pulau Bawean melaju semakin perlahan menuju penginapan kafilah asal Kecamatan Tambak yang berada di GKB. Sesampai di dekat penginapan GKB, turunlah rombongan kafilah asal Kecamatan Tambak beserta barang-barang bawaannya yang termuat dalam dua bagasi satu jiwa itu. Lambaian tangan pun turut menyertainya saat bus sehati mulai beranjak hendak keluar dari kawasan perumahan Gresik Kota Baru-yang dulunya mendapat sebutan Gresik "Kota Kotor" -karena Gresik di masa silam menjadi pelabuhan bandar dagang tempat bongkar muat barang.

Kafilah asal Kecamatan Sangkapura melanjutkan perjalan dalam bus "Sehati" itu menuju jalan Panglima Sudirman. Tiba-tiba saja satu kardus terbuka menganga berisi roti lezat setelah dinikmati bersama sepanjang perjalanan dari Paciran menuju Gresik datang menghampiri. Tanpa, kehadiran seteguk air pun kelembutan roti berasa duren menyusup di pagi hari penuh kenikmatan. Akhirnya, tepat pukul 08:30 WIB pada hari Rabu tanggal 26 September 2018 para kafilah MTQ tingkat kabupaten yang digelar di Kecamatan Wringin Anom Gresik sampai di penginapan H.Yusuf jalan Panglima Sudirman Gang II nomor 19 A Gresik. Pada waktu yang sama pula menu sarapan pagi sudah siap sedia dengan aneka buah sebagai cuci mulutnya. Salak pondo, jeruk New Zeland, semangka plus dua jenis wedang panas kopi dan teh menjadi penyegar di pagi yang penuh kecerian itu. Mantab...!!!

SHARE :
 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean