Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » » Kekuatan Aspek Bentukan

Kekuatan Aspek Bentukan

Posted by Media Bawean on Kamis, 21 April 2022

Oleh: 

A. Fuad Usfa

Saya sering berkata, bahwa terdapat dua keadaan yang ada dalam diri manusia, yaitu fitrah dan bentukan.

Fitrah, manakala itu melekat pada diri manusia itu sendiri, secara asalnya. 

Contoh dari yang disebut fitrah itu seperti adanya alat pendengaran, adanya alat penglihatan, lahir sebagai laki-laki, lahir sebagai perempuan, rasio, emosi, dan lain-lain yang keberadaannya memang serta merta melekat pada manusia.

Adapun bentukan adalah segala sesuatu yang keberadaannya dimiliki manusia karena faktor bentukan. Karena dibentuk, baik langsung maupun tidak, baik disadari maupun tidak. Seperti pengetahuan, tata nilai, cara berjalan, perihal makanan, budaya, dan sebagainya yang eksistensinya oleh sebab dibentuk. Eksistensinya oleh sebab dari luar dirinya, atas campur tangan manusia serta alam lingkungan lainnya.

Fitrah itu ya memang begitu adanya. Sedang bentukan adalah karena dibentuk. Dengan demikian bentukan itu tergantunglah pada siapa yang membentuk, dari mana sumber datangnya, serta dimanakah ruang dan kapankah waktunya. Pendek kata, bahwa bentukan itu tergantung.

Saya sering pula berkata, bahwa apa yang diketahui oleh manusia adalah apa yang ada di hadapannya. Oleh sebab itu yang paling efektif untuk membentuk kita adalah yang paling dekat dengan kita, yaitu orang tua kita. Merekalah yang mengenalkan sesuatu yang pertama kali pada kita, sejak dari masa bayi, bahkan sedari alam kandungan. Berarti mereka telah membentuk diri kita. Tentang nilai, budaya, dan sebagainya. Umumnya manusia hanya mengikut saja. Itulah sumber utama. Dalam perkembangannya akan bersentuhan dengan sumber-sumber lain, selain orang tua dan keluarga. 

Perubahan-perubahan muncul oleh berbagai sebab. Baik yang datang dari diri sendiri maupun dari luar dirinya. Umumnya oleh sebab yang datang dari luar dirinya. Baik secara evolusi maupun revolusi. Oleh sebab berbagai sumber dan tekanan. 

Walaupun terjadi perubahan-perubahan, baik secara evolusi maupun revolusi, namun perubahan-perubahan yang telah terjadi itu akan diikuti begitu saja oleh generasi berikutnya. Dengan demikian pola yang lama akan berjalan kembali, yaitu ‘mengikut’. Itulah arus utama. 

Generasi baru akan mengikuti generasi di atasnya. Mereka akan lupa dan bahkan tidak akan pernah menggubris akan keadaan mengapa generasi di atasnya itu menjadi berubah. Biarpun atas paksaan berat dan bertubi-tubi sekalipun. Bahkan generasi berikutnya itu bisa dengan gigih membela nilai-nilai (baru) yang mereka peroleh (bentukan baru) itu. Tidak akan pernah peduli dengan penderitaan (pun) yang dialami generasi di atasnya (-termasuk oleh kakek-nenek dan buyutnya, bahkan dari garis terdekatnya, yaitu ayah-dan ibunya sekalipun-). 

Generasi baru itu tidak merasakannya secara langsung, atau mungkin merasa tidak perlu perduli akannya, atau mungkin sejarah dan ideologi yang dibangun sudah menggeser eksistensi yang sesungguhnya telah terjadi itu. 


Semua itu bisa terbentuk oleh sebab salahsatu sifat dasar manusia, yaitu oleh sebab adanya semangat bertahan untuk hidup.

Semboyan-semboyan baru terbentuk. Itulah narasi. Atas dasar kekuatan narasi manusia mengorganisir diri. Misalnya, narasi kebenaran dibenturkan dengan narasi kebatilan, padahal azasinya adalah kepentingan. Manusia telah berkutat dalam wilayah kepentingan. Dari wilayah ini maka muncullah (dibentuklah) simbol-simbol. 

Kemudian dari pada itu manusia menjadi terjebak dalam ranah simbol-simbol. Manusia berjuang untuk mempertahankan simbol. Beragam muatan (entitas) dimasukkan dalam simbol-simbol itu. Manusia rela melakukan apa saja demi simbol yang telah dimaknai entitas lain. Simbol bukan hanya sekedar benda mati yang jelas nampak di permukaan, melainkan dipahami dengan keberadaan roh (semangat/entitas) di baliknya. 

Dengan demikian generasi berikutnya menjadi teralinasi dari eksistensi nilai-nilai leluhurnya. Demikian hal itu akan terjadi selanjutnya. Semua itu oleh sebab faktor bentukan.

(Cannington WA, 20 April 2022)

SHARE :
 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean