Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » » Peran Orang Bawean Dalam Membina Islam Di Western Australia

Peran Orang Bawean Dalam Membina Islam Di Western Australia

Posted by Media Bawean on Rabu, 27 Agustus 2008

Media Bawean, 27 Agustus 2008

Oleh : A. FUAD USFA (AUSTRALIA)
(bagian 4)
4. Pembinaan Keislaman

(1). Situasi-Kondisi yang Berbeda
Pulau Bawean terletak di Laut Jawa, kira-kira 80 mil laut sebelah utara Kota Gresik, terbentang antara 5.43’ dan 5.52’ LS, antara 112.34’ dan 112.44’ BT, dengan luas kira-kira 300 km2.

Penduduk sekitar 72.000, mereka merupakan komunitas tersendiri yang berbeda dengan komunitas Jawa, Madura, Kalimantan dan seterusnya. Komunitas Bawean membina kebudayaannya sendiri termasuk bahasa. Mereka menyebut bahasa pengantar yang digunakan sebagai bahasa Bawean. Bahasa Bawean sebenarnya adalah bahasa madura yang telah termodifikasi secara evolusi, sehingga terdapat perbedaan dengan bahasa asal. Sebagaai gambaran dapatlah kiranya diumpamakan bagai bahasa Melayu dan bahasa Indonesia. Sebenarnya bahasa Madura yang umum berasal dari bahasa melayu, coba kita cermati kata demi kata, seperti jelan=Jalan, engkok=aku, sakek=sakit, roma=rumah, tak endek=tak hendak, tedung=tidur dan seterusnya, sedang bahasa madura halus berasal dari bahasa jawa, coba cermati kata perkata seperti enggih=inggih, panjennengan=panjenengan, kawulo=kawuleh dan seterusnya.

Agama yang dianut orang Bawean adalah Islam. Terdapat pengajaran-pengajaran agama di seluruh pelosok pulau, sehingga dapatlah dipahami bila orang Bawean yang paling awam sekalipun sedikit-banyak akan mengerti dasar-dasar normatif doktrin Islam. Pada saat penulis mengadakan penelitian di tahun 1997, penulis mendapatkan ungkapan yang katanya merupakan salah satu falsafah orang Bawean, yang mengatakan:
Jek nga bukkak sewek,
Sagitakna nga bukkak langgek;
Jek nga bukkak langgek,
Sagitakna andik bekal.
Maksudnya:
Jangan kawin dulu,
Sebelum pergi merantau;
Jangan pergi merantau,
Sebelum mempunyai bekal.

Adaapun yang dimaksud bekal adalah bekal lahir dan batin. Bekal lahir adalah pertahanan diri yang diwujudkan dengan kuntau (konto) dan bekal batin dalam pengertian pengetahuan agama.
Realitas seperti itu akan dirasakan manakala orang-orang Bawean masuk di dunia perantauan mereka.

Wilayah perantauan utama daripada orang-orang Bawean, selain tanah Jawa adalah di kawasan melayu semenanjung, mulanya kawasan Singapura dan Riau Kepulauan, kemudian memasuki kawasan Malaysia. Dikawasan ini nama Bawean dikenal dengan BOYAN. Orang-orang Boyan ini datang dengan tidak membawa berbagai problema sosial. Datuk-moyang orang-orang Boyan telah datang dengan menabur nama yang harum, bergaul dengan santun, tidak tercatat dalam sejarah datuk-moyang orang-orang Bawean yang membikin berbagai keresahan sosial semacam penjarahan, perampasan hak, pembunuhan dan lain-lain sebagai penyebab keresahan masyarakat, baik dengan penduduk asal ataupun dengan sesame orang Boyan. Maka itu kata Boyan dengan indah telah bergaung di tanah perantauan mereka itu sejak lebih dari satu abad yang silam. Kata BOYAN itulah salah satu peninggalan YANG PALING MONUMENTAL dari datuk-moyang orang Bawean di tanah perantaauan utamanya itu. Mereka telah berbaur dengan elegan, maka disitulah keluasan wawasan pergaulan mereka diuji.

Dari perantauan di tanah melayu semenanjung ini kemudian orang-orang Bawean menjangkau kawasan Australia sebagai telah diutarakan dalam bagian terdahulu, yaitu bermula dari membina kehidupan di pulau Krismas.

Di Pulau Krismas terdapat sebuah masjid di kawasan kampong (melayu), yaitu Christmas Island Mosque. Hidup dalam kampong ini adalah orang-orang melayu yang di dalamnya meliputi juga orang-orang keturunan Bawean. Mereka menganut agama Islam, dan kemudian datang orang-orang Kokos yang juga membina pemukiman tidak jauh dari kampong. Mereka berbaur menjadi satu sebagai komunitas Islam di pulau Krismas.

Sebagaimana telah kita pahami bersama, bahwa Australia adalah hamparan tanah satu benua yang amat luas. Negara Australia disebut Commonwealth of Australia, terdapat enam Negara Bagian (state), yaitu Western Australia, South Australia, Queensland, New South Wales, Tasmania, Victoria, serta dua wilayah Kekuasaan (Major Mainland Territories), yaitu Northern Territory dan Australian Capital Territory.

Wilayah terbesar adalah Western Australia. Australia termasuk Negara yang sejahtera, pendapatan perkapita berada sedit di atas Britania Raya, Jerman dan Prancis. Berdasar survey majalah The Economist di tahun 2005 Australia berada pada peringkat ke enam dalam kualitas hidup. Australia kaya dengan hasil tambang, hasil tambang terbesar adalah minyak dan gas, batu bara, biji besi, perak, emas, bauksit, uranium dan timah. Daerah pertambangan minyak dan gas, biji besi, emas dan bauksit terbesar terdapat di Australia Barat (Western Australia). Di wilayah inilah orang-orang Bawean berdomisili. Sebagian besar mereka tinggal di Perth dan sekitar, sedang sebagian kecil tinggal di wilayah jauh (country side), seperti antara lain Port Headland, Geraldton, Mount Newman. Dalam populasi yang lebih besar persebaran orang-orang Melayu dan Kokos lebih luas lagi.

Sebagaaimana telah disebutkan di bagian terdahulu, interaksi antara orang-orang keturunan Bawean, Melayu dan Kokos telah terjalin semenjak masa di pulau Krismas. Tatkala di pulau Krismas yang kecil itu, yang luasnya kira-kira 135 Km (kira-kira tidak sampai separuh dari luas pulau Bawean), dan hidup dalam komunitas kampong, cukup dengan satu masjid untuk mereka, tatkala di daratan Australia yang terhampar luas, mereka dihadapkan pada persoalan jarak tempat bekerja yang berimplikasi pada tempat tinggal yang saling berjauhan, maka tempat ibadah yang relatif berdekatan dengan domisili mereka dan dikelola dengan warna nilai-nilai cultural serta pemahaman mereka dirasa sangat dibutuhkan.

Dari situlah mereka mengupayakan membina tempat-tempat ibadah, kemudian membangun masjid. Setidaknya terdapat enam buah masjid yang dibina oleh komunitas asal pulau Krismas, yaitu Masjid Rivervale, Masjid Ar-Rukun di Rockingham, Masjid Jami’ Port Headland, Masjid Al-Hidayah di Padbury, Masjid Katanning di Katanning, dan Masjid Geraldton di Garaldton. Sebagai gambaran, perjalanan dari pusat kota Perth dengan mengendarai mobil melintasi high way, perjalanan ke: dengan memakan waktu kira-kira:

Masjid Rivervale : 15 menit
Masjid Al-Hidayah : 40 menit
Masjid Ar-Rukun : 45 menit
Masjid Katanning : 3 Jam
Masjid Geraldton : 4 jam
Masjid Port Headland : 20 jam.

(Bersambung)

SHARE :

Posting Komentar

 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean