Media Bawean, 9 September 2008
Laporan Tim Penyelam Matihala Unpar Bandung
“Man cannot discover new ocean unless he has a lose sight of the shore”

Seseorang tidak akan pernah menemukan lautan baru, kecuali bila ia berani meninggalkan pantainya. Untuk menemukan hal-hal baru yang jauh lebih menarik, seseorang harus mau mencoba dan mengeksplorasi. Begitu banyak potensi bawah laut yang ada di Indonesia, namun sebagian besar orang hanya mengetahui sebagian kecilnya. Semua orang membicarakan Bali, Lombok, Bunaken, Komodo, yang memang terkenal akan taman lautnya yang cantik. Namun, belum pernah terpikir bahwa di luar tempat-tempat terkenal tersebut masih ada daerah lain yang dapat digali keindahannya. Demikianlah kesan yang ditangkap oleh Tim Wandering Season Selam Mahitala Universitas Parahyangan Bandung, yang telah melakukan ekspedisi di Bawean pada tanggal 6 sampai 18 Agustus 2008 yang lalu.
Setelah melakukan penyelaman, eksplorasi darat, dilengkapi dengan berbagai pendataan, baik mengenai terumbu karang, maupun potensi wisata, Tim Ekspedisi Selam yang terdiri dari Ragil, Reza, Fenny, dan Fiona mendapat kesimpulan bahwa Bawean layak menjadi salah satu tujuan pariwisata Indonesia. Selain memiliki potensi pariwisata darat yang indah dan bervariasi, kehidupan bawah laut di Bawean juga cukup memukau, terutama di sebelah timur pulau. Tim berhasil mendapatkan 8 spot baru penyelaman, serta melakukan pendataan terumbu karang di 4 spot. Namun, dari 8 spot yang telah dieksplorasi, tim merekomendasikan 2 spot terbaik untuk nantinya menjadi tujuan wisata penyelaman.
Kedua spot tersebut adalah di perairan Pulau Gili Timur dan perairan Pamona. Di kedua spot ini, kondisi terumbu karang tergolong rapat, bervariasi, dan berwarna-warni. Aneka soft coral dan hard coral cukup memanjakan mata. Terdapat berbagai spons, coral foliose, dan gorgonian berukuran besar. Berbagai table coral besar dan kima aneka warna juga menghiasi kedua spot ini. Tim juga membuktikan keberadaan table coral raksasa berbentuk payung di perairan Pamona.
Selain keberadaan terumbu karang yang bervariasi, di kedua spot tersebut juga terdapat berbagai fauna laut yang beraneka ragam. Berbagai spesies Butterfly Fish, Angel Fish, Batfish, Sweetlips, Grouper, Parrot Fish, Moray Eel, Star Fish, dan Snapper dapat ditemukan di perairan kedua spot ini dan perairan Pulau Bawean pada umumnya. Bahkan tim sempat berjumpa dengan Napoleon Fish berukuran sangat besar di perairan Pamona, pada kedalaman kira-kira 14 meter yang tergolong dangkal. Di perairan Gili Timur, terdapat berbagai jenis ikan karang dan ikan hias yang tergolong besar. Untuk mendapatkan pemandangan indah tersebut, kita harus turun sampai dengan kedalaman 18 meter yang sudah merupakan wall atau tebing laut.
Salah satu keistimewaan perairan Pulau Bawean yang sempat kami abadikan adalah spesies mawar laut, yang persebarannya cukup banyak, terutama di perairan Tanjung Cina dan Gili Timur. Sama seperti mawar pada umumnya, mawar laut ini berwarna merah dan merah muda, hanya saja tumbuh di batu karang. Mawar laut merupakan salah satu spesies langka, memiliki kelopak sangat halus dan rapuh, sehingga harus dijaga kelestariannya. Sebenarnya masih banyak keistimewaan yang tidak dapat disebutkan satu persatu, karena seseorang baru akan dapat merasakan keindahan alam bawah laut apabila ia benar-benar sudah berada di dalam dinginnya air laut, di tengah flora dan fauna laut yang beraneka ragam itu.
Keindahan perairan timur Pulau Bawean sayangnya belum diimbangi oleh perairan sebelah barat pulau. Sebagian perairan sebelah barat seperti Tanjung Cina, Pulau Gili Barat, Teluk Bangsal dan Tanjung Gaang justru sudah mengalami kerusakan terumbu karang yang cukup parah. Banyak terumbu karang yang sudah hancur dan kehilangan warnanya akibat terkena jangkar nelayan dan racun potas (portas) untuk menangkap ikan. Penangkapan teripang dengan menggunakan linggis juga menjadi salah satu faktor rusaknya terumbu karang. Akibatnya fauna laut yang ada juga berjumlah sedikit, karena terumbu karang yang sehat merupakan rumah bagi para satwa laut. Nampaknya kesadaran untuk menjaga kelestarian terumbu karang di Bawean masih sangat rendah dan perlu ditingkatkan. Terumbu karang merupakan penahan ombak yang melindungi pantai. Jika terumbu karang habis, maka abrasi pantai tidak akan lagi dapat dihindarkan. Ada baiknya penyuluhan diberikan kepada para nelayan agar menerapkan metode penangkapan ikan yang tidak menimbulkan kerusakan terumbu karang. Alat pancing tradisional, bubu, dan jaring tentu saja masih dapat digunakan, selama para nelayan memiliki kesadaran untuk tidak menggunakan bom dan racun potas. Dalam melempar jangkar juga masih perlu diperhatikan agar tidak merusak terumbu karang yang masih sehat.
Sampai saat ini tim sedang dalam proses pembuatan laporan. Nantinya laporan yang telah selesai akan dikirim ke Bawean agar pemerintah setempat dapat mengetahui kondisi perairannya, dan melakukan langkah-langkah untuk melestarikan dan memperbaiki kondisi terumbu karang yang telah rusak. Rehabilitasi terumbu karang dengan penanaman terumbu karang buatan seperti yang sudah dilaksanakan di Kepulaun Seribu dapat menjadi jalan keluar yang baik untuk memecahkan masalah ini. Tim juga sedang mencari metode terbaik untuk melakukan transplantasi terumbu karang yang mudah-mudahan dapat segera dilaksanakan di Bawean. (Fiona)
Setelah melakukan penyelaman, eksplorasi darat, dilengkapi dengan berbagai pendataan, baik mengenai terumbu karang, maupun potensi wisata, Tim Ekspedisi Selam yang terdiri dari Ragil, Reza, Fenny, dan Fiona mendapat kesimpulan bahwa Bawean layak menjadi salah satu tujuan pariwisata Indonesia. Selain memiliki potensi pariwisata darat yang indah dan bervariasi, kehidupan bawah laut di Bawean juga cukup memukau, terutama di sebelah timur pulau. Tim berhasil mendapatkan 8 spot baru penyelaman, serta melakukan pendataan terumbu karang di 4 spot. Namun, dari 8 spot yang telah dieksplorasi, tim merekomendasikan 2 spot terbaik untuk nantinya menjadi tujuan wisata penyelaman.
Kedua spot tersebut adalah di perairan Pulau Gili Timur dan perairan Pamona. Di kedua spot ini, kondisi terumbu karang tergolong rapat, bervariasi, dan berwarna-warni. Aneka soft coral dan hard coral cukup memanjakan mata. Terdapat berbagai spons, coral foliose, dan gorgonian berukuran besar. Berbagai table coral besar dan kima aneka warna juga menghiasi kedua spot ini. Tim juga membuktikan keberadaan table coral raksasa berbentuk payung di perairan Pamona.
Selain keberadaan terumbu karang yang bervariasi, di kedua spot tersebut juga terdapat berbagai fauna laut yang beraneka ragam. Berbagai spesies Butterfly Fish, Angel Fish, Batfish, Sweetlips, Grouper, Parrot Fish, Moray Eel, Star Fish, dan Snapper dapat ditemukan di perairan kedua spot ini dan perairan Pulau Bawean pada umumnya. Bahkan tim sempat berjumpa dengan Napoleon Fish berukuran sangat besar di perairan Pamona, pada kedalaman kira-kira 14 meter yang tergolong dangkal. Di perairan Gili Timur, terdapat berbagai jenis ikan karang dan ikan hias yang tergolong besar. Untuk mendapatkan pemandangan indah tersebut, kita harus turun sampai dengan kedalaman 18 meter yang sudah merupakan wall atau tebing laut.
Salah satu keistimewaan perairan Pulau Bawean yang sempat kami abadikan adalah spesies mawar laut, yang persebarannya cukup banyak, terutama di perairan Tanjung Cina dan Gili Timur. Sama seperti mawar pada umumnya, mawar laut ini berwarna merah dan merah muda, hanya saja tumbuh di batu karang. Mawar laut merupakan salah satu spesies langka, memiliki kelopak sangat halus dan rapuh, sehingga harus dijaga kelestariannya. Sebenarnya masih banyak keistimewaan yang tidak dapat disebutkan satu persatu, karena seseorang baru akan dapat merasakan keindahan alam bawah laut apabila ia benar-benar sudah berada di dalam dinginnya air laut, di tengah flora dan fauna laut yang beraneka ragam itu.
Keindahan perairan timur Pulau Bawean sayangnya belum diimbangi oleh perairan sebelah barat pulau. Sebagian perairan sebelah barat seperti Tanjung Cina, Pulau Gili Barat, Teluk Bangsal dan Tanjung Gaang justru sudah mengalami kerusakan terumbu karang yang cukup parah. Banyak terumbu karang yang sudah hancur dan kehilangan warnanya akibat terkena jangkar nelayan dan racun potas (portas) untuk menangkap ikan. Penangkapan teripang dengan menggunakan linggis juga menjadi salah satu faktor rusaknya terumbu karang. Akibatnya fauna laut yang ada juga berjumlah sedikit, karena terumbu karang yang sehat merupakan rumah bagi para satwa laut. Nampaknya kesadaran untuk menjaga kelestarian terumbu karang di Bawean masih sangat rendah dan perlu ditingkatkan. Terumbu karang merupakan penahan ombak yang melindungi pantai. Jika terumbu karang habis, maka abrasi pantai tidak akan lagi dapat dihindarkan. Ada baiknya penyuluhan diberikan kepada para nelayan agar menerapkan metode penangkapan ikan yang tidak menimbulkan kerusakan terumbu karang. Alat pancing tradisional, bubu, dan jaring tentu saja masih dapat digunakan, selama para nelayan memiliki kesadaran untuk tidak menggunakan bom dan racun potas. Dalam melempar jangkar juga masih perlu diperhatikan agar tidak merusak terumbu karang yang masih sehat.
Sampai saat ini tim sedang dalam proses pembuatan laporan. Nantinya laporan yang telah selesai akan dikirim ke Bawean agar pemerintah setempat dapat mengetahui kondisi perairannya, dan melakukan langkah-langkah untuk melestarikan dan memperbaiki kondisi terumbu karang yang telah rusak. Rehabilitasi terumbu karang dengan penanaman terumbu karang buatan seperti yang sudah dilaksanakan di Kepulaun Seribu dapat menjadi jalan keluar yang baik untuk memecahkan masalah ini. Tim juga sedang mencari metode terbaik untuk melakukan transplantasi terumbu karang yang mudah-mudahan dapat segera dilaksanakan di Bawean. (Fiona)
Posting Komentar