Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » » Belum Ada Kapal Berlayar, Harga Sembako Melambung

Belum Ada Kapal Berlayar, Harga Sembako Melambung

Posted by Media Bawean on Jumat, 16 Januari 2009

Media Bawean, 16 Januari 2009

Sumber : KOMPAS

GRESIK, JUMAT — Akibat cuaca buruk, hingga saat ini belum ada kapal yang berlayar ke Bawean. KM Dharma Kartika yang dijadwalkan berangkat Jumat (16/1) pukul 14.00 tidak berani berlayar karena ombak di perairan laut Jawa masih tinggi. Angin kencang dan hujan juga masih terjadi di Gresik, dikhawatirkan membahayakan pelayaran.

Akibat tidak ada kapal yang berlayar, harga barang-barang di Bawean melonjak. Harga telur per butir naik dari Rp 800 menjadi Rp 1.200. Gula per zak isi 50 kilogram naik dari Rp 290.000 menjadi Rp 315.000. Bensin yang biasanya dijual Rp 5.500 per liter menjadi Rp 7.500, minyak tanah naik dari Rp 4.000 menjadi Rp 5.000 per liter. Elpiji 12 kilogram naik dari Rp 95.000 menjadi Rp 115.000 per tabung.

Menurut warga Bawean, Umar, yang dihubungi dari Gresik, Jumat (16/1), masih beruntung ada kapal bantuan yang sempat berlayar ke Bawean, yakni KM Satya Kencana 1. Kapal tersebut sempat mengangkut 186 penumpang dari Gresik ke Bawean pada Senin (12/1) lalu. Dalam perjalanan ke Gresik keesokan harinya, kapal itu mengangkut 160 penumpang. "Kalau tidak ada kapal itu mungkin harga sembako bisa lebih tinggi lagi," katanya.

Saat ini, kata Umar, di Pelabuhan Sangkapura ada tiga kapal tugboat dan kapal kargo yang tidak berani meneruskan perjalanan. Sementara itu, di wilayah sekitar Pantai Kepuh ada tujuh kapal tugboat yang berlindung. "Gelombang masih tinggi sehingga tidak ada kapal berlayar," katanya.

Kepala Administratur Pelabuhan Gresik Asmari menyatakan, kapal-kapal tidak diizinkan berlayar sampai kondisi aman. Berdasarkan prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, ombak di perairan laut Jawa setinggi hingga 3 meter lebih bisa membahayakan keselamatan pelayaran.

Akibat cuaca buruk bukan saja berdampak pada pelayaran, tetapi juga buruh bongkar muat. Sebagian besar kapal barang juga merapat di dermaga pelabuhan Gresik. Tidak ada aktivitas bongkar muat. Hanya terlihat satu kapal dan tidak lebih dari 10 buruh bongkar muat memindahkan, baik kayu log maupun kayu balok, dari kapal ke truk. Sebagian besar malah menganggur.

Sementara itu, di Lamongan, akibat cuaca buruk, kegiatan nelayan lumpuh total. Mulai Jumat (16/1), kata Sudarlin, Sekretaris Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia Cabang Lamongan, tidak ada kegiatan bongkar ikan. Nelayan yang sudah di darat tidak ada yang melaut, sementara yang telanjur berada di perairan berlindung dari ganasnya ombak di Pulau Sekambing Sumenep, Masalembu, dan pulau-pulau kecil di utara Probolinggo.

Hingga saat ini, setidaknya ada delapan kapal jenis payang milik nelayan asal Lamongan yang belum kembali. Di antara kapal jenis payang yang diketahui membongkar ikan di Probolinggo itu adalah tiga kapal KM Brawijaya. Satu kapal KM Indonesia Muda diketahui berada di Sekambing, Sumenep. Yang lain belum terdeteksi.

"Tetapi biasanya teman-teman yang melaut di wilayah utara sembunyi di pulau kecil bila cuaca buruk. Bila angin sudah bagus, mereka pulang dengan cara menyusuri tepian," kata Sudarlin.

Adi Sucipto

SHARE :

Posting Komentar

 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean