Media Bawean, 16 Januari 2009
Sumber Surabaya Pagi
GRESIK - Akibat larangan berlayar bagi kapal-kapal penumpang dan barang ke Pulau Bawean, sekitar 100 orang warga pulau itu terlantar di Gresik.
Sudah empat hari ini, mereka berusaha bertahan di beberapa penginapan dan hotel di kota Gresik. "Sekarang nasib kami bergantung pada bekal yang ada, kalau bekal uang sudah habis, mau kemana lagi kami ini," tutur Nursahid, warga Bawean asal Desa Teluk Jati, Kecamatan Tambak, Kamis (15/01).
Nursahid tidak sendirian, kemarin beberapa warga Bawean senasibnya sempat ditemui Surabaya Pagi di Penginapan Pondok H. Hasan, di Jalan Harun Tohir III, Kelurahan Bedilan, Gresik. Dia mengaku sudah empat hari tinggal di penginapan, tidak bisa pulang ke daerahnya, karena tidak ada kapal yang berani berlayar di tengah tingginya gelombang laut saat ini.
Penuturan senada juga disampaikan Salwi (48). Pria yang bekerja di rantau, Malaysia, ini mau pulang ke Bawean karena ingin menjenguk ibunya yang sedang sakit. Warga asal Desa Lebak, Kec. Sangkapura ini mengaku pulang dari Malaysia bersama tiga kawannya dengan harapan cepat menemui ibunya, tapi kondisi cuaca berkata lain. Ia pun "dipaksa" transit lama di penginapan.
Pemilik penginapan Mita Jaya yang lokasinya sangat dekat dengan Pelabuhan Gresik, Safir (29), menuturkan bahwa hari-hari ini penginapannya dipenuhi calon penumpang kapal tujuan Pulau Bawean. "Sejak Minggu (11/01) lalu, ada 10 orang asal Bawean yang menyewa kamar di sini. Katanya, mereka tidak bisa pulang, karena nggak ada kapal," ungkapnya.
Seorang guru swasta asal Desa Kepuh Teluk, Kec. Tambak, Marfai (35), yang menginap di Mita Jaya, menyatakan kekecewaannya atas tidak adanya kapal yang berlayar ke Bawean. Akibatnya, dia sudah tiga hari ini tak bisa mengajar murid-muridnya di sebuah madrasah tsanawiyah di tempat asalnya.
Dia hanya bisa berharap, agar Pemkab Gresik cepat tanggap menghadapi persoalan rutinitas tahunan ini. Kalau problemnya terletak pada tiadanya kapal berukuran besar untuk mengarungi lautan berombak tinggi, sarannya, mestinya Pemkab Gresik sudah mengantisipasinya dengan menyediakan kapal ukuran besar.
"Sewa kapal besar, cukup satu bulan pada waktu gelombang tinggi saja. Kalau ini
dilakukan, insya Allah penumpang yang ke Bawean tak akan terlantar seperti ini lagi," katanya berharap.
Baik Marfai, Nursahid maupun Salwi, berharap kondisi yang mereka alami bersama 100 warga asal Bawean lainnya saat ini, cepat teratasi. Karena bagaimanapun persediaan keuangan mereka di rantau sangat terbatas. "Nggak cukup Rp 50 ribu untuk kebutuhan sehari-harinya. Kalau "kantong" kami habis, ya terpaksa cari pinjaman dulu," ujar Nursahid sambil menerawang. Sementara regulator kelaikan berlayar di Pelabuhan Umum Gresik, masih melarang kapal-kapal untuk berlayar, karena gelombang di laut masih cukup tinggi dan intensitas kecepatan angin masih terlalu kencang. Menghadapi cuaca buruk semacam ini, biasanya Pemkab Gresik seperti tahun lalu, akan meminta bantuan pada Panglima Komando Armada Timur TNI AL untuk meminjam kapal guna mengantar pulang warganya dari atau menuju Pulau Bawean. Namun rencana itu belum terlihat geliatnya hingga kemarin. did
Sumber Surabaya Pagi
GRESIK - Akibat larangan berlayar bagi kapal-kapal penumpang dan barang ke Pulau Bawean, sekitar 100 orang warga pulau itu terlantar di Gresik.
Sudah empat hari ini, mereka berusaha bertahan di beberapa penginapan dan hotel di kota Gresik. "Sekarang nasib kami bergantung pada bekal yang ada, kalau bekal uang sudah habis, mau kemana lagi kami ini," tutur Nursahid, warga Bawean asal Desa Teluk Jati, Kecamatan Tambak, Kamis (15/01).
Nursahid tidak sendirian, kemarin beberapa warga Bawean senasibnya sempat ditemui Surabaya Pagi di Penginapan Pondok H. Hasan, di Jalan Harun Tohir III, Kelurahan Bedilan, Gresik. Dia mengaku sudah empat hari tinggal di penginapan, tidak bisa pulang ke daerahnya, karena tidak ada kapal yang berani berlayar di tengah tingginya gelombang laut saat ini.
Penuturan senada juga disampaikan Salwi (48). Pria yang bekerja di rantau, Malaysia, ini mau pulang ke Bawean karena ingin menjenguk ibunya yang sedang sakit. Warga asal Desa Lebak, Kec. Sangkapura ini mengaku pulang dari Malaysia bersama tiga kawannya dengan harapan cepat menemui ibunya, tapi kondisi cuaca berkata lain. Ia pun "dipaksa" transit lama di penginapan.
Pemilik penginapan Mita Jaya yang lokasinya sangat dekat dengan Pelabuhan Gresik, Safir (29), menuturkan bahwa hari-hari ini penginapannya dipenuhi calon penumpang kapal tujuan Pulau Bawean. "Sejak Minggu (11/01) lalu, ada 10 orang asal Bawean yang menyewa kamar di sini. Katanya, mereka tidak bisa pulang, karena nggak ada kapal," ungkapnya.
Seorang guru swasta asal Desa Kepuh Teluk, Kec. Tambak, Marfai (35), yang menginap di Mita Jaya, menyatakan kekecewaannya atas tidak adanya kapal yang berlayar ke Bawean. Akibatnya, dia sudah tiga hari ini tak bisa mengajar murid-muridnya di sebuah madrasah tsanawiyah di tempat asalnya.
Dia hanya bisa berharap, agar Pemkab Gresik cepat tanggap menghadapi persoalan rutinitas tahunan ini. Kalau problemnya terletak pada tiadanya kapal berukuran besar untuk mengarungi lautan berombak tinggi, sarannya, mestinya Pemkab Gresik sudah mengantisipasinya dengan menyediakan kapal ukuran besar.
"Sewa kapal besar, cukup satu bulan pada waktu gelombang tinggi saja. Kalau ini
dilakukan, insya Allah penumpang yang ke Bawean tak akan terlantar seperti ini lagi," katanya berharap.
Baik Marfai, Nursahid maupun Salwi, berharap kondisi yang mereka alami bersama 100 warga asal Bawean lainnya saat ini, cepat teratasi. Karena bagaimanapun persediaan keuangan mereka di rantau sangat terbatas. "Nggak cukup Rp 50 ribu untuk kebutuhan sehari-harinya. Kalau "kantong" kami habis, ya terpaksa cari pinjaman dulu," ujar Nursahid sambil menerawang. Sementara regulator kelaikan berlayar di Pelabuhan Umum Gresik, masih melarang kapal-kapal untuk berlayar, karena gelombang di laut masih cukup tinggi dan intensitas kecepatan angin masih terlalu kencang. Menghadapi cuaca buruk semacam ini, biasanya Pemkab Gresik seperti tahun lalu, akan meminta bantuan pada Panglima Komando Armada Timur TNI AL untuk meminjam kapal guna mengantar pulang warganya dari atau menuju Pulau Bawean. Namun rencana itu belum terlihat geliatnya hingga kemarin. did
Posting Komentar