Media Bawean, 13 Februari 2009
Sumber ; Duta Masyarakat
Menyoal Menjamurnya Aliran Sesat di Jatim (1)
Aliran sesat semakin menjamur di Jawa Timur. Di Blitar saja dalam waktu hampir bersamaan muncul dua aliran sesat. Setelah itu disusul dukun nyeleneh yang minta dipuja oleh para pasiennya di Pulau Putri, Bawean, Gresik. Sulitnya hidup diduga sebagai biang orang berlaku nyeleneh.
NAMANYA Soleh Ali Akbar. Si dukun ini berlaku aneh saat bersama pasiennya menggali kubur untuk jasadnya sendiri bila kelak meninggal. Ulahnya itu sebenarnya masih lumrah. Yang jadi soal, pria ini minta warga memuja kuburan isi jasadnya tersebut. Dia pun mengaku sebagai tuhan. Bukan hanya itu, dia juga melecehkan Al Quran. "Tapi kita heran juga, orang kayak gitu kok ya ada saja yang percaya bahwa dia sakti. Ini gejala apa?" kata Zainuddin, warga setempat.
Untuk itu MUI dan Muspika Sangkapura, Bawean, mendesak agar pihak berwenang menangkap Ali Akbar yang dinilai telah menistakan Islam. Aparat Polsek Sangkapura pun langsung bertindak menggerebek markas Ali Akbar. Sang dukun sempat pingsan sebelumnya akhirnya diringkus oleh polisi. Namun pria itu hanya mendekam di bui sehari. Pria berambut gondrong dan berkalung taring ini berhasil bebas dari tahanan Polsek Sangkapura setelah ada campur tangan pengacaranya, Musta'in, Rabu (11/2) malam sekitar pukul 21.00 WIB. Ali Akbar akhirnya kembali ke padepokannya di Gunung Temu Kunci Daun Timur Sangkapura.
Bebasnya dukun yang meresahkan warga Bawean ini, kata Kapolsek Sangkapura AKP H Zamzani, sesuai aturan sebab sampai saat ini pelaku belum ditetapkan sebagai tersangka. Artinya, dia hanya ditahan selama 24 jam.
"Kalau pelaku tidak kami keluarkan, justru kami salah. Tapi orang-orang justru mempertanyakan kenapa kok dikeluarkan. Padahal kami mengacu kepada aturan yang ada," tandas mantan Kapolsek Ujungpangkah ini, Kamis (12/2) kemarin.
Zamzani menambahkan, pihaknya telah memberikan saran kepada MUI Sangkapura bila ingin membawa kasus Ali Akbar ke jalur hukum. Yakni harus dilaporkan ke Polsek Tambak sebab TKP-nya di Desa Diponggo Kecamatan Tambak Bawean. "Tapi kalau kasus ini diselesaikan dengan jalan musyawarah, maka harus digelar kembali pertemuan antara Muspika, MUI, dan ulama," ujarnya. Laporan yang diterima kepolisian dari MUI dan Muspika Sangkapura, dalam menjalankan praktik pengobatan alternatifnya, pelaku memasukkan unsur aliran menyimpang dari ajaran Islam. Misalnya mengubah bacaan syahadat. Bahkan sampai menginjak kitab suci Al Quran.
Namun, pelaku mengaku hanya menganggap Al Quran sebagai pegangan dalam menjalankan ritual pengobatan. Dia juga mengaku tidak menginjak Al Quran, tapi hanya menaruh kitab suci umat Islam itu di bawah kakinya.
Demo Kerahkan Pasien
Ketua Pengurus Cabang NU Bawean Ir H Syariful Mizan mengatakan, Muspika telah memperingatkan Ali Akbar agar menghentikan praktik pengobatannya itu, Selasa (27/1) lalu. Awalnya dia bersedia, tapi tak lama kemudian kesepakatan itu dilanggar. Dengan mengerahkan massa pasiennya, Rabu (28/1), Ali Akbar mendesak Muspika mencabut larangan membuka praktik pengobatannya itu. "Karena dianggap sudah meresahkan warga, Muspika akhirnya mengusir Ali Akbar dari desanya," katanya.
Tapi peringatan tersebut tetap tak diindahkan. Terbukti di Desa Daun, Ali Akbar tetap membuka praktik pengobatan. Bahkan, karena banyaknya pasien yang berobat, Ali Akbar juga mendirikan ruang rawat inap. Biaya pengobatan ada yang digratiskan, tapi ada juga yang mencapai Rp 6 juta. Warga desa pun banyak yang percaya dengan kehebatan Ali Akbar yang bisa menyembuhkan penyakit, apalagi dengan penampilannya yang berambut gondrong dan memakai kalung taring. Ya angker seperti dukun. "Awalnya warga tidak percaya, namun setelah berobat ada yang sembuh, ditambah beredar kabar dari mulut ke mulut, itulah yang menjadikan nama Ali Akbar terkenal meski sebagian pasien masih tetap tak bisa disembuhkan" katanya.
Sebagian saksi menyebut, saat melakukan ritual pengobatan, Ali Akbar mengajak pasiennya mengagungkan dirinya seperti tuhan. Bahkan dia sempat membuat pemakaman di salah satu bukit di Desa Daun yang jika dirinya mati, warga diminta memuja makamnya. Meski demikian Ali Akbar menolak dianggap melecehkan Islam. Dia mengaku bisa menyembuhkan orang sakit setelah lama bersemedi di beberapa makam leluhur Desa Sangkapura.
Secara terpisah, Abdul Basit Karim dari LSM Gerbang Bawean yang sempat mengikuti penangkapan Ali Akbar mengaku, dirinya sempat berdialog dengan sang dukun yang diduga menganut ajaran sesat itu. Kepada Basit, Ali Akbar mengatakan bahwa dirinya sekarang sudah tidak mau berhubungan dengan manusia. Karena itu, sekarang menyepi di Gunung Temu Kunci. Di gunung itu pengikut Ali Akbar tengah bekerja membuat padepokan dan kuburan untuknya. "Silakan foto kuburan yang saya buat, tapi setelahnya kamu (Abdul Basit, Red.) akan mati," ujar Ali Akbar sembari mengatakan jika dia sebenarnya sudah mati. Sedang yang ada sekarang Ki Ageng Temu Kunci. (*)
Sumber ; Duta Masyarakat
Menyoal Menjamurnya Aliran Sesat di Jatim (1)
Aliran sesat semakin menjamur di Jawa Timur. Di Blitar saja dalam waktu hampir bersamaan muncul dua aliran sesat. Setelah itu disusul dukun nyeleneh yang minta dipuja oleh para pasiennya di Pulau Putri, Bawean, Gresik. Sulitnya hidup diduga sebagai biang orang berlaku nyeleneh.
NAMANYA Soleh Ali Akbar. Si dukun ini berlaku aneh saat bersama pasiennya menggali kubur untuk jasadnya sendiri bila kelak meninggal. Ulahnya itu sebenarnya masih lumrah. Yang jadi soal, pria ini minta warga memuja kuburan isi jasadnya tersebut. Dia pun mengaku sebagai tuhan. Bukan hanya itu, dia juga melecehkan Al Quran. "Tapi kita heran juga, orang kayak gitu kok ya ada saja yang percaya bahwa dia sakti. Ini gejala apa?" kata Zainuddin, warga setempat.
Untuk itu MUI dan Muspika Sangkapura, Bawean, mendesak agar pihak berwenang menangkap Ali Akbar yang dinilai telah menistakan Islam. Aparat Polsek Sangkapura pun langsung bertindak menggerebek markas Ali Akbar. Sang dukun sempat pingsan sebelumnya akhirnya diringkus oleh polisi. Namun pria itu hanya mendekam di bui sehari. Pria berambut gondrong dan berkalung taring ini berhasil bebas dari tahanan Polsek Sangkapura setelah ada campur tangan pengacaranya, Musta'in, Rabu (11/2) malam sekitar pukul 21.00 WIB. Ali Akbar akhirnya kembali ke padepokannya di Gunung Temu Kunci Daun Timur Sangkapura.
Bebasnya dukun yang meresahkan warga Bawean ini, kata Kapolsek Sangkapura AKP H Zamzani, sesuai aturan sebab sampai saat ini pelaku belum ditetapkan sebagai tersangka. Artinya, dia hanya ditahan selama 24 jam.
"Kalau pelaku tidak kami keluarkan, justru kami salah. Tapi orang-orang justru mempertanyakan kenapa kok dikeluarkan. Padahal kami mengacu kepada aturan yang ada," tandas mantan Kapolsek Ujungpangkah ini, Kamis (12/2) kemarin.
Zamzani menambahkan, pihaknya telah memberikan saran kepada MUI Sangkapura bila ingin membawa kasus Ali Akbar ke jalur hukum. Yakni harus dilaporkan ke Polsek Tambak sebab TKP-nya di Desa Diponggo Kecamatan Tambak Bawean. "Tapi kalau kasus ini diselesaikan dengan jalan musyawarah, maka harus digelar kembali pertemuan antara Muspika, MUI, dan ulama," ujarnya. Laporan yang diterima kepolisian dari MUI dan Muspika Sangkapura, dalam menjalankan praktik pengobatan alternatifnya, pelaku memasukkan unsur aliran menyimpang dari ajaran Islam. Misalnya mengubah bacaan syahadat. Bahkan sampai menginjak kitab suci Al Quran.
Namun, pelaku mengaku hanya menganggap Al Quran sebagai pegangan dalam menjalankan ritual pengobatan. Dia juga mengaku tidak menginjak Al Quran, tapi hanya menaruh kitab suci umat Islam itu di bawah kakinya.
Demo Kerahkan Pasien
Ketua Pengurus Cabang NU Bawean Ir H Syariful Mizan mengatakan, Muspika telah memperingatkan Ali Akbar agar menghentikan praktik pengobatannya itu, Selasa (27/1) lalu. Awalnya dia bersedia, tapi tak lama kemudian kesepakatan itu dilanggar. Dengan mengerahkan massa pasiennya, Rabu (28/1), Ali Akbar mendesak Muspika mencabut larangan membuka praktik pengobatannya itu. "Karena dianggap sudah meresahkan warga, Muspika akhirnya mengusir Ali Akbar dari desanya," katanya.
Tapi peringatan tersebut tetap tak diindahkan. Terbukti di Desa Daun, Ali Akbar tetap membuka praktik pengobatan. Bahkan, karena banyaknya pasien yang berobat, Ali Akbar juga mendirikan ruang rawat inap. Biaya pengobatan ada yang digratiskan, tapi ada juga yang mencapai Rp 6 juta. Warga desa pun banyak yang percaya dengan kehebatan Ali Akbar yang bisa menyembuhkan penyakit, apalagi dengan penampilannya yang berambut gondrong dan memakai kalung taring. Ya angker seperti dukun. "Awalnya warga tidak percaya, namun setelah berobat ada yang sembuh, ditambah beredar kabar dari mulut ke mulut, itulah yang menjadikan nama Ali Akbar terkenal meski sebagian pasien masih tetap tak bisa disembuhkan" katanya.
Sebagian saksi menyebut, saat melakukan ritual pengobatan, Ali Akbar mengajak pasiennya mengagungkan dirinya seperti tuhan. Bahkan dia sempat membuat pemakaman di salah satu bukit di Desa Daun yang jika dirinya mati, warga diminta memuja makamnya. Meski demikian Ali Akbar menolak dianggap melecehkan Islam. Dia mengaku bisa menyembuhkan orang sakit setelah lama bersemedi di beberapa makam leluhur Desa Sangkapura.
Secara terpisah, Abdul Basit Karim dari LSM Gerbang Bawean yang sempat mengikuti penangkapan Ali Akbar mengaku, dirinya sempat berdialog dengan sang dukun yang diduga menganut ajaran sesat itu. Kepada Basit, Ali Akbar mengatakan bahwa dirinya sekarang sudah tidak mau berhubungan dengan manusia. Karena itu, sekarang menyepi di Gunung Temu Kunci. Di gunung itu pengikut Ali Akbar tengah bekerja membuat padepokan dan kuburan untuknya. "Silakan foto kuburan yang saya buat, tapi setelahnya kamu (Abdul Basit, Red.) akan mati," ujar Ali Akbar sembari mengatakan jika dia sebenarnya sudah mati. Sedang yang ada sekarang Ki Ageng Temu Kunci. (*)
Posting Komentar