Media Bawean, 21 Februari 2009
Sumber : SURYA
GRESIK | SURYA-Tiga nelayan asal Desa Sungai Rujing, Kecamatan Sangkapura, lolos dari maut. Tiga hari sejak dinyatakan hilang Rabu (11/2) lalu mereka terombang-ambing di perairan Pulau Bawean hingga terseret ke perairan Pulau Masalembu.
Ridah, 65, asal Dusun Tajung, M Syahrul Bazar, 26, asal dusun Timur Rujing, dan M Syafi’i, 27, asal Dusun Sungai Tirta hanya membawa sedikit roti dan air minum karena rencananya setelah mendapat cukup ikan, mereka pulang malam itu juga. Tetapi mesin klotok ngadat akibat baling-baling tersangkut jaring.
“Saya berusaha memperbaiki. Eh, malah baling-baling patah,” kata Syahrul terbata-bata. Syahrul masih bisa melihat titik Pulau Bawean karena mereka baru berlayar satu jam. Kebiasaan nelayan klotok memang hanya melaut di pesisir Bawean.
Ketika mesin berkekuatan 23 PK tak berfungsi, mereka masih berharap angin menggiring perahu mendekati darat. Tetapi cuaca cepat berubah. Petir dan ombak setinggi tiga meter membuat perahu sepanjang tujuh meter dengan lebar dua meter tak berdaya. Kepanikan bertambah mengingat bekal pas-pasan. “Saya pasrah saja. Saya hanya memikirkan kondisi Pak Ridah yang sudah tua,” sambung Syafi’i.
Sekuat tenaga, ketiganya berusaha agar klotok tak hanyut. Dengan tali seadanya mereka membuat layar dari kain penutup perahu. Upaya ini berhasil. Sayangnya, mereka justru terseret hingga perairan Pulau Masalembu, puluhan mil dari Pulau Bawean.
Tiga hari terkatung-katung di tengah gelombang tinggi membuat beberapa bagian perahu retak. Air mulai masuk. Roti dan air minum habis di hari kedua. Hari ketiga, Syahrul yang menyimpan pancing mulai mencari ikan. Ikan-ikan kecil itulah yang menjadi penangkal lapar. Hujan deras menjadi sumber ketakutan sekaligus penyelamat. Mereka khawatir perahu tenggelam tetapi justru dari air hujan itu mereka mendapatkan minum.
“Yang penting tidak mati kelaparan,” kata Syahrul yang diamini Ridah dengan anggukan kepala. Ridah yang masih merasa pusing lebih banyak diam dengan mata menerawang.
Di hari keempat, Sabtu (14/2), ketika merasa sudah tak ada harapan untuk melihat kembali Bawean, pertolongan datang. Tampak perahu korsin, jenis perahu yang dilengkapi jaring besar mendekat. Ini perahu Kasiman, 45, warga Desa Tegalsari Kecamatan Brondong, Lamongan. Tiga nelayan ini diangkut. Karena perjalanan Kasiman bersama sembilan nelayan lainnya belum selesai, Ridah dan yang lain mengikuti hingga kembali ke Brondong, Lamongan.
Kabar tentang tiga nelayan ini membuat H Muzamil, juragan ikan asal Bawean yang tinggal di Gresik, bersama Kepala Kantor Bakesbang Linmas Gresik, Supi’i, segera menjemput, Kamis (19/2) malam.
“Mereka sudah seperti saudara. Para nelayan itu yang memasok ikan segar untuk saya,” kata Muzamil.
Ketiganya mendapat bantuan Rp 500.000 untuk kembali ke Bawean dengan kapal cepat KM Express Bahari 8B, Sabtu (21/2). Tetapi keluarga mereka di Bawean tak sabar. Ketiga nelayan akhirnya berangkat Jumat (20/2) kemarin.
Syahrul dan yang lain kembali ke rumah. Syahrul masih ingat betapa pertolongan itu tepat pada waktunya dan tak terduga. “Pertolongan itu lewat Pak Kasim.”/MUSTAIN
Sumber : SURYA
GRESIK | SURYA-Tiga nelayan asal Desa Sungai Rujing, Kecamatan Sangkapura, lolos dari maut. Tiga hari sejak dinyatakan hilang Rabu (11/2) lalu mereka terombang-ambing di perairan Pulau Bawean hingga terseret ke perairan Pulau Masalembu.
Ridah, 65, asal Dusun Tajung, M Syahrul Bazar, 26, asal dusun Timur Rujing, dan M Syafi’i, 27, asal Dusun Sungai Tirta hanya membawa sedikit roti dan air minum karena rencananya setelah mendapat cukup ikan, mereka pulang malam itu juga. Tetapi mesin klotok ngadat akibat baling-baling tersangkut jaring.
“Saya berusaha memperbaiki. Eh, malah baling-baling patah,” kata Syahrul terbata-bata. Syahrul masih bisa melihat titik Pulau Bawean karena mereka baru berlayar satu jam. Kebiasaan nelayan klotok memang hanya melaut di pesisir Bawean.
Ketika mesin berkekuatan 23 PK tak berfungsi, mereka masih berharap angin menggiring perahu mendekati darat. Tetapi cuaca cepat berubah. Petir dan ombak setinggi tiga meter membuat perahu sepanjang tujuh meter dengan lebar dua meter tak berdaya. Kepanikan bertambah mengingat bekal pas-pasan. “Saya pasrah saja. Saya hanya memikirkan kondisi Pak Ridah yang sudah tua,” sambung Syafi’i.
Sekuat tenaga, ketiganya berusaha agar klotok tak hanyut. Dengan tali seadanya mereka membuat layar dari kain penutup perahu. Upaya ini berhasil. Sayangnya, mereka justru terseret hingga perairan Pulau Masalembu, puluhan mil dari Pulau Bawean.
Tiga hari terkatung-katung di tengah gelombang tinggi membuat beberapa bagian perahu retak. Air mulai masuk. Roti dan air minum habis di hari kedua. Hari ketiga, Syahrul yang menyimpan pancing mulai mencari ikan. Ikan-ikan kecil itulah yang menjadi penangkal lapar. Hujan deras menjadi sumber ketakutan sekaligus penyelamat. Mereka khawatir perahu tenggelam tetapi justru dari air hujan itu mereka mendapatkan minum.
“Yang penting tidak mati kelaparan,” kata Syahrul yang diamini Ridah dengan anggukan kepala. Ridah yang masih merasa pusing lebih banyak diam dengan mata menerawang.
Di hari keempat, Sabtu (14/2), ketika merasa sudah tak ada harapan untuk melihat kembali Bawean, pertolongan datang. Tampak perahu korsin, jenis perahu yang dilengkapi jaring besar mendekat. Ini perahu Kasiman, 45, warga Desa Tegalsari Kecamatan Brondong, Lamongan. Tiga nelayan ini diangkut. Karena perjalanan Kasiman bersama sembilan nelayan lainnya belum selesai, Ridah dan yang lain mengikuti hingga kembali ke Brondong, Lamongan.
Kabar tentang tiga nelayan ini membuat H Muzamil, juragan ikan asal Bawean yang tinggal di Gresik, bersama Kepala Kantor Bakesbang Linmas Gresik, Supi’i, segera menjemput, Kamis (19/2) malam.
“Mereka sudah seperti saudara. Para nelayan itu yang memasok ikan segar untuk saya,” kata Muzamil.
Ketiganya mendapat bantuan Rp 500.000 untuk kembali ke Bawean dengan kapal cepat KM Express Bahari 8B, Sabtu (21/2). Tetapi keluarga mereka di Bawean tak sabar. Ketiga nelayan akhirnya berangkat Jumat (20/2) kemarin.
Syahrul dan yang lain kembali ke rumah. Syahrul masih ingat betapa pertolongan itu tepat pada waktunya dan tak terduga. “Pertolongan itu lewat Pak Kasim.”/MUSTAIN
Posting Komentar