Media Bawean, 22 Mei 2009
Sumber : Jawa Pos
GRESIK - Kondisi terumbu karang di perairan Gresik sangat memprihatinkan. Berdasar data dinas kelautan dan perikanan, 70 persen di antara 83,5 hektare terumbu karang rusak parah. Perusaknya adalah nelayan yang menggunakan jaring penangkap ikan tipe trawl. Ironisnya, kerusakan terumbu karang tersebut mengancam mata pencaharian nelayan.
Jaring trawl menangkap semua jenis ikan. Bahkan, ikan terkecil sekali pun. Termasuk terumbu karang dan terumbu karang buatan (TKB). Akibatnya, populasi ikan di beberapa titik, perairan Pulau Bawean dan Kecamatan Ujung Pangkah, akan berkurang. Sebab, terumbu karang merupakan tempat ikan bernaung dan berkembang biak. "Sebanyak 30 persen sisanya bisa rusak sewaktu-waktu," kata Kabid Kelautan Iwan Lukito.
Kerusakan tersebut merupakan akibat dari pemakaian jaring penangkap ikan. Selain itu, akibat dari penggunaan bom dan potasium. Bom dapat menghancurkan terumbu karang saat itu juga, sedangkan potasium merusak dengan cara perlahan. "Dalam beberapa tahun, terumbu karang yang terkena potasium akan hancur," jelasnya.
Parahnya, beberapa nelayan yang terekam oleh dinas kelautan dan perikanan juga memperjualbelikan terumbu karang. Terumbu karang juga berfungsi sebagai salah satu bahan bangunan. "Tidak hanya dirusak, tapi sengaja diambil dan dijual," ujarnya.
Iwan menyatakan, Gresik sebenarnya termasuk daerah potensial untuk ikan tangkapan. Pada 2008, ikan tangkapan mencapai 22.503,97 ton. Tapi, potensi itu menyusut seiring tingkat kerusakan terumbu karang yang tidak segera diremajakan. (dim/ib)
Sumber : Jawa Pos
GRESIK - Kondisi terumbu karang di perairan Gresik sangat memprihatinkan. Berdasar data dinas kelautan dan perikanan, 70 persen di antara 83,5 hektare terumbu karang rusak parah. Perusaknya adalah nelayan yang menggunakan jaring penangkap ikan tipe trawl. Ironisnya, kerusakan terumbu karang tersebut mengancam mata pencaharian nelayan.
Jaring trawl menangkap semua jenis ikan. Bahkan, ikan terkecil sekali pun. Termasuk terumbu karang dan terumbu karang buatan (TKB). Akibatnya, populasi ikan di beberapa titik, perairan Pulau Bawean dan Kecamatan Ujung Pangkah, akan berkurang. Sebab, terumbu karang merupakan tempat ikan bernaung dan berkembang biak. "Sebanyak 30 persen sisanya bisa rusak sewaktu-waktu," kata Kabid Kelautan Iwan Lukito.
Kerusakan tersebut merupakan akibat dari pemakaian jaring penangkap ikan. Selain itu, akibat dari penggunaan bom dan potasium. Bom dapat menghancurkan terumbu karang saat itu juga, sedangkan potasium merusak dengan cara perlahan. "Dalam beberapa tahun, terumbu karang yang terkena potasium akan hancur," jelasnya.
Parahnya, beberapa nelayan yang terekam oleh dinas kelautan dan perikanan juga memperjualbelikan terumbu karang. Terumbu karang juga berfungsi sebagai salah satu bahan bangunan. "Tidak hanya dirusak, tapi sengaja diambil dan dijual," ujarnya.
Iwan menyatakan, Gresik sebenarnya termasuk daerah potensial untuk ikan tangkapan. Pada 2008, ikan tangkapan mencapai 22.503,97 ton. Tapi, potensi itu menyusut seiring tingkat kerusakan terumbu karang yang tidak segera diremajakan. (dim/ib)
Posting Komentar