Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » » Lebaran Di Kampung Kami Pulau Bawean

Lebaran Di Kampung Kami Pulau Bawean

Posted by Media Bawean on Minggu, 20 September 2009

Media Bawean, 20 September 2009


Oleh : Abdul Hamid Di Batam

Lebaran di kampung kami sungguh istimewa, terutama bagi kami, para anak-anak dan abg. Saya sebut bagi para anak-anak dan abg, karena sampai umur 15 tahun, saya merasakan istimewanya lebaran di kampung kami. Setelah itu, saya menyeberang meninggalkan kampung halaman, Kumalasa Pulau Bawean, dan tak pernah lagi merasakan suasana yang sama.

Kami tahu makna lebaran adalah kembali suci, seperti kata para khatib di setiap solat id. Kami akan keliling kampung, menyalami satu per satu pemilik rumah, sambil mengantongi kue atau permen dari rumah-rumah itu.

Tapi, bagi kami yang paling mengesankan sungguh bukan itu. Salam-salaman, saling memaafkan, bagi kami adalah pekerjaan orang tua. Itu pekerjaan orang yang banyak dosa, banyak salah. kami para anak-anak tak peduli soal itu.

Yang kami pedulikan adalah, lebaran berarti kami akan punya baju baru. Bagi orang lain, di kampung lain, mungkin memaknai lebaran hanya dengan baju baru adalah sesuatu yang memalukan, tak menghargai makna ramadhan. Tapi, bagi kami itu momen berharga.

Karena hanya di saat lebaranlah kami mengenakan baju baru. sungguh di bulan-bulan lain, orang tua-orang tua kami tak akan pernah membelikan baju baru buat anak-anaknya. Tak akan pernah. Hingga bisa dimaklumi, jika lebaran datang yang kami tunggu sebetulnya baju baru apa yang akan kami kenakan nanti.

Sehari sebelum lebaran kami akan masuk hutan. Kami mencari bambu untuk membuat obor. Malamnya, kami akan keliling kampung memekikkan takbir. Kami juga akan saling adu pukulan bedug. Kadang, bedug di masjid kami robek di saat malam-malam lebaran.

Sebelum subuh kami akan bangun. Kami akan berduyun-duyun datang ke pemandian umum. Saya biasanya mandi di rumah, menimba air sumur yang dalamnya mencapai 20 meter. Setelah itu, saya akan mencoba-coba sarung baru, sambil mematut-matutkan kemeja pendek baru yang akan saya kenakan nanti ke masjid.

Di pagi hari, sebelum ke masjid, saya akan mencicipi makanan hantaran tetangga. Di kampung kami ada tradisi saling mengantar makanan sehari sebelum lebaran. Di meja, masakan istimewa tersaji. Ini juga momen yang kami nantikan setiap kali lebaran. Kami jarang makan enak. Makan ayam bali misalnya, hanya bisa kami nikmati di saat lebaran, kenduri atau saat sakit. Ya saat sakit, karena hanya kalau sedang sakit, segala permintaan saya akan dituruti, termasuk makan enak yang sebenarnya tak bisa saya nikmati karena manalah ada orang sakit bisa menikmati enaknya makanan.

Usai solat id, kami akan berhamburan. ini sekali lagi momen istimewa. kami akan mendatangi tempat wisata, di kampung kami itu ada di tanjung goong, sebuah obyek alam berupa bebatuan yang menjorok ke laut. Di sanalah kami bertahun-tahun melepas keceriaan. Kami akan ke sana sambil membawa minuman berkarbonat. Kami dengan sangat bangga menenteng berbotol-botol sprite, minuman yang biasanya hanya kami nikmati di saat lebaran.

Bagi yang punya duit lebih, akan memilih ikut keliling pulau. Kami menyebut tradisi ini dengan "meder". Biasanya, sambil berkelompok kami mencarter sebuah mobil dengan bak terbuka mengunjungi obyek-obyek wisata di kampung lain. Tak lupa, biasanya diselingi dengan berziarah ke makam-makam "keramat".

Kamera poket akan kami isi. jika tak cukup uang untuk membeli film, kami akan patungan. sambil berpose dalam beragam gaya, kami mengadikan momen lebaran itu. Berfoto bersama, juga hanya bisa kami lakukan di saat lebaran. Karena di hari-hari yang lain, kami tak akan pernah punya uang untuk membei film dan mencetaknya.

Juga hanya di hari-hari lebaran, ada beragam pertandingan yang digelar di kampung kami. Jika di kampung lain acara panjat pinang, tarik tambang dan beragam permainan rakyat lainnya digelar dalam rangka memperingati 17 agustus, di kampung kami segala kemeriahan itu digelar di saat lebaran.

Itu sebabnya, mengapa bagi kami, anak-anak kampung, lebaran terasa sangat istimewa. Sekarang saya sudah melewatkan banyak tahun tanpa lebaran di kampung. Entah seperti apa anak-anak di kampung kami itu, sekarang melewatkan lebaran. Yang pasti, para abg di sana sudah mengenal facebook. Tulisan ini, saya kirim ke salah satu dari mereka. ***

SHARE :

Posting Komentar

 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean