Peristiwa    Politik    Sosial    Budaya    Seni    Bahasa    Olahraga    Ekonomi    Pariwisata    Kuliner    Pilkada   
adsbybawean
Home » » Persiapan Mayang ke Laut

Persiapan Mayang ke Laut

Posted by Media Bawean on Jumat, 27 Mei 2011

Media Bawean, 27 Mei 2011


Setelah berbulan-bulan beristirahat di rumah tidak pergi melaut mencari ikan layang (dikenal mayang), sehubungan tidak adanya ikan untuk ditangkap yang ditentukan oleh musim tertentu. Kini para nelayan sudah melakukan persiapan dengan membenahi sampan (perahu) dan rompon yang dimiliki.

Junaidi (70) sebagai jurangan sampan asal Laut Sungai, desa Dekatagung, Sangkapura, Pulau Bawean ditemui Media Bawean (kamis, 26/5/2011) menyatakan sudah siap kembali untuk turun ke laut untuk mencari ikan layang, bersama 8 orang anak buahnya.

Menurutnya sudah berbulan-bulan istirahat di rumah sehubungan musim pencarian ikan layang ditentukan oleh waktu, yaitu antara bulan juni sampai bulan desember saja adanya ikan. 

"Sebelum turun ke laut, perlu melakukan perbaikan seperti pendempulan dan pengecatan sampan, termasuk selamatan bila sudah siap beroperasi,"katanya.

Selain memperbaiki sampan yang dimilikinya, juga membenahi rompon yang dimiliki dengan memberi banyak pohon kelapa yang diikat ke batu sebagai sarangnya ikan layang.

Hasil tangkapan ikan akan dibeli oleh pembeli dari pulau jawa dengan menggunakan perahu dan transaksi ditengah lautan. Harganya mahal sampai mencapai Rp. 250ribu dalam satu takaran, sebaliknya saat ikan sudah banyak secara otomatis harga anjlok sampai Rp. 100ribu per satu takaran.

Sistem pembagiannya, juragan mendapatkan 8 bagian sebagai pemilik sampan dan mesin serta biaya perawatan termasuk pembelian solar, sedangkan anak buah mendapatkan 1 bagian, terkecuali berprofesi sebagai tukang tarik, ataupun bertugas merawat sampan mendapat tambahan jatah pendapatan.

Mengingat masa lalu, Junaidi menyatakan waktu harga solar naik dan lebih murah minyak gas, sebagian besar nelayan menggunakan bahan bakar minyak tanah, tetapi sekarang harga lebih murah solar sehingga memakai bahan bakar minyak solar.

Kembali mengingat masa dahulu ketika tidak ada mesin tahun 1960, Junaidi mengenangnya setiap pergi melaut menggunakan layar tidak ada mesin. 

"Sebenarnya lebih cepat layar daripada mesin, tetapi kelemahan bila memakai layar harus berhaluan lurus tidak bisa zig zag seperti menggunakan mesin,"jelasnya. (bst)

SHARE :

Posting Komentar

 
Copyright © 2015 Media Bawean. All Rights Reserved. Powered by INFO Bawean