Media Bawean, 27 Mei 2011
Sumber : Surabaya Post
Biaya operasional PLTD sangat mahal dan tidak sesuai dengan pendapatan PLN
GRESIK - Wakil Gubernur (Wagub) Jawa Timur (Jatim), Saifullah Yusuf memastikan PT PLN akan memasang kabel listrik bawah laut dari Pembangkit Jawa Bali (PJB), dekat Pelabuhan Gresik menuju ke Bawean. Hal ini dikarenakan kebutuhan listrik di Pulau Putri (sebutan Bawean) hingga sekarang belum tercukupi, dan biaya operasional menggunakan pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) seperti yang sekarang ada sangat mahal.
“Pihak PLN sudah menjelaskan kepada saya, mereka akan memasang kabel bawah laut untuk memenuhi kebutuhan listrik di Bawean,” kata Gus Ipul --sapaan akrab Saifullah Yusuf-- usai mengikuti acara pelantikan Asosiasi Kepala Desa (AKD) Gresik, di Kantor Bupati Gresik, Kamis (26/5).
Namun ditegaskan, pemasangan pipa bawah laut menuju Bawean yang berjarak 81 mil dari Pelabuhan Gresik tersebut harus ditanam sesuai dengan aturan sehingga tidak mengganggu jalur pelayaran. “Semua ada teknisnya dan harus dipasang sesuai dengan semestinya,” ujar Gus Ipul.
Bupati Gresik, Sambari Halim Radianto, membenarkan jika pemenuhan kebutuhan listrik oleh PLN belum mencakup seluruh masyarakat Bawean. Saat ini ada 9.661 keluarga yang rumahnya sudah teraliri listrik PLN selama 24 jam, namun 9.300 keluarga lainnya sampai sekarang belum menikmati listrik dari PLN.
“Alhamdulillah mulai tahun ini listrik PLN di Bawean sudah terang benderang, menyala 24 jam nonstop. Namun hal itu masih belum 100 persen dinikmati seluruh warga Bawean," ujar Sambari.
Keluarga yang belum menikmati listrik Bawean, terpaksa menggunakan genset. Namun itu berlaku bagi keluarga yang mapan. Bagi keluarga yang tidak mampu membeli genset mereka akan numpang listrik dari tetangganya yang memiliki genset. Satu lampu harganya Rp 30.000 sebulan dan hanya menyala mulai pukul 17.00 hingga 22.00.
Jadi usai pukul 22.00 di daerah yang belum ada jaringan listrik dari PLN, seperti di daerah pegunungan akan gelap gulita. Dan bukan menjadi hal yang mengherankan jika satu rumah hanya ada satu lampu saja.
Sementara itu, secara ekonomis biaya operasional PLTD untuk memenuhi separo warga Bawean tersebut jauh lebih besar dari pendapatan yang diperoleh PLN. Perhitungannya, pada saat listrik Bawean masih belum menyala 24 jam nonstop saja, PLN harus merugi miliaran rupiah per bulan, meskipun utang ini dilunasi atau disubsidi oleh pemerintah.
Berdasarkan data yang dihimpun, saat listrik menyala 17 jam sehari, PLN harus merugi sekitar Rp 1 miliar sebulan. Pengeluarkan khusus untuk pembelian bahan bakar minyak (BBM) sebesar Rp 1,4 miliar hingga Rp 1,5 miliar sebulan. Sedangkan pendapatan yang diperoleh dari pelanggan PLN di Bawean hanya Rp 500 juta sebulan.
Belum lagi ketika pengiriman bahan bakar minyak (BBM) terlambat seperti beberapa waktu lalu. Menipisnya stok BBM membuat PLN Unit Pelayanan dan Jaringan (UPJ) Bawean memberlakukan pemadaman giliran. Banyaknya kekurangan inilah yang coba diatasi dengan memasang kabel di bawah laut. sep
1 comments:
bapak bupati yg terhormat...andah salah jika PLN bawean nyala 24 jam...kalau mati setiap 2 dan 4 jamnya disiang haribenar sekali...
Posting Komentar