Media Bawean, 30 Mei 2011
Program konvensi minyak tanah ke gas elpiji dari pemerintah yang terbagi rata diseluruh Pulau Bawean, ternyata tidak mengubah pola lama masyarakat menggunakan kayu bakar sebagai sumber api dalam memasak.
Pantauan Media Bawean, (senin, 30/5/2011) hampir belakang dan samping rumah penduduk banyak tumpukan kayu bakar. Banyak warga ditanyakan, kenapa mempertahankan kayu bakar sebagai sumber memasak, padahal pemerintah sudah membagikan gas elpiji? alasannya, hasil memasak menggunakan kayu bakar lebih enak dibanding memakai gas elpiji, termasuk penghematan sebab kayu bakar tidak membelinya, asalkan mau mengambil di hutan terdekat sangat banyak. Alasan lainnya, khawatir meledak seperti berita di televisi.
Nacma (70 th.) nenek tua asal Panyelpangan mangatakan setiap saat bila tidak kerja di rumah selalu dimanfaatkan mencari kayu ke hutan. "Sehari-hari memasak menggunakan kayu bakar, termasuk memasak air dan memanggang ikan,"katanya.
Menurut Nacma, gas elpiji ukuran 12 kg dipakai selama 7 bulan, sedangkan ukuran 3 kg dipakai selama 3 bulan. "Hanya ketika kebutuhan mendadak saja menggunakan gas elpiji, seperti butuh memasak waktu malam hari saja,"paparnya.
Keuntungan lainnya, ungkap Nacma kepada Media Bawean, saat ada acara selamatan bisa digunakan atau memanfaatkan kayu bakar sebagai sumber api dalam memasak. (bst)
Posting Komentar